"Kau sedang melucu?"
2.620 kata
PERFEKSIONIS bukan bagian dari diri Jeonghan. Ia menjalani hidupnya dengan santai tanpa menuntut sebuah kesempurnaan absolut dalam segala tindakan. Walau begitu, melaju ke luar jalur yang telah ia putuskan tetap saja meninggalkan perasaan mengganjal―mengabaikan kabar baik bahwa pada akhirnya dia masih dapat tiba di tujuan dengan selamat―yang ada kalanya mudah dilupa oleh waktu, tetapi tak sedikit pula yang membekas dalam ingatan.
Agenda makan malam antara Yoon dan Oh yang harusnya berlangsung kemarin malam, sukses tidak terlaksana. Jeonghan tahu dari lirikan mata ibu, perempuan itu kurang menyukai sosok Choi Seungcheol.
Oh, hei, ibu-ibu mana yang tidak? Membawa kabur anak orang sampai tengah malam, kesopanan yang patut dipertanyakan serta perangai luar yang tegas, kaku dan minim uap hangat. Nayeon berceletuk bahwa si alis tebal itu lebih mirip komandan pasukan militer di film-film daripada seorang kekasih. Kesan pertama Seungcheol jauh dari kata bagus. Meski begitu, ibu tetap menghargai Jeonghan-yang-ternyata-sudah-punya-kekasih―well, jika itu Mingyu maka Jeonghan akan mengakuinya dengan sepenuh hati.
Ayah tidak berkomentar. Bahkan mereka belum sempat bicara empat mata. Beliau ditelan kesibukan pasca meninggalkan setumpuk pekerjaan hanya gara-gara dicecar kehebohan ibu lantaran si sulung hilang dari penjagaan tempo hari. Pun pagi ini sudah duduk manis di kursi pesawat yang membawanya ke luar negeri.
Artinya, dia dan Sehun sudah benar-benar tidak jadi, kan?
Jeonghan mendesah pelan ketika Profesor Chang mengganti slide power point dengan beberapa gambar grafik yang sedang malas untuk ia perhatikan atau sekadar dengar deskripsinya. Mengenalkan seorang kekasih adalah usul ayah yang disetujui Jeonghan untuk menghindari pertunangan dia dan Sehun. Namun, Seungcheol dengan predikat kekasih adalah suatu perkara di luar rencana, bahkan di luar batas pemikiran Jeonghan.
Dan, yah, dia dan kejadian malam itu juga amat-sangat di luar nalar. Oh, Tuhan. Bahkan Jeonghan masih bingung mengenai apa yang dia lihat. Itu halusinasi atau fatamorgana, kan?
Pasca melakukan klaim sepihak, Seungcheol seolah lenyap ditelan bumi dan meninggalkan Jeonghan bersama sejumlah pertanyaan yang menuntut jawaban. Jangan lupa pula segenap skenario terkait dia dan Seungcheol yang lagi-lagi disusun secara sepihak. Pria itu sudah terlanjur menggoreskan tinta dan Jeonghan tak kuasa untuk menutup mata. Mau tidak mau, dia harus meneruskan cerita dengan bahasanya sendiri.
Mingyu dan Myeongho pun turut hilang dari peredaran. Tampaknya mereka juga tidak punya itikad baik untuk menyapa lewat pesan singkat atau sekadar mengatakan sesuatu, seperti, "Hai, Kak! Yang kau lihat kemarin itu hanya rekayasa! Kami sedang gladi resik pementasan drama! Jangan dipikirkan, ya!".
Sial. Jeonghan dibuat seperti orang bodoh. Dia ditinggalkan tanpa kejelasan. Sialan. Kekompakan tiga bersaudara itu memang patut diacungi jempol.
Kelas terakhir hari itu selesai tepat pukul empat. Pemuda Yoon melenggang keluar paling terakhir. Dia beda kelas pilihan dengan tiga kurcaci besar. Ia paksa diri terbitkan senyum tipis kala mendapati Baekho datang menghampiri. Kata ibu, bodyguard kemarin sangatlah payah sehingga tidak perlu berpikir panjang untuk mengganti dengan yang baru. "Aku mau langsung pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
the beginning | jeongcheol [slow]
Fanficsi alis tebal bermuka lempeng dengan aura misterius itu namanya seungcheol. choi seungcheol. --- semesta merestui pengajuan ikatan mati pada benang merah yang mengikat nadi. namun, semesta juga bisa marah ketika itikad baiknya dikhianati. jeonghan...