13 - Mengira-ngira

75 6 2
                                    

Dalam jarak depan Amora terdengar suara sirine tanda kereta akan lewat, ia hanya memilih pasrah, tidak ada niat menerobos seperti yang orang-orang lakukan. Namun bunyi suara klakson motor dari pengendara disebelahnya membuat ia menoleh.

"Ayo, Mbak!" Seru lelaki itu yang membuka kaca helmnya.

Senyum Amora langsung merekah saat tau siapa dia. Amora pun langsung tancap gas mengikuti lelaki itu dan untungnya kereta masih belum lewat.

Mora melirik-lirik dari spion motornya, ia tersenyum senyum, berbeda dengan pria itu yang prengat prengut saat tau siapa yang ia temui.

Sampai ke parkiran sekolah, dengan pemaksaan Amora memaksa parkir disebelah motornya Doyoung, ia dia yang tadi itu Doyoung. Padahal sudah sesek sekali, namun namanya juga kepala batu, lihat dia malah menggeser-geserkan motor sebelah Doyoung. Membuat empunya geleng-geleng.

"Nahhh!!! Gini kan enak." Amora mencopot helmnya membuat rambutnya berantakan.

Hal itu sempat membuat Doyoung terkekeh sebelum akhirnya memalingkan wajah.

Meninggalkan Amora, Doyoung jalan duluan. Namun namanya juga Amora, tentu gadis itu langsung berlari mengejar Doyoung. "Hai ganteng!!!" Riang Amora dengan bersidekap.

Doyoung hanya menanggapi dengan senyum samarnya lalu kembali menganggap seperti Amora tidak ada.

"Ganteng makasih ya udah----"

Doyoung berbalik menatap Amora, membuat gadis itu terdiam namun berikutnya menunjukan senyumnya.

Doyoung mendaratkan telunjuknya didahi Amora, lalu mengetuknya pelan. "Stop. Ikutin. Gue." Lalu ia jalan duluan.

Bukan Amora namanya jika langsung menurut begitu saja, gadis itu malah tersenyum seolah telah menemukan ide brilian dan kembali berlari pada Doyoung yang langkahnya sangat cepat. "Mang napa sih aku gak boleh ngejar si ganteng ini?"

Sejujurnya Doyoung geli. Namun anehnya pipi dan telinga pria itu malah memerah. Ia kembali memalingkan wajahnya. Ah, bisa gila dia berurusan dengan gadis ini.

"Pergi, Mor." Dan Amora menggeleng keras.

"Lo bipolar ya?" Tanya Doyoung sambil berjalan tanpa menoleh sedikitpun pada Amora yang bingung disebelahnya.

"Bipolar?" Ulang Amora.

"Beda banget sama kemaren. Seharusnya pertahanin yang kemaren gak usah gini lagi ke gue."

Amora malah menahan senyumnya. "Ah, aku cuek aja kamu kangen."

Doyoung berhenti. Amora juga berhenti. "Siapa yang bilang?"

"Emang harus ada yang bilang? Keliatan kali."

"Tebakan lu ngaco." Doyoung melanjutkan kembali langkahnya dikejar Amora lagi.

"Lagian lu udah punya cowo gatel banget jadi cewe." Ketus Doyoung.

"Siapa?"

"Lo lah, aneh. Lo pikir gue lagi ngomong sama angin?"

Amora tertawa. Kenapa ia tak pernah melihat sisi ini dari Doyoung sedari dulu. Lucu. Doyoung prengat prengut begini adalah hal yang baru baginya.

"Malah ketawa." Kata Doyoung lagi.

"Lagian kamu lucu. Pacar siapa sih? Jeongwoo ya? Ih kan kamu tau aku sama dia----"

"Yang di Instagram." Ucap Doyoung lalu kali ini benar-benar pergi dan tidak dikejar Amora yang membeku sesaat.

"Instagram? Siapa anjir?" Batin Amora.

_________

"Jedor!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

please, don't forget me | kim doyoung treasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang