Please, Trust Me..

3.7K 292 77
                                    

Matahari telah menampakkan diri dan memancarkan sinarnya lebih dari 2 jam yang lalu. Namun kedua insan yang masih saling berpelukan dengan tubuh polos yang hanya tertutupi selimut tipis itu masih setia terpejam. Hingga akhirnya salah satunya terbangun, menyugar rambut hitamnya ke belakang, menyisakan kesan maskulin pada wajahnya. Mark menoleh dan sudut bibirnya terangkat naik sebelah mendapati tubuh sang submissive yang tampak tenang dalam tidurnya setelah aktivitas panjang keduanya semalam.

Jemari Mark menyusuri garis wajah lalu beralih ke bahu, punggung hingga ke bokong Haechan yang tertutupi selimut. Mark mengerang rendah, pikiran kotornya kembali pada kegiatan bersetubuh mereka semalam. Menyenangkan sekali dan Mark menginginkannya lagi.

"Engghhh.."

Haechan melenguh kecil dalam tidurnya, mengerjap dan mengusak kedua matanya sambil berusaha duduk. Matanya bertatapan dengan Mark yang masih memandangi tubuh telanjangnya. Haechan merona, dalam hati merapalkan maaf pada Jeno karena semalam Haechan baru saja berselingkuh.

"Sudah bangun? Sepertinya kau membolos hari ini Haechan.. shift pagimu sudah terlalu terlambat.."

Haechan berjengit kaget, astaga bagaimana Haechan bisa melupakan pekerjaannya? Tapi tidurnya memang kurang sekali. Keduanya baru terlelap sekitar pukul empat pagi. Dan sekarang jam dengan bentuk segitiga terbalik itu menunjukkan pukul delapan lewat. Haechan mendesah, Noona Shin pasti akan kecewa dan marah pada Haechan karena tidak masuk kerja tanpa memberikan penjelasan.

"Aku kacau sekali...."

Haechan menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya. Sejak malam ia melihat pembunuhan itu, rasanya kehidupan Haechan memang jauh dari kata baik. Setiap hari terasa menegangkan bagi Haechan, dibuntuti dan didatangi oleh pria misterius yang sampai semalam masih mengganggu Haechan.

"Hei, tidak apa.. aku akan membantumu mencari alasan pada pemilik Minimart itu.. sekarang ayo bersihkan dirimu.."

"Uhm.. ya, terimakasih Mark..."

Haechan menerima uluran tangan Mark yang membantunya untuk bangun dari ranjang, membuat selimut tipis yang menutupi penis mungil Haechan terjatuh ke lantai. Haechan baru akan memungutnya tapi tangan Mark mencegah.

"Kenapa malu? Aku sudah melihat dan menikmati semuanya semalam.. kau tidak perlu menutupinya.."

Sumpah demi Tuhan, Haechan pasti sekarang nampak seperti kepiting rebus. Canggung sekali walaupun kenyataannya memang semalam pergumulan mereka sepanas itu.

"Mandi bersama, hm?"

.

.

Mark menyabuni punggung Haechan di kamar mandi sempit itu. Ukuran kamar mandinya sama saja dengan milik Haechan. Tangan Mark beralih dari punggung menuju dada Haechan, meremasnya perlahan membuat Haechan sedikit meremang dibuatnya. Ayolah, pagi hari memang salah satu waktu yang tepat untuk saling melepas hasrat karena hormon testosterone berada pada kadar tertingginya saat bangun tidur, menyebabkan ereksi bagi pria manapun di pagi hari.

"Emmh, Mark... j-jangan.."

Mark masih memeluk tubuh tan yang mungil namun sintal itu dari belakang, sambil kedua tangannya memainkan puting dada Haechan yang mencuat dan kemerahan karena semalam dihisap kuat oleh Mark.

"Ssshh, kenapa? Kau tidak mau.. hmm?"

Haechan menggeleng pelan, menggigit bibir bawahnya menahan gejolak yang rasanya muncul kembali. Tapi Haechan tidak mau mengkhianati Jeno lebih lagi.

"Aaaakkhh, ekhh.. Ma-mark..."

Haechan sedikit berteriak karena Mark mendorong penisnya pada lubang Haechan yang kering. Haechan berusaha menolak dan berontak tapi Mark lebih dulu menghimpit tubuh Haechan ke dinding dan menekan kuat penisnya di lubang hangat Haechan. Membuat Haechan mendongak menahan nyeri dan Mark mendesah karena kenikmatan yang kembali dirasakan oleh kejantanannya.

WITNESS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang