"... Apa kau berencana membawanya ke kamarmu juga setelah ini, Mingyu?"
2.566 kata
KATA orang, dunia ini sempit. Namun kata Joshua, dunia ini luas―dan pernyataan itu tidak salah. Pemuda Hong pernah berpendapat suatu waktu, jika setiap manusia akan bertemu dengan manusia-manusia lain yang memang sudah ditakdirkan semesta tanpa perlu mencari satu sama lain: entah sebatas lewat, bersinggah atau bahkan menetap. Mereka saling berkaitan, saling memengaruhi dalam berbagai garis waktu juga dapat menjadi tokoh penting perkara sebab-akibat di tengah kehidupan. Jadi, mau seluas apa permukaan bumi; mau sejauh apa pun jarak terbentang, bila sudah seharusnya bertemu, maka bertemulah.
Pikiran Jeonghan berlari mundur ke masa-masa sekolah menengah atas: ketika ia dan Joshua berburu bahan tugas kesenian dan berakhir menraktir seorang stranger yang secara random mengajak mereka menonton bioskop karena dua temannya membatalkan janji. Berkat orang asing tersebut, Joshua secara tak terduga jadi tahu bahwa selama ini dia dikhianati oleh kekasihnya dan langsung putus di dalam studio tepat setelah lampu dinyalakan.
"Tanpamu, mungkin aku tetap menjadi orang tolol karena mencintai bajingan seperti dia. Terima kasih, ya, Seungkwan," ujar Joshua kala itu, masih sesenggukan sambil menyantap ganas semangkok udon dengan wajah basah―campuran air mata juga kuah udon yang belepotan.
Setelah direnungkan lagi, pendapat Joshua ada benarnya juga. Bila mereka tak bertemu Seungkwan, mungkin dia dan si mantan tak pernah usai. Jeonghan juga mungkin tak akan melihat kebahagiaan Dokyeom ketika Joshua menerima pernyataan cinta polos dan malu-malu hingga resmi menjadi pasangan kekasih.
Pasca peristiwa di luar prediksi tersebut, Seungkwan tak lagi bergelar orang asing. Dia sudah naik pangkat menjadi teman beda sekolah, satu tingkat di bawah mereka. Kesibukan masing-masing menjadi dinding tak kasat mata yang membuat intensitas pertemuan guna menghangatkan hubungan pun terhitung jarang, lalu lama-kelamaan tak pernah sama sekali karena hilang kontak.
Satu dari sekian banyak kemungkinan, Jeonghan tidak pernah menerka atau bahkan berpikir jika dia dan Seungkwan akan bertemu lagi, sebagai tamu dan tuan rumah. Ketampanan Mingyu malam ini jadi tidak berarti ketika dia malah pasang tampang bodoh dan melongo oleh reuni dadakan dua orang yang dikenalnya itu.
"Wah, tidak bisa dipercaya! Dunia ini sempit sekali, ya? Kukira Mingyu akan datang sendiri. Ternyata truk tronton ini membawa gandengan dan itu adalah Kak Jeonghan! Aku tercengang!" seru Seungkwan. Kebahagiaan meluap-luap tergambar jelas dalam binar obsidian cantiknya.
Dalam pengelihatan Jeonghan, anak itu banyak berubah. Dia lebih tampan dan menawan dibanding Seungkwan terdahulu. Dia sudah besar. Ah, sayang sekali Joshua tidak di sini. Andai Mingyu menunjukkan undangan, atau―paling tidak―memberi tahu nama pasangan pemilik acara, mungkin Jeonghan akan mengajak Joshua turut hadir, Mingyu pun pasti tidak keberatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
the beginning | jeongcheol [slow]
Fiksi Penggemarsi alis tebal bermuka lempeng dengan aura misterius itu namanya seungcheol. choi seungcheol. --- semesta merestui pengajuan ikatan mati pada benang merah yang mengikat nadi. namun, semesta juga bisa marah ketika itikad baiknya dikhianati. jeonghan...