"Assalamualaikum---"
Pintu yang terbuka itu mengejutkan tiga orang dengan hal yang mereka lihat dihadapan mereka.
Amora dan Doyoung pun langsung bangun dari posisi mereka. Mereka berdua sama terkejutnya dengan kehadiran Haruto, Yedam dan Jeongwoo. Dirinya langsung melihat Jeongwoo yang terdiam dengan memperhatikannya dengan tatapan kosong. Ah, Mora gila. Bisa-bisanya dia.
Haruto pun ikut melirik Jeongwoo, meski baru mengenalnya, ia paham betul yang Jeongwoo rasakan. Ia juga tau perasaan temannya itu.
"Gue---"
"Apaansih ganggu aja. Ketok dulu minimal." Doyoung memotong ucapan Amora. Dilihat-lihat, sikapnya pun seolah tidak terjadi apa-apa.
Hal itu membuat Jeongwoo mendecih. "Kita ngeganggu lo bedua lagi enak-enakan ya?"
"Woo lo apasih?!" Geram Amora.
"Gue cabut duluan deh. Pusing gue. Remaja jaman sekarang tingkahnya berani bener. Pake tidur sekasur lagi, gila kali." Jeongwoo pun bergegas pergi dan membanting pintunya. Awalnya Amora mau mengejarnya, namun cekalan Doyoung pada pergelangan tangannya membuatnya diam.
Haruto jadi merasa bersalah. Tadinya Jeongwoo menolak kemari karena masih enggan bicara dengan Doyoung usai pria itu membentak Amora. Yah, bukannya memperbaiki suasana ia malah membuat mereka makin jauh kalau begini. Apalagi ia tau, perasaan Jeongwoo pada Amora masih selalu sama seperti dulu.
___________
"Argggggh---- Sialan. Sialan. Sialan." Jeongwoo menghajar tembok yang keras itu berkali kali. Lengannya sampai memerah karena perbuatannya.
Ia membuang tas nya asal. Hal ini membawanya pada kenangan lama, memori lamanya.
flashback.
"Kita gak jadian aja? Lo bilang lo juga suka sama gue?"
Suara dari pertanyaan Jeongwoo membuat Mora terdiam. Ia memang amat teramat menyukai bahkan menyayangi Jeongwoo namun ia benar-benar takut. Terikatnya dengan hubungan itu justru malah akan membuat mereka menjauh. Ia takut bila suatu hari nanti hubungan itulah yang membuat dia dan Jeongwoo asing.
"Suka gak harus jadian kan?" Tanya Amora balik. Membuat Jeongwoo terkekeh. "Lo takut ya?"
"Hm? Takut apa?"
Jeongwoo terlihat memikir-mikir, membuat Amora menatapnya dengan penasaran. Jeongwoo pun menoleh pada gadis itu lalu tersenyum. "Kalo hubungan itu malah ngebuat kita berantem terus gue ninggalin lo?"
Jeongwoo bersidekap. Ia tersenyum merayu gadis itu. "Mor, lo takut banget ya ditinggalin gue?"
flashback off.
"Lo yang ninggalin gue, Mor." Jeongwoo tersenyum miris. Ia mengangguk-ngangguk. "Sialan. Kenapa gue doang yang masih suka sama lo?"
Ia kembali memungut tas nya. Dia pun pergi dari tempat itu. Namun ia menghiraukan tangannya yang mengeluarkan darah.
Dalam ruangan UKS itu, masih tersisa Amora dan Doyoung. Haruto dan Yedam mendadak mengatakan ada urusan tadi. Amora tau sekali mereka berbohong.
"Jeongwoo siapanya elo?" Suara Doyoung memecahkan keheningan diantara mereka.
Amora yang tengah membereskan kotak obat menoleh pada lelaki itu. "Kenapa tiba-tiba penasaran?"
"Kalian keliatan gak bisa dipisahin. Gue tertarik."
Amora mendecih. "Jawaban lo masih sama ya kaya dulu." Membuat kening Doyoung mengerut tak paham.
"Jeongwoo--- dia--- Soulmate?"
KAMU SEDANG MEMBACA
please, don't forget me | kim doyoung treasure
Teen Fiction"Gak papa. Kamu harus terbiasa. Aku bakal ngejar kamu terus sampe kamu inget aku." (Amora Hussein) Kisah Amora yang merjuangin pacar Amnesianya.