8

41 8 4
                                    

Hakyeon belum pernah terlihat sesenang hari ini. Dia menikmati sarapannya sambil menguarkan perasaan bahagia itu di hadapanku. Aku betah berlama-lama menatapnya yang tentu saja sebelum itupun sudah betah juga.



"Kau sungguhan sedang senang kan?" tanyaku yang langsung membuatnya tampak bingung.



Dia masih mengunyah makanan dengan pipi mengembung lucu. Manis. Wajahnya polos sekali dengan mata bulat yang membuatku ingin menarik tubuhnya agar jatuh dalam dekapanku. Sayangnya ada meja kotak menghalangi kami yang sedang sarapan di dalam cafe.



"Sejak tadi aku merasakan itu darimu." lanjutku



Atau aku salah?



"Tentu saja aku memang senang." jawabnya sambil tersenyum, "Karena kau, Taekwoon."



"Karenaku?"



Dia mengangguk berulang kali. Menyuapkan kembali makanan kedalam mulutnya. Mengunyah dengan imut.



"Kau sedang mengajakku kencan." jelasnya, "Bahkan memanggilku sayang. Itu sudah lama kuinginkan. Hanya saja memang tidak pernah kuminta darimu."



"Kau sungguhan menginginkan hal sederhana itu sejak lama?"



Dia kembali mengangguk berulang kali. Masih sibuk memamerkan kemanisannya di hadapanku.



"Aku akan lebih senang lagi kalau kencan hari ini berlangsung sepanjang hari. Jadi, jangan cepat pulang. Kita habiskan waktu di luar saja."



Jadi dia ingin kencan sepanjang hari. Kencan yang tanpa tempat tujuan?



"Kau pasti sadar kalau kau memang tampan, Taekwoon. Kau sengaja tidak memamerkannya karena merasa tidak butuh. Tapi hari ini kau melakukannya. Kau ingin jadi pacar yang enak dilihat olehku kan? Bahkan kau rela mewarnai rambutmu.



Dan... kau pasti ingat aku memang ingin melihatmu berambut pirang. Pernah kukatakan bertahun-tahun lalu."



Ya, memang pernah. Entah itu hanya keinginan pada saat itu saja atau memang keinginan selamanya. Jika bukan karena keinginan itu aku juga tidak akan pernah membuat rambutku menjadi seterang ini.



"Hari ini kau sungguh berubah. Seolah muncul sebagai keajaiban setelah penantian panjangku.



Aku senang. Sangat senang."



Apa memang sesenang itu?



"Bagaimana dengan ucapan cinta dariku?" tanyaku, "Kau menyukainya?"



Dia kembali mengangguk.



"Tentu saja." jawabnya.



"Lalu, apa itu berarti aku sudah sepenuhnya menggantikan posisi perempuan itu?"



"Perempuan itu?"



Dia mulai terlihat tidak nyaman. Berpikir.



"Perempuan yang hampir kau nikahi." jelasku.



"Kenapa tiba-tiba membahasnya? Kau bisa merusak kencan kita yang menyenangkan."



"Maaf. Tapi aku..."



"Aku patah hati karena dia, Taekwoon." jelasnya, memotong ucapanku, "Sampai sekarang rasa sakit karena pernikahan yang batal itu masih terasa. Tapi... itu hanya sisi manusiawi yang kupunya sebagai manusia.



Ada rasa sakit. Meski begitu sudah tidak apa-apa. Karena walau kehilangan dia... aku justru mendapatkan yang lebih berharga.



Kau jauh lebih berharga. Dan... sungguhan kudapatkan sebagai milikku. Kau benar-benar milikku kan, Taekwoon?"



"Ya." jawabku sambil mengangguk, "Aku memang milikmu. Akan selalu jadi milikmu."



Dia kembali tersenyum, "Terima kasih."



Hanya bisa kujawab dengan anggukan meski sebenarnya aku juga ingin mengucap terima kasih padanya.



'Aku memang milikmu, Hakyeon. Akan selalu menjadi milikmu. Karena itu, kaupun juga milikku.' batinku yang lalu tersenyum dan mengelus pipinya sebelum melanjutkan kegiatan makanku.



Aku memiliki pacar yang sangat manis.



***



14:50


6 April 2018



Maaf karena cerita ini kutulis dengan banyak hari libur dan selingan ocehan tidak pentingku. Sekarang juga kutulis kurang dari 500 kata.


Motive [VIXX Leo N]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang