Kantor kepolisian Seoul tampak lengang hari ini, beberapa petugas sedang bertugas di luar. Hanya ada beberapa petugas jaga dan salah satunya adalah Nakamoto Yuta. Yuta sedang berdiam di meja miliknya sambil berpikir. Baru semenit yang lalu Yuta kembali menghubungi ibu dari Jongin untuk meminta pertimbangan membongkar peti jenazah Jongin, tapi lagi-lagi hanya penolakan yang didapatkan oleh Yuta. Ibu dari Jongin tetap tidak mengijinkan pihak kepolisian untuk membongkar kuburan Jongin.
Yuta mengerang dalam duduknya. Mengingat kembali kunjungannya beberapa hari belakangan ke sel tahanan tempat dulu Jongin ditahan dan bunuh diri, menanyai beberapa sipir penjara dan jawabannya selalu sama, tidak tahu. Benar-benar jalan buntu. Yuta memejamkan matanya, sekilas wajah memohon Haechan saat berusaha meyakinkan dirinya terlintas begitu saja. Yuta mendecak. Hasil dari mendatangi Jeno di apartemennya juga tidak membuahkan hasil apapun.
"Haechan.. kau ada dimana sekarang?"
--
20 hari kurungan.
Haechan tidak lagi menangis, merintih ataupun meronta. Haechan telah berubah sepenuhnya menjadi seorang submissive yang patuh pada dominannya, pada Masternya. Haechan akan melakukan apapun untuk membuat kedua Masternya senang dan terpuaskan. Sedikit banyak Haechan mulai menyukai rasa sakit, sadomasokis.
Jika awalnya Haechan akan merasa kesakitan dan menderita setiap kali Mark menyiksa ataupun menyiletnya menggunakan cutter dan mencambuk dirinya hingga kulitnya terluka dan berdarah, sekarang Haechan malah mulai ketagihan dengan segala perilaku menyimpang yang Mark lakukan.
Tapi Haechan juga mulai berlaku sama, Haechan akan dengan brutal mencakar dan menggigit hingga Mark juga terluka sepertinya. Mark tentu saja menyukainya. Keduanya terlibat masokisme yang membangkitkan gairah seksual saat berhubungan. Mark akan mengobati seluruh luka di tubuh Haechan, membuatnya mulus kembali namun menorehkan luka lainnya lagi.
"Shittt... manisssku.. gigitanmu arghh teruskan.."
"Eung.. master..."
Haechan menggigiti tulang selangka hingga bahu Mark yang mengungkungnya, gigi taring Haechan terus berusaha mengoyak kulit di depannya untuk melampiaskan rasa nikmat yang Haechan terima di lubangnya. Haechan juga ingin mencicipi cairan merah milik Mark, seperti yang Mark selalu lakukan pada dirinya jika ia terluka, menjilati darahnya.
Jeno? Oh Haechan memang mulai gila. Tubuhnya akan terus meminta untuk dimasuki dan dipermainkan oleh mainan-mainan milik Jeno. Haechan akan dengan sukarela menjadi boneka dari Jeno. Otaknya mulai tidak beres, tidak dapat memilah kenyataan yang benar. Pikirannya dipenuhi hadiah yang akan diberikan Mark dan Jeno jika dirinya patuh.
Selain cincin, Jeno memberikan sebuah anting tusuk dengan batu berwarna hijau toska bercampur lilac atau biasa disebut dengan permata Alexandrite. Jeno melubangi kedua telinga Haechan menggunakan tembakan khusus tindik dan memasangkan anting tersebut. Begitu indah menghiasi telinga sang submissive.
Hadiah kali ini sangat dinantikan oleh Haechan, dimana mereka bertiga akan pergi berlibur ke suatu tempat. Haechan sungguh jenuh berada di ruangan yang sama setiap hari tanpa pakaian. Terkadang Mark akan memberikan kemeja putih kebesaran miliknya untuk dipakai Haechan.
Mark memandangi penampilan Haechan dari atas hingga bawah. Mengangguk karena outfit yang dipilihkan oleh Jeno cukup baik. Haechan menggunakan kaos putih dengan hoodie berwarna nude, celana panjang berwarna cokelat susu yang senada dengan atasannya. Haechan juga mengenakan masker untuk menutupi sebagian besar wajahnya yang manis. Rambutnya mengembang karena Jeno mengeringkannya menggunakan pengering rambut. Biasanya rambut Haechan selalu lepek karena keringat, melayani kedua Masternya memang melelahkan bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
WITNESS [END]
Mystery / ThrillerHaechan, seorang pemuda biasa yang tanpa sengaja menjadi saksi mata sebuah pembunuhan. Terperangkap dalam jerat sang pembunuh tanpa tahu bahwa bahaya juga mengancam kekasihnya, Lee Jeno. Kedatangan pemuda misterius bernama Mark Lee di samping kamarn...