{2}

374 24 1
                                    

Kalau Ada typo tandai ya

Silahkan membaca semua!!

{2} kembali ke rumah

Kini Adira berada di ruangan nya bersama sang Bunda, karena sang Ayah nya sedang ada meeting bersama di luar kantor.

"Bun Aku mau pulang besok," pinta Adira dengan bahasa santai tidak seperti kemarin mengunakan bahasa formal.

"Serius?" Tanya sang Bunda Adira dengan rawut wajah khawatir nya.

" Iya bunda , Adira mau di rawat di rumah aja."

"Tapi kamu belum sembuh total sayang."

"Please bund," rengek Adira seperti anak kecil.

"Yaudah, tapi dengan satu syarat kamu belum boleh sekolah dulu."

"Iya Bunda ku sayang," ucap Adira dengan mengangkat sedikit sudut bibirnya.

Dia merasa nyaman berada di dekat perempuan paruh baya yang berada di depannya ini yang merawat dan menjaga waktu kemarin, menurut Adira adalah kalau orang itu baik kepada nya, maka ia akan membalas nya dengan baik juga.

"Itu yang gue mau,gue pengen merubah penampilan nih cewek cupu," Ucap batin Adira.

"Bunda kok ngerasa yah kalau sifat kamu berubah ya," ucap sang Bunda menatap Adira.

"Maksudnya?"

"Dulu kamu gak berani natap mata orang yang bicara sama kamu, kamu juga sering nunduk, tertutup sama Bunda, tapi sekarang kamu berani natap langsung lawan bicara kamu.
Apalagi sekarang kamu gak mau pakai kacamata bulat kesayangan kamu." Ucap sang Bunda sambil menunjuk kacamata yang berada di atas meja dekat dengan nakas.

"Aku gak butuh kacamata itu, Mata aku masih sehat." Ucap Adira santai.

"Mata kamu emang sehat, Makanya Bunda juga bingung kenapa kamu mau pakai kacamata bulat itu terus-menerus." Ucap sang Bunda semakin membuat Adira mengerutkan keningnya.

Adira mengangkat bahunya acuh

"Mungkin aku khilaf."

"Oh ya satu lagi kamu gak pernah gombrol sama Bunda sama Ayah
Dan..."

"Bun Apa aku punya kakak?" Tanya Adira sekaligus mengalihkan pembicaraan mereka

"Kamu punya sayang, kamu punya dua Abang nanti kamu bisa kenalan sama mereka," jawab sang Bunda dan hanya di anguki ringan oleh Adira.

"Aku mau potong poni dong bund," ucap Adira tiba-tiba.

"Serius?," Tanya sang perempuan paruh baya tersebut dengan ekspresi senang.

"Kenapa Bunda seseneng itu?" Binggung Adira.

"Karena Bunda risih banget sama poni kamu sayang, pinginnya Bunda potong aja tuh poni tapi kamu tetap pertahanin ini poni sampai nutupin mata."

"Bisa bantuin potong poni aku Bunda?," Tanya Adira.

"Dengan senang hati sayang," ucap sang Bunda bersorak.

TRANSMIGRASI ADIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang