Neighbor

4.9K 378 62
                                    

Haechan benar-benar terjaga sepanjang sisa malam hingga fajar menjelang. Haechan menoleh ke sampingnya, melihat Jeno yang masih tertidur pulas dengan dua mangkuk sisa ramen yang mereka makan dini hari tadi. Haechan melihat ponselnya yang menunjukkan pukul enam pagi. Berniat membangunkan Jeno tapi tersadar kembali bahwa hari ini adalah hari Minggu. Biarkan saja Jeno tidur lebih lama, pikirnya.

Haechan beranjak dari ranjangnya, sedikit ragu namun hatinya masih penasaran. Ingin memastikan sekali lagi peristiwa yang baru saja dilihatnya semalam. Jika itu bukan mimpi, mayat perempuan sang korban pasti masih ada di sana bukan? Sejak memasuki kamar dan memakan ramen yang sungguh tidak berasa sama sekali di lidah Haechan yang semalam ketakutan, Haechan mengunci pintu kamarnya dan tidak keluar kamar sama sekali.

Belum sampai langkahnya mendekati balkon, suara teriakan terdengar dari bawah sana. Keras sekali, bahkan Haechan yang berada di lantai enam saja dapat mendengarnya, selain karena pagi ini memang terasa sunyi. Haechan dengan segera membuka pintu kaca menuju balkon, mendapati dua orang petugas kebersihan yang menemukan tubuh tak bernyawa seorang perempuan berlumuran darah.

"Ya Tuhan, aku tidak bermimpi semalam... bagaimana ini?"

Suara langkah kaki yang mendekati Haechan terdengar, tampaknya Jeno juga terbangun.

"Ada apa Haechan? Ribut-ribut apa di bawah sana?"

Jeno menyusul Haechan di balkon, melihat ke arah bawah, taman yang mulai dikerubuti beberapa orang lainnya. Pandangan Jeno terhadap jasad perempuan itu terhalangi punggung orang-orang yang berkerumun.

"Ayo turun, aku ingin melihat ada apa di sana?"

Haechan mengekori Jeno yang turun melalui tangga. Iya tangga, Jeno turun tangga, lagian hari sudah pagi jadi tangganya tidak gelap, kebetulan di setiap sisi tangga ada jendela besar yang terbuka. Walaupun terbuka tapi setidaknya masih memiliki teralis yang sudah berkarat di tiap sisinya. Haechan sebenarnya masih takut, tapi sekarang banyak orang bukan? Haechan juga ingin melihat lebih dekat. Katakanlah Haechan gegabah, tapi bagaimana lagi.

Jeno dan Haechan yang bergabung dengan kerumunan berusaha maju dan melihat, seketika Jeno yang pertama kali melihat mayat dengan kondisi mengerikan itu berbalik badan dan memeluk Haechan di belakangnya, tujuannya agar Haechan tidak melihat pemandangan mengerikan tersebut, tapi tampaknya Jeno sedikit terlambat karena Haechan sudah melihatnya. Mayat seorang perempuan dengan mata melotot lebar, isi kepalanya yang berhamburan keluar dengan beberapa lalat yang berdengung terbang di dekatnya.

"Wuekkk... ohokkkk.."

Haechan menyingkir dari kerumunan orang-orang, melepaskan pelukan Jeno dan memuntahkan isi perutnya di pinggir taman terbengkalai tersebut. Menjijikkan sekali apa yang baru saja dilihat oleh matanya tadi. Perut Haechan mual luar biasa, rasanya setelah ini akan sedikit sulit menyantap makanan apapun. Jeno tampak memegangi dan memijat tengkuk Haechan perlahan. Haechan tidak sendiri, dia bisa melihat kebanyakan orang yang telah melihat mayat perempuan tersebut juga mengalami reaksi yang sama seperti Haechan.

"Itu pasti pembunuhan, perampokan juga mungkin? Malang sekali perempuan itu.."

"Jen.. aku mual, kembali ke apartemen ya?"

"Baiklah, ayo.. mau kugendong?"

Haechan menggeleng, bergelayut pada lengan Jeno. Polisi belum sampai ke tempat ini, mungkin sebentar lagi. Pasti akan terjadi kegemparan di media massa, mengingat brutal sekali pembunuhan yang terjadi. Haechan melihat ke sekeliling, sedikit berdebar karena sering membaca beberapa novel yang menyebutkan bahwa pelaku pembunuhan biasanya akan kembali ke TKP untuk melihat bagaimana korbannya. Mata Haechan bergerak kesana kemari, berusaha mencari apakah ada sosok pria bermasker yang semalam dilihatnya.

WITNESS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang