07 - Liontin

90 9 0
                                    

"Aku pulang."

"Eh, sayang, sini nak, sini dulu."

Langkah kaki yang tadinya hendak berbelok ke kamarnya itu terhenti karena panggilan sang Ibu. Mereka berjalan keruang tengah. Apa yang dilihat Doyoung disana membuat keningnya mengerut. Sedang apa Alesa berada dirumahnya?

"Kamu pasti kenal kan sama dia?" Ujar Ibunya, Doyoung pun mengangguk. "Sini coba deketan."

Perlahan Doyoung berjalan mendekat tepat berdiri disamping Alesa yang tersenyum begitu manis padanya, yang membuatnya tidak bisa jika tidak membalas senyuman itu.

"Lesa bakal jadi tetangga baru kita, Mama denger kalian pernah satu kelas kan? Semoga akur ya." Bu Marina, Ibunya Doyoung itu menepuk pundak sang anak. "Sering-sering jemput dia." Bisiknya sebelum pergi.

Alesa tersenyum pada Marina sebelum wanita itu pergi menghilang dari pandangan mereka berdua. "Lo gak bilang bakal jadi tetangga gue?"

"Kan biar surprise. liat deh, Mama kamu seneng gitu aku jadi ikut seneng." Alesa menoleh pada Doyoung, kenapa raut wajah pria itu terlihat tidak senang ya? Atau mungkin hanya perasaannya saja.

"Yaudah. Aku pulang dulu ya. Oh iya, kata Mama kamu besok kamu bakal jemput aku. Jadi, jangan lupa."

Doyoung menatap ditempatnya sampai Alesa sudah pergi sepenuhnya dari rumahnya. Ia pun memilih pergi meninggalkan ruang tamu dan berjalan menuju kamarnya.

Anak remaja itu melempar tasnya asal pada bangku disana. Tidak langsung mandi, ia malah merebahkan dirinya dikasur dan melamun menatap langit-langit kamar.

flashback.

"Dokter!! Dokter!! Dokter anak saya sadar dokter!"

Saat sadar dari komanya waktu itu, suara pertama yang Doyoung dengar adalah teriakan seorang wanita paruh baya. Seorang wanita paruh baya yang tidak mau melepaskan tangannya darinya bahkan untuk sebentar saja.

"Ini Mama sayang, hm? Gak papa gak papa. Ada Mama."

Sayangnya, sebutan Mama dan wajah wanita yang memanggil dirinya sendiri itu Ibunya sangat asing bagi Doyoung. Yang ia rasakan saat itu seperti, ingatannya kosong, ia tidak bisa mengingat apapun ataupun mengenali wanita dihadapannya.

"Siapa.." Lirih Doyoung. Suara itu sangat kecil, sampai-sampai dia harus mengulang kembali pertanyaannya karena wanita itu tidak mendengarnya. "K-kalian s-siapa..."

Hari itu ada Haruto dan Yedam juga didalam ruangan. Mereka saling melihat satu sama lain, apa maksudnya perkataan Doyoung? Mereka juga makin dibuat bingung saat Dokter meminta Ibunya Doyoung untuk pergi keruangannya.

Setelah kepergian Marina, Haruto mendekat pada brankar Doyoung. "Gue Haruto, lo gak mungkin gak inget gue kan Doy?" Ia menunjuk Yedam juga. "Dia Yedam, kita temenan dah lama."

Muka kebingungan Doyoung membuat mereka makin prustasi melihatnya. "Jangan-jangan, lo hilang ingatan Doy?" Tebak Yedam.

Doyoung memegangi kepalanya yang mendadak pening. Akh, ia benar-benar tidak bisa mengenali mereka semua.

"Doy lo sama Yedam pernah kecebur bareng waktu ambil bola, kalo ini pasti lo inget sih!"

"Ngingetinnya jangan kenangan buruk dong anying!" Sahut Yedam.

Namun tawa dari Doyoung membuat mereka menatap satu sama lain seketika. "Lo inget?" Tanya Haruto.

Doyoung menggeleng.

Dan hari itu tanpa disangkanya ada seseorang yang masuk dengan mengaku-ngaku sebagai kekasihnya.
______

Hari ketiga ia bangun pun gadis itu  kemari lagi. Ia kembali bersama dengan lelaki sama.

please, don't forget me | kim doyoung treasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang