Circumstances

2.3K 207 27
                                    

Deburan ombak yang menyapa pasir terdengar riuh, hari semakin petang dan orang-orang yang berada di Pantai mulai menepi. Pun begitu dengan seorang pria berseragam yang tampak sedang berbincang dengan dua orang wanita di sebuah kios penjual air kelapa.

"Apa kau yakin dengan yang kau dengar? Siapa nama polisi yang kau sebut tadi?"

"Eh? Na—Nakamoto Yuta.. oh, itu kau??"

Wanita bernama Lia tersebut sedikit terperangah setelah melihat kartu identitas yang ditunjukkan oleh Yuta padanya.

"Dan, apakah pria yang kau lihat tadi adalah orang ini?"

Yuta memperlihatkan foto Haechan yang dimillikinya dari cctv Minimart tempat Haechan bekerja dulu. Lia mengernyitkan dahinya, karena foto tersebut terlihat sedikit buram, kualitas cctv yang tidak begitu baik sepertinya.

"Eum! Sepertinya iya, memang dia.. terlihat sedikit berbeda tapi kurasa itu orang yang sama."

"Kau tahu kemana dia pergi?"

"Aku tidak tahu, seorang pria lain menjemput dan membawanya pergi menggunakan mobil. Ke arah sana..." Lia menunjuk ke sebuah arah jalan yang berada di sisi Pantai.

"Aku ingat arahnya karena wajah pemuda manis itu seperti orang linglung, dan aku melihat beberapa hickey di lehernya. Kurasa mereka memang sepasang kekasih yang sedang bertengkar?" Lia mengendikkan bahunya.

Yuta beranjak dari duduknya setelah mengucapkan terimakasih pada wanita tadi. Mengeluarkan ponselnya dan menghubungi kantor kepolisian Jeju. Yuta butuh back up, atau setidaknya mobil patroli yang bisa dia gunakan di Jeju saat ini.


---


"Apa dia meminum obat peluruh di atas dosis?"

Seorang dokter spesialis OBGYN membuka kacamatanya setelah memeriksa kondisi Haechan, menatap pada dua orang pria tampan yang berada di ruang tunggu Operation Room. Mark yang sedang duduk mendongak.

"Dia meminum dua butir obat peluruh..."

"Bisa aku lihat jenisnya? Karena kandungan misoprostol dalam tubuhnya sangat tinggi. Selain menyebabkan keguguran namun juga pendarahan."

"Aku tidak memilikinya lagi..."

Dokter tersebut mendesah pelan. Mengangguk dan akan kembali ke ruang operasi sebelum lengan Jeno mencekal dokter tersebut.

"Pastikan dia selamat, dokter."

Dokter bermarga Jeon itu spontan meringis karena cekalan tangan Jeno sangat kuat. Jeno yang menyadarinya bergumam kata maaf dan melepaskan dokter tersebut. Jeno kembali duduk di samping Mark. Menyadari bahwa kakak kembarnya itu sekarang tampak gelisah, menyeka keringatnya berkali-kali padahal AC di Rumah Sakit itu cukup kencang dengan suhu yang rendah.

"Mark, kau... khawatir pada Haechan?"

Mark menoleh, alisnya terangkat sebelah kemudian terkikik. Mark memegang dadanya yang terasa berdenyut dan berdebar resah.

"Aku tidak tahu Jen.. aku tidak pernah merasakan seperti ini sebelumnya. Jadi yah kusimpulkan saja mungkin memang aku khawatir?"

"Kau benar-benar menyukai Haechan?"

"Bagaimana denganmu sendiri?"

Mark dan Jeno saling bertatapan. Tidak menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan oleh pihak masing-masing. Bergeming hingga beberapa saat dan kembali ke posisi duduk menyamankan diri menunggu hingga operasinya selesai.

WITNESS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang