5 GESESOKE

140 15 9
                                    

Jazzel dan Jozan berlari ke keremunan ramai itu. Mereka dengan susah payahnya berjaya sampai ke depan.

Hanya karena rasa penasaran yang semakin melonjak membawa mereka untuk berada disini.

Di tengah lapangan sekolah. Banyak sekali siswa yang berkumpul disitu hanya karena ingin melihat pertunjukan aksi.

Ada beberapa siswa yang ikut tawuran dan salah satunya ialah Harraz.

Sudah biasa bagi sekolah ini jika ada adu lawan disekolah. Mau mati, mau hidup. Sekolah ini nggak peduli.

Jazzel meringis kala melihat siswa yang baku hantam itu sampai mengeluarkan darah.

Sangat sadis, mengapa suka aja tawuran. Aneh.

Tiba tiba satu hentakan dengan menggunakan pemukul baseball mendarat di kepala Harraz dan sudah tentu membuat semua siswa disitu kaget.

Jazzel sudah memekik kuat, ingin ia ikut bergabung tapi tangan Jozan lebih dulu menahannya.

"Anjir, lepasin woi!. Itu Harraz berdarah" pekik panik dari Jazzel.

Hanya karena tenaganya lebih lemah dari Jozan, Jazzel tidak bisa berbuat apa apa.

Ia menatap tajam ke Jozan dan mendapat reaksi santai dari pemuda Satria ini.

"Santai napa? Tuh Harraz nggak mungkin kalah " cetus Jozan dengan wajah santai.

Jazzel masih aja bergerak gelisah, ia ingin membantu Harraz tapi tangannya sudah dikunci Jozan dengan mengengam erat tangannya.

Tidak lama setelah itu tawuran ini dimenangkan oleh geng Harraz. Jazzel memanggil dengan gelaran GESESOKE.

Pemuda manis semanis gula jawa ini menghembus nafas lega. Untung Harraz nggak pa pa.

Jazzel memasang wajah panik lagi kala Harraz seperti berjalan menuju keduanya.

Dan memang benar, Harraz sudah di depan mata Jazzel dengan mengerut kening kala melihat Jazzel dan Jozan masih berpegangan tangan.

Jazzel hampir lupa kalo tangannya masih digenggaman Jozan. Serta merta ia melepas pegangan itu.

"Harraz lo nggak pa pa? Itu kening lo bedarah" tunjuk Jazzel ke kening Harraz.

Harraz menggeleng dan tersenyum manis ke Jazzel.

"Nggak pa pa kok. Lo bisa nolongin gue?" Tanya Harraz yang menatap lekap berwarna mata Jazzel.

Jazzel kaku. Mata itu, mata yang bisa membuat Jazzel jatuh cinta. Mata yang menawan, rupa tampan nan ganteng, hidung mancung. Kenapa bisa sesempurna ini.

"Azzel?" Pemuda tan ini tersentak sadar kala ia mendengar suara dalam itu memanggil namanya.

"Hah? Eh bisa kok bisa. Mau dimana?" Tanya Jazzel ngasal, bahkan Harraz belum sempat mau ngasih tahu nolongin apa.

Tapi pemuda ini sudah menjawab.

"Dimana apa?" Kekeh Harraz.

Jazzel senyum malu, ia menunduk pandangan. Harraz sudah tidak dapat menahan ingin mengunyel pipi si Jazzel ini. Kok bisa selucu ini.

"Zan, gue pinjem temanmu dulu ya?" Belum sempat Jozan menyahut tapi pergelangan tangan Jazzel sudah dulu ditarik oleh Harraz.

Membuat pemuda manis ini sedikit kaget, ia tidak memberontak. Tuh buktinya ia mengikut aja si Harraz yang dulu berjalan sambil mengandeng tangannya.

"Loh?, Raz jan lupa bayar dulu lah kalo mau minjem!" teriak Jozan yang semakin hilang ditinggal keduanya.

"Loh?, Raz jan lupa bayar dulu lah kalo mau minjem!" teriak Jozan yang semakin hilang ditinggal keduanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
REAL [ HAJEONGWOO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang