Present ⚠️

3.7K 211 10
                                    

Jeno yang sedang bergerak dengan tempo teratur di ruang temaram berwarna merah tersebut sempat teralihkan atensinya karena benda pipih miliknya sejak tadi berbunyi tanpa henti. Jeno mengabaikannya namun mendecak sebal karena sepertinya si penelepon tidak menyerah untuk menghubungi dirinya.

"Shit! Sialan, mengganggu!"

"Lain kali tinggalkan ponselmu Jen.. pergi sana angkat dulu panggilan itu.. shhh.."

Jeno menatap punggung yang basah karena peluh di depannya, mengumpat pelan saat dirinya melepaskan diri dan mencabut keluar penisnya dari Haechan.

"Ahh, gila.. dia masih menjepit milikku walaupun kau sudah tidak bergabung. Hihi, Haechan, Haechan... Hhh"

Jeno menatap kesal pada Mark yang meneruskan genjotannya pada tubuh Haechan yang ada di atasnya. Posisinya adalah, Mark berbaring di ranjang menaik turunkan pinggulnya pada tubuh mungil Haechan di atasnya. Haechan bertumpu dengan kedua tangan dan lututnya. Tadinya, Jeno berada di belakang tubuh Haechan, menaikkan pinggul Haechan dan menyodoknya dari belakang.

Keduanya benar-benar mempersiapkan lubang Haechan agar mampu menerima penis mereka, dan ya itu cukup berhasil karena hampir setiap hari Mark ataupun Jeno melebarkan lubang Haechan.

Jeno menjauh sedikit dari ranjang, sambil tetap menatap bokong sintal Haechan yang memerah karena Mark menamparnya berkali-kali.

"Hmm, halo.."

"Ah, akhirnya kau menjawab juga. Lee Jeno, benar bukan?"

Jeno mengernyit, menyadari bahwa panggilan berasal dari nomor yang tidak dikenalnya.

"Umm, ya. Maaf kau siapa?"

"Petugas kepolisian, Nakamoto Yuta. Masih ingat? Kita pernah bertemu sebelumnya bersama Haechan..."

Jeno sedikit menegang. Ada apa Yuta menghubunginya?

"Oh, aku ingat tentu saja Yuta-ssi. Kau butuh sesuatu hingga menghubungiku?"

"Yutt-.. hmmphhh nghhh! Khhh!"

Jeno dapat merasakan Yuta terdiam di seberang sana. Jeno melirik Haechan yang kini dibekap oleh Mark. Sialan, Jeno lupa bahwa posisinya tidak terlalu jauh dengan ranjang. Pasti Haechan mendengar Jeno menyebut nama polisi tersebut.

Haechan berusaha berontak dengan memukuli dada Mark yang berbaring dibawahnya, Haechan harus bisa berteriak setidaknya agar suaranya didengar oleh Yuta! Yuta harus menyadari bahwa Haechan ada di sana! Haechan merasakan kewarasan kembali menghantamnya setelah mendengar nama Yuta. Kesempatan semoga berpihak padanya.

Mark geram, dengan sekali hentak Mark membalik tubuh polos Haechan, menjadi Mark yang menindih Haechan. Dengan sebelah tangan yang masih membungkam mulut Haechan, sebelah tangannya lagi dengan tergesa menangkap sebuah benda yang dilempar oleh Jeno sebelum Jeno melangkah menuju pintu keluar.

Haechan menggigit jari Mark membuat Mark mengucapkan sumpah serapah.

"Yuta Hyu--akhhh.. khh..."

Mark marah, menyumpalkan gag ball ke dalam mulut Haechan dengan kasar, membuat Haechan hampir tersedak dan mengerang kesakitan karena Mark menarik tali kulitnya begitu kencang dan mengaitkannya di belakang kepala.

"Nngghhhhhhh!! Nggggg!!"

Haechan masih berusaha, dan Mark yang emosinya sudah berada di ubun-ubun mengambil sebuah choker dan memasangkannya di leher Haechan, dan dengan sekali tarik, tali kekang yang terkait dengan choker tersebut menyeret tubuh Haechan hingga terjatuh dari ranjang.

Haechan terseok karena tarikan di choker  itu membuat lehernya sakit. Haechan terbatuk tertahan karena gag ball menyumpal mulutnya. Lengannya berusaha menggapai bagian belakang kepalanya, mencoba melepaskan kaitan tali kulit yang menyambung dengan gag ball di mulutnya. Sulit sekali.

WITNESS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang