08 - Mora dan Ompreng Nasinya

104 10 3
                                    

"Tuh. Kerjain sisanya."

Lengan kecil itu meraih kertas polio yang baru saja dilempar dimejanya. Ia melepas earphone yang dipakainya, menatap lelaki yang sudah pergi setelah melempar asal kertas itu.

Namanya Jay, teman sekelasnya yang juga satu kelompok dengannya. Amora pun melihat-lihat setengah yang dimaksud oleh Jay. Kening gadis itu mengerut. "Setengah dari mana inimah semuanya anjir." Gerutu Amora.

"Yaudahlah kerjain aja, lagipula siapa suruh gak ikut kerkom kemarin." Sahut gadis yang tersenyum remeh pada Amora.

"Heh!! gue kan udah ngerjain bagian gue yang lo kirim. Ini nambah lagi, lo pada ngapain aja sih sampe belum selesai gini?!"

"Ck. Lo nya aja yang ribet tinggal kerjain. Lagian urusan apasih? Urusan sepedahan doang sama anak sebelah sibuknya ngalahin abdi negara."

Amora bangkit dari posisinya, dia mendekati Aziza, gadis yang daritadi adu mulut dengannya. "Sumpah Za mau lo apasih anjir? Gue udah ngerjain bagian gue. Gue gak mau ngerjain lagi." Saat Amora berbalik Aziza menjambak rambutnya dengan kuat.

Dasarnya Amora memang tidak ada takut-takutnya, ia balik menjambak Aziza. "MAU GUE LO JAUHIN JEONGWOOO!!! SIALAN LO KENAPAA LO GAMPANG BANGET DEKET SAMA DIA!!"

Yang lain mau memisahkan pun takut. Amora seperti orang kesetanan kalau sudah seperti ini. Makanya tidak ada yang mau berteman dengannya selain Jeongwoo.

Amora melepaskan rambut Aziza dengan deru nafas terengah-engah, membuat gadis itu sedikit terhuyung ke belakang. Ah, Aziza suka Jeongwoo ya? Alis kanannya terangkat dengan senyuman disudut bibirnya. "Lo siapanya nyuruh gue gitu?" Gadis itu melangkah pergi dengan selembar kertasnya keluar kelas.

Kalau dipikir tidak penting sekali hal yang ia lakukan tadi.

"HEH SIALAN GUE BELUM SELESAI YA!"

_______

Dalam perpustakaan yang sunyi itu, Amora menelusuri rak per rak untuk mencari buku yang ia butuhkan untuk keperluan tugas kerkomnya. Ya dia berniat mengerjakan semua tugasnya dan tidak menulis satupun anggota kelompoknya.

"Sekolah duit mulu tapi perpus debuan gini." Gerutu gadis itu dengan terus memutari rak-rak buku.

Di rak terakhir ia tiba, masih belum menemukan buku yang ia cari-cari. Kepala gadis itu mendongak keatas, berharap ada sesuatu di rak paling atas. Dan benar. Doanya dikabulkan, namun yang disayangkan Amora tidak setinggi itu untuk meraih rak buku paling atas.

Namun Amora tetaplah Amora, si gadis keras kepala. Karena ia terus jinjit dan melompat-lompat berusaha meraih buku itu, Rak bukunya sampai sedikit goyang. Amora sangat terkejut jika tidak ada sebuah tangan yang menahanya, mungkin tumpukan buku yang berjatuhan itu sudah mengenai kepalanya.

Amora mendongak keatas, pada seorang pria yang masih melindungi kepalanya dengan satu lengannya dan lengan lainnya menahan buku yang jatuh. "D-doy.."

"Sorry." Ucap Doyoung. Berniat pergi dari sana namun ditahan Amora. Doyoung pun melirik lengannya yang dicekal dengan erat. "Lepas."

"Makasih." Ucap Amora dengan senyum manisnya.

Doyoung memalingkan wajahnya, "Udah kan? Kalo gak ada perlu gue mau pergi." Doyoung pergi meninggalkan Amora yang mesem-mesem

"MAKASIH SAYANGGG!"

Selangkah lagi kaki itu keluar pintu malah berhenti karena terkejut dengan teriakan keras yang sangat tiba-tiba. Doyoung pun menoleh pada Amora, keningnya mengerut, tak habis pikir. "Gila lo?!" Ia bicara dengan gerak bibirnya tanpa memgeluarkan suara.

please, don't forget me | kim doyoung treasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang