"Pagiiii!"
Doyoung sedikit terhuyung kebelakang mendapati kehadiran Alesa yang tiba-tiba berada didepan pintu rumahnya. Dahinya mengerut, "Ngapain lo?"
"Ya mau berangkat bareng ngapain lagi." Santai gadis itu dengan menggandeng Doyoung.
Namun sama halnya dengan yang Amora lakukan, Doyoung melepaskan paksa lengan Alesa dan jalan duluan. Membuat gadis itu cemberut. "Kamu tuh kemaren kenapa gak jemput aku? Kan Mama kamu nyuruh jemput dih."
"Sibuk gue."
"Sibuk ngapain sih?"
Doyoung berhenti didepan motornya lalu berbalik menatap Alesa. "Lo nanya mulu gue tinggal."
"Eh, iya-iya. Galak banget." Dia langsung menerima sodoran helm dari Doyoung dan memakainya. Namun dia terlihat kesulitan memasukan gesper pengait helmnya.
Doyoung yang memperhatikan itu dispion mendecak. Ia berbalik pada Alesa dan mau membantunya. Membuat gadis itu tersenyum. "Makasih."
Sesaat, ada bayangan kecil muncul dalam ingatannya. Gadis yang sama-sama mengucapkan terimakasih namun ia hanya bisa melihat bibir gadis itu seperti bayangan waktu lalu. Ia pun reflek menatap bibir Alesa untuk memastikan, namun sayangnya berbeda.
Alesa yang diperhatikan seperti itu merasa terkejut. "Kenapa?"
"H-hah? Nggak. Cepet naik."
"Aneh.."
________
"Doy, nanti pulangnya mampir ke toko yang baru buka itu yuk. Yang abis tikungan itu." Racau Alesa yang excited.
Doyoung hanya mengangguk. "Mau beli apa emang?"
"Eum.. apaya.. liontin? Iya. Kemarin Risa pake liontin bagus simbol huruf gitu. Aku juga tertarik deh lucu soalnya. Apalagi Liontin lama aku ilang."
Mendengar itu Doyoung berhenti, membuat Alesa juga ikut berhenti. Dahi gadis itu mengerut menatap pria disampingnya. "Huruf A?" Tanya Doyoung.
Alesa mengernyit dan mengangguk antusias. "Kok kamu tau?!"
"Gue.." Ah, tidak. Masa sih kalung dikamarnya milik Alesa? Ia tidak yakin. "Di kamer gue ada itu. Bukan punya lo kan?"
________
"Liontin gue ilang masa, Woo." Amora menghentakan kaki kesal seraya cemberut menatap Jeongwoo yang tertawa.
"Bocah banget lo ilang barang mulu. Kemaren kupluk gue lo ilangin."
"Ya kan gue gak tau bakal ilang, kalo tau bakal ilang udah gue iket pake tali rapia itu kupluk lo."
Jeongwoo terkekeh. Ia mengangguk-angguk. "Ngaco ah. Ilang dimana emang liontin lo?"
Amora menatap Jeongwoo membuat Jeongwoo ikut menatapnya. Ia berkacak pinggang. "Sumpah Woo pertanyaan lo bego banget, kalo gue tau GAK MUNGKIN ILANGGG!!"
"Astagfirullah Amora.." Jeongwoo mengelus telinganya sendiri yang barusan diteriaki Amora. "Santai dong bu. Gak marah sekali gak tenang idup lo kayanya."
"IYA. APA LO GAK SUKA??!!"
Teriakan Amora barusan membuatnya dilihat orang-orang sekitar. Dikit lagi sampe gerbang sekolah, dan sekarang Ibu-ibu warung menatap mereka mengintimidasi. Jeongwoo yang melihat itu mengangguk sapa pada Ibu warung. "Maaf ya buk, anaknya stres ini, maklum obatnya baru kemarin abis."
"MAKSUD LO GUE GILA HAH?!!?"
Jeongwoo langsung membekam Amora dan membawa gadis itu lari sampai masuk gerbang. "Beneran gila lo ngapain teriak-teriak gitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
please, don't forget me | kim doyoung treasure
Teen Fiction"Gak papa. Kamu harus terbiasa. Aku bakal ngejar kamu terus sampe kamu inget aku." (Amora Hussein) Kisah Amora yang merjuangin pacar Amnesianya.