Biarkan aku dan Salsa memilih bahagia dengan dunia kami.

669 38 3
                                    

(Satu minggu kemudian)

Salsa sudah genap 10hari tidak masuk kantor dengan izin yang sama. Begitupun Rony yang sangat berubah semenjak tidak ada Salsa di kantor. Dia kembali menjadi pendiam dan tidak pandai berbicara lagi.

Pagi itu dirumah Rony, keluarganya sedang sarapan. Rony turun dari kamarnya dengan wajah datar tanpa suara.

"Nak, sarapan dulu yuk?.."
(Ajak Ibunda Rony yang berjalan mendekati anaknya)

"Rony langsung ke kantor ya Ma, Pa.."
(Mencium kening Ibunda dan melambaikan tangan ke sang Ayah.)

Ranya yang melihat kejadian itu berulang kali seminggu ini pun ambil sikap. Dia meletakkan sarapannya dan pamit pergi.

"Ma, Paa, Anya berangkat dulu ya. Bye.."
(Dengan tergesa Ranya lari mengejar Rony)

Ranya menepuk bahu Rony yang baru sampai di ambang pintu masuk. Rony hanya menoleh ke arahnya, lagi-lagi tanpa suara.

"Abang, aku nebeng ya.."
(Langsung memasuki mobil tanpa menunggu jawaban dari Rony.)

Akhirnya mereka berangkat, Rony melajukan mobilnya ke arah kampus sang adik. Diperjalanan Rony diam tanpa banyak berucap. Tidak ada ekspresi apapun pagi itu.

"Aku ngga ngerti yang abang rasain sekarang itu apa, aku juga ngga paham kenapa abang jadi seperti ini lagi, aku juga ngga mau banyak ikut campur urusan abang.
Tapi aku mau ingetin satu sama abang, kalau abang memang yakin dan punya rasa lebih dengan seseorang, sejauh apapun jaraknya dan seberat apapun rintangannya, abang pasti bisa lewatin.
Abang punya Tuhan, minta sama Tuhan, apapun yang abang rasain ungkapin.."
(Suara Ranya memecahkan keheningan.)

Rony hanya menoleh ke arah Ranya sembari mengusap kepalanya. Rony masih diam fokus dengan mobilnya, namun hati dan pikirannya berbicara.

"Tuhan, apa boleh aku dengan Salsa selamanya meskipun kita berbeda?"
(Tiba-tiba Rony berkata demikian dihatinya hingga dia tidak sadar ada airmata yang turun.)

"Gue bukan anak kecil bang, gue tau lu lagi ada masalah, ka Salsa kan?"
(Ranya menekankan pembicaraannya sehingga Rony menghentikan laju mobilnya.)

Rony menutup mata dan wajahnya dengan tangan seperti terisak lirih menahan rindu kepada Salsa. Dia bingung karna Salsa jauh dan belum ada kabar apapun .

"Kalo memang sakit buat ditahan, lo boleh numpahin airmata lo, jangan karna lo laki takut nangis."
(Ranya mengusap bahu kakaknya itu.)

Setelah berhenti sepersekian menit, Rony membuka matanya kembali dan berusaha tidak menangisi keadaan.

"Thanks dek. Gue baik-baik aja.."

"Bang, gue tau seberapa sayang lo sama Salsa, karna ketika lo milih jatuh cinta itu artinya lo ngga pernah main-main sama hati lo.. Kali ini berat, lo harus kuat.."
(Tambah Ranya menguatkan kakaknya.)

Akhirnya mereka kembali melanjutkan perjalanan. Ranya diantar ke kampus dan Rony melaju untuk ke kantor.

Sesampainya di kantor, dia berpapasan dengan Reyza. Yang seminggu ini pun masih beku tidak banyak berbicara kepada Rony.
Rony dan Reyza menuju ke arah lift dan lagi-lagi mereka berada diruangan yang hanya berdua. Namun baik Reyza maupun Rony belum ada yang mau berbicara.
Rony belum berbicara perihal masalalu yang harus dia selesaikan, begitupun Reyza yang masih bersikap keras menyayangi Rony dihidupnya.

Cerita STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang