03 - "Bahasa tubuh emang gak bisa boong"

98 12 0
                                    


"Sayang, bukunya udah Bunda siapin ya." Wendy memegang kedua pundak putrinya yang turun seperti tidak memiliki semangat itu.

"Mora.. Hei?"

Amora mengangkat kepalanya menatap wajah Bundanya. Ia tersenyum tipis. "Gak mau sekolah lagi?" Tanya Wendy.

Dibalas gelengan dari Amora. "Mora kangen Doyoung.."

Wendy menangguk mengiyakan, ia mengusap lembut Surai Amora. "Iya sayang iya. ABANGGG CEPETAN NANTI MORANYA TELATT!"

"IYAAA BUNDAAA!"

Jihoon Hussein, Abang satu-satunya Amora berlari menghampiri sang Bunda. Lelaki gagah dengan perawakan bagus itu melirik Amora, sang Adik yang tampak loyo.

"Gak papa emang dia berangkat sekolah?" Tanya Jihoon, melirik Amora.

"Gak papa. Gue gak lemah." Amora bangkit dari duduknya. Ia berjalan duluan meninggalkan Jihoon.

"Mau gue gendong?" Tanya Jihoon seraya berlari mengejar Amora.

Hal itu membuat Amora memukulnya dengan Tas. "Ish apaansi."

"Hahaha, lo tuh mending galak dek. Apaan coba gak ada semangat idup gini. Cowo bukan cuman Doyoung doang."

"Lo gak ngerti mending lo diem."

"Justru karena gue ngerti makanya gue ngomong. Suka kan lo sama Doyoung?"

Langkah kaki Amora terhenti. Ia membalikan badan menatap Jihoon. "Kalo suka tuh kejar. Lo gak inget seberapa susahnya dia dapetin lo?"

Amora masih tidak membuka suara. Yang ia lakukan adalah menatapi wajah Jihoon yang terlihat serius berbicara. "Gue yakin dek. Kalaupun ingatannya ilang, bahasa tubuhnya gak bisa nyembunyiin kalo orang suka."

"Tapi dia bentak gue waktu itu! Dia lupain gue! Dia yang minta buat gue gak pergi tapi dia yang malah pergi.. Hiks."

Ah, sepertinya Jihoon salah bicara ya? Yaampun Mora, kenapa sekarang Moranya sangat sensitif?

Ia mendekat pada tubuh mungil adiknya yang bergetar. Adik kecil satu-satunya itu kembali menangis lagi, seperti hari-hari sebelumnya. Dengan pelan Jihoon membawa Mora pada dekapannya. "Husttt, maaf. Maafin Abang."

"Mora juga gak tau, kenapa Mora bergantung banget sama Doyoung, B-bang.."

"Iya. Iya. Udah ya?" Jihoon melepaskan pelukannya. Ia mengusap air mata Mora yang membasahi pipinya. "Udah ah, jangan nangis. Gak lucu kalo sembab lagi."

________

"Nanti pulangnya sama Jeongwoo aja ya? Pulang ngelatih Abang mau ke kantor Papa soalnya." Jihoon tersenyum melihat Amora mengangguk, ia memberikan Tas Amora yang tertinggal. Dan diangguki gadis itu.

Saat Amora akan memasuki gerbang, dari jarak lumayan dekat Jihoon menyadari Amora berhenti begitu melihat Lelaki yang selama ini ia rindukan tertawa riang bersama teman-temannya di Pos Sekolah.

"Sialan. Adek gue nangis-nangis lo malah ketawa-ketawa." Gumam Jihoon. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa, Doyoung bahkan lupa dengannya.

Dengan berat hati ia meninggalkan Area Sekolahan, padahal lengannya sudah gatal ingin meninju rahang Doyoung. Namun ia tahan sebisa mungkin, ia tak mau mempermalukan Adik Kesayangannya.

Sedangkan Amora, sebisa mungkin ia seperti melupakan moment-moment kemarin. Ia malah menghampiri Doyoung, dengan sebuah susu kotak yang ia bawa.

"Hai." Sapa Amora.

"Eh si eneng baru berangkat, halo halo." Malah Jeongwoo yang membalas sapaannya dan Amora balas dengan pelototan.

"Gue pergi dul---"

"Doy! Doy! Tunggu!" Amora menahan lengan Doyoung sebelum pria itu berjalan lebih jauh lagi.

Memperhatikan lengannya yang digenggam Amora, Doyoung menghempaskan itu dengan kasar. "Gak usah pegang-pegang."

"Oh-- iya, maaf. Ini buat kamu." Amora memberikan susu kotak itu pada Doyoung.

"Gue gak suka susu."

"Boong. Kamu suka banget malah. Kamu lebih suka susu daripada kopi."

"Oke fine gue suka. Tapi gue gak suka kalo yang ngasihnya elo."

Mendengar itu, seperti ada sebuah retakan kecil pada hatinya. Namun dengan semua itu Amora tutup dengan senyumannya. "Gak papa. Kamu harus terbiasa. Aku bakal ngejar kamu terus sampe kamu inget aku."

Senyuman manis Amora berikan pada Doyoung. Usainya dia pergi meninggalkan pria itu yang menatap kepergiannya dengan kejanggalan. "Dia abis nangis?" Gumam Doyoung.

"Buset apatu, mau dong." Jeongwoo tiba-tiba muncul disamping Doyoung.

Namun Doyoung yang masih menatapi kepergian Amora malah jadi tidak menyadari ada Jeongwoo disebelahnya. "Cielah, bahasa tubuh emang gak bisa boong deh." Kata Jeongwoo.

Doyoung menoleh kesamping dan memegangi dadanya. "Njing! Sejak kapan lo disini?" Kaget Doyoung.

"Lebaran."

"Ngaco."

"Telat amat kaget lu. Merhatiin mulu Neng Mora sih."

"Brisik."

©tbc

halooo jangan lupaa votenya yaa.
aku bakalll double update..

please, don't forget me | kim doyoung treasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang