Lunacy ⚠️

3.4K 196 30
                                    

"Siapa nama lengkapmu?"

"Lee Haechan..."

"Oh, margamu Lee..."

"Benar.. tapi yang kusebutkan tadi sebagai Lee Haechan.. itu marga Master..."

Dokter Choi membuka mulutnya, namun akhirnya menutupnya kembali. Oke, artinya Master-nya Haechan memiliki marga yang sama dengan Haechan. Lee. Dokter Choi cukup paham dan bisa mengira hubungan Haechan dan orang yang disebutnya sebagai Master. Melihat beberapa luka di tubuh Haechan, dokter Choi bisa menyimpulkan bahwa sang Master memiliki kecenderungan BDSM saat berhubungan, relasi dominan dan submissive yang menggunakan panggilan Master, well yeah sedikit banyak hanya dalam kondisi seperti Haechan dimana sang submissive tidak memiliki kebebasan.

"Mengenai Mastermu itu, Haechan... bagaimana kalian bertemu?"

Haechan memiringkan kepalanya, matanya melihat ke arah langit-langit kamar. Berpikir sejenak.

"Mereka menemukanku... iya, seperti itu..."

"Maaf menanyakan ini.. tapi kau benar-benar melihat sebuah kasus pembunuhan bukan?"

"Eung. Aku melihatnya! Perempuan itu dipukul palu, seperti ini..."

Dokter Choi memperhatikan Haechan yang berdiri lalu duduk di lantai dan memperagakan bagaimana si pembunuh mengayunkan palunya menghantam tengkorak. Dokter Choi tertegun karena melihat ekspresi Haechan yang tampak menyeringai saat melakukan peragaan tersebut.

"Satu... dua! Tiga.. empat! Dang! Kepalanya hancur dan dia mati."

Haechan berdiri dari lantai dan kembali duduk di kursi, berhadapan dengan dokter Choi.

"Cukup, eum.. aku dengar dari Yuta.. pembunuh itu sering mendatangi bahkan melecehkanmu? Aku mempercayaimu, jangan takut mengatakan yang sebenarnya.."

Haechan terkikik, menutup mulutnya dan sebelah tangan yang lain menggaruk tengkuknya sendiri yang tidak gatal.

"Jangan percaya padaku dokter... kkk.. aku pandai berbohong dan berhalusinasi.. seperti sekarang, aku bisa melihat Master disana.. tersenyum dan melambaikan tangan padaku.."

Haechan menunjuk ke arah luar jendela, dokter Choi mengikuti pandangan Haechan namun tidak menemukan siapapun di balik jendela itu, kembali berbalik menatap Haechan yang seperti sedang membalas lambaian pada arah jendela. Haechan meremat perutnya yang terasa nyeri namun nikmat secara bersamaan saat ia tertawa.

"Enghhh... hahh..." Haechan tersenyum disela rintihannya.

Hal itu tidak luput dari pandangan dokter Choi. Cukup paham bahwa bekas jahitan di perut Haechan terasa nyeri tapi Haechan tampak menyukainya. Dokter Choi mencatat beberapa info yang didapatinya dari hasil bincangnya bersama Haechan. Keduanya terlibat beberapa percakapan di kamar tamu milik dokter Jeon yang ditempati Haechan tersebut.

"Psikosis-nya cukup parah, Jungkook. Aku prihatin karena di usianya yang masih muda Haechan harus mengalami hal-hal buruk seperti ini. Hhhh..."

"Berapa kali lagi kau harus mengobrol dengannya seperti tadi?"

"Memangnya kenapa? Tentu saja sampai Haechan menunjukkan perubahan. Mengembalikan mental dan kejiwaan orang normal namun tercemar seperti Haechan karena traumatisme itu jauh lebih sulit Jungkook! Kau keberatan jika aku sering kemari? Bukankah kau yang menyarankan hal tersebut?"

Jungkook terkekeh, teman sejawatnya di Rumah Sakit ini memang cerewet sekali.

"Bukan begitu, aku hanya bertanya Suji-ah.. apa kau tidak membawakan Haechan obat apapun itu?"

WITNESS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang