11

41 7 17
                                    

Aku mulai bersiap setelah Hakyeon sungguhan pergi. Kusebut sungguhan karena sebelumnya dia sempat kembali. Masuk kedalam apartemenku hanya untuk mencium bibirku. Mengucapkan cinta. Lalu keluar sambil tersenyum bahagia. Dia sudah menyerupai orang gila walau sejujurnya aku menyukai tingkahnya.

Begitu Hakyeon bisa kupastikan benar-benar berangkat ke kantornya, aku segera membereskan keperluanku. Hari ini aku harus ke pameran. Tidak bisa menolak lagi karena kali ini Hakyeon yang memintanya. Dia bilang ingin datang melihat pameran itu nanti siang. Jadi, mau tidak mau aku harus berada di sana agar pacar pemaksaku itu tidak kesal. Apapun harus kulakukan untuknya.

'Aku kangen padamu, Leo.' sebuah pesan tak bernama masuk kedalam ponselku.

Tanpa nama juga aku tahu siapa pengirimnya. Orang yang selama seminggu terakhir sepenuhnya kuabaikan. Lagipula aku merasa tidak punya kepentingan lagi dengannya. Siapa yang butuh rasa rindunya?

'Kenapa tidak membalas pesanku? Biasanya kau tidak pernah mengabaikanku. Aku ingin ngobrol seperti biasanya.'

Tapi aku tidak ingin ngobrol dengannya. Keinginan kami berbeda.

'Leo.'

Aku tidak menyukai panggilan itu. Sudahlah. Lebih baik tetap kuabaikan. Lagipula aku harus segera menghadiri pameran karya-karyaku.

***

Hongbin langsung mendelik kaget begitu melihat kedatanganku di lokasi pameran. Bukan hanya mendelik, dia juga mengamatiku dari atas ke bawah. Seolah benar-benar tidak percaya pada segalanya.

"Kau bersedia datang!" pekiknya, " Dan... pakaianmu..."

Aku hanya mengenakan jeans robek-robek dan kaus putih berlengan pendek. Rambutku masih sama pirangnya dengan kemarin. Maskerku juga kutinggal karena aku sedang menuruti aturan tampilan normal ala orang-orang di sekitarku. Meski antara nyaman dan tak nyaman.

"Ya, Tuhan! Kau sudah menjadi karya seni itu sendiri jika mau berpenampilan seperti itu, kak Taekwoon. Whoaa... kau luar biasa sekali."

"Tidak bisakah kau bersikap biasa saja?” keluhku karena Hongbin terlalu berlebihan menanggapi keberadaanku.

"Tapi kau memang luar biasa." jelasnya, "Aku belum pernah melihatmu berpenampilan normal kecuali hari ini. Padahal aku sudah bekerja untukmu selama bertahun-tahun. Dan... aku yakin perubahanmu itu berkat kak Hakyeon."

Tebakannya benar. Memang karena Hakyeon. Dia tidak memintaku berubah. Hanya saja, aku ingin tampil seperti apa yang dia suka. Karena aku ingin menyenangkannya.

"Ya sudahlah. Yang pasti aku sangat senang." lanjut Hongbin, "Sebentar lagi pengunjung akan berdatangan. Aku harus mengurus sesuatu untukmu. Kau cukup diam saja di sini. Dan pastikan kau ramah pada siapapun yang nanti kau temui."

Ramah pada siapapun yang kutemui? Dia sama halnya memintaku memakan apapun di hadapanku tidak peduli itu layak atau tidak. Balok kayu pun bisa-bisa harus kutelan padahal jelas bukan makanan.

"Ya." jawabku.

Bersikap ramah masih hal merepotkan bagiku. Tapi karena aku sudah bersedia datang kemari, aku harus bertanggung jawab pada pilihanku. Akan kucoba untuk melakukannya.

'Aku sungguhan kangen padamu, Leo.' pesan itu datang lagi pada ponselku.

Menyusahkan saja. Daripada terus terganggu oleh pesan dari cewek yang tidak pernah ingin kutemui lagi, kupilih untuk memblokir nomornya bersamaan dengan Hongbin  yang berjalan pergi meninggalkanku demi kesibukannya.

'Seharusnya kublokir sejak dulu.' batinku yang langsung kaget setelahnya.

Dia berada di sana. Perempuan itu berada di sana. Sedang berjalan masuk bersama 2 perempuan lainnya. Sebagai pengunjung pameran.

'Sial.' batinku.

***

12:41
8 April 2018

Motive [VIXX Leo N]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang