"Minum dulu deh. Loyo bener." Jeongwoo terkekeh karena melihat sinisan dari Amora. Ia membukakan tutup botol minumnya lalu ia serahkan pada Amora.
Dengan lesu seperti bukan Amora sekali, ia menerima sodoran itu. Menoleh sebentar pada Jeongwoo lalu menghela nafasnya, tak bisa tak membuat pria di sampingnya tertawa gemas.
"Kayanya emang gak bisa deh. Doyoung gak bakal inget gue." Amora menghela nafasnya. Dan tiba-tiba sekali ia menjatuhkan kepalanya pada bahu Jeongwoo. Membuat pemiliknya terkejut.
Ia melirik gadis yang tengah meratapi nasibnya itu. Ia tersenyum tipis. "Sekarang rasa suka lo ke Doyoung udah ngalahin rasa suka lo ke gue ya, Mor?"
Mendengarnya Amora terdiam. Ia bergerak perlahan dan mengatur posisi tegak dengan mata yang ia fokuskan pada Jeongwoo. Pria itu mengusap tengkuknya sendiri. "G-gue.."
"Ah udahlah, yok udah mau bel." Tanpa menunggu Amora bicara, Jeongwoo lebih dulu bangun dan meninggalkan gadis yang masih terdiam itu.
"Iya juga. Gue kenapa ya, Woo? Kenapa gue mendadak kayak gak mau dilupain Doyoung? Kenapa gue harus seberantakan ini pas dia lupain gue, Woo?" Batin Amora.
Ia tak sadar saja seorang pria yang tadi membentaknya kini berdiri dari jarak 4 Meter tengah menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Sampai, sekilas bayangan Toko Bunga yang akhir-akhir ini menganggu pikirannya kembali muncul. Membuatnya kembali dilanda pusing dan tidak bisa mengontrol diri.
Doyoung terhuyung kesamping dan hampir jatuh jika sebuah tangan tidak menahannya dengan cekatan. Dengan lengan yang masih memegangi kepalanya yang pening, Doyoung menoleh pada gadis itu. "Ck. Kamu lagian ngapain ngelamun disini sih, Doy?"
Ah, Alesa. Doyoung menggeleng samar. Ada apa dengannya? Kenapa dirinya malah berharap Amora yang kini ada dihadapannya? "Mau ke UKS gak?"
Doyoung melepaskan lengan Alesa yang masih memeganginya. "Nggak. Udah mau masuk."
"Kan bisa ijin, lagi kamu keliatan pucet banget gitu." Ujar Alesa dan hendak menyentuh dahi Doyoung namun ditepis lelaki itu.
"Doy lo kenapa Njir?!" Haruto yang entah datang darimana langsung memegangi bahu Doyoung menahan pria itu agar tidak jatuh.
"Lo kemana aja sih? Doyoung tuh baru sembuh. Harusnya kalian lebih merhatiin dia lagi dong. Kalo dia kenapa-napa gimana? Lo mau tanggung jawab? Tadi aja hampir jatoh loh."
Haruto menatap sinis pada Alesa yang entah sejak kapan mulai perhatian pada Doyoung. Padahal dulu, ia acuh tak acuh pada pria itu. Memilih mengabaikan Alesa, Haruto menuntun Doyoung berjalan duluan meninggalkan Alesa yang menatapnya jengkel.
Di jalan menuju UKS, mereka pas-pasan dengan Amora yang mau ke kelasnya. Doyoung berhenti, ia menatap Amora yang mengalihkan perhatiannya, gadis itu tersenyum pada Haruto lalu berlalu begitu saja. Tidak tampak seperti biasanya.
"Halah dicuekin aja baru gelisah." Cibir Haruto.
"Gue gak gelisah ya njing."
Haruto tertawa. Doyoung mode amnesia sangat berbeda dengan Doyoung yang ia kenal dan yang dikepalanya hanya ada Amora saja.
"Jangan denial. Lo gak cocok."
"Bacot ah." Doyoung melepaskan rangkulan Haruto dan memilih jalan duluan meninggalkan Haruto yang tertawa meledek.
"Wahhh cantik bangettt, makasih yaa." Dengan sedikit berjinjit ia mengecup pipi Doyoung.
Doyoung kembali memegangi kepalanya yang pening, lengan satunya memegangi knop pintu dengan sangat kuat, menahan dirinya sendiri yang hampir terhuyung kesamping. "AKHH ANJING GUE KENAPA SIH?!?!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
please, don't forget me | kim doyoung treasure
Teen Fiction"Gak papa. Kamu harus terbiasa. Aku bakal ngejar kamu terus sampe kamu inget aku." (Amora Hussein) Kisah Amora yang merjuangin pacar Amnesianya.