"Cih, beneran bawa nenek lampir dia." Amora merengut dengan tatapan sinis pada dua orang yang berdiri di rak Aksesoris didepannya.
Doyoung yang tampak bersidekap memperhatikan Alesa dengan seksama yang tengah memilih milih dengan sesekali meminta pendapatnya apakah liontin yang ia pegang bagus. Namun, itu hanya dari pandangan Amora.
Setelah gadis itu pergi dengan diikuti Yedam dibelakangnya, Doyoung tampak memperhatikannya tuh. Amora memang dutanya salah paham. Andai saja ia melihatnya sedikit lebih lama, pasti ia tidak terbakar api cemburu.
"Yang inituh kayaknya lebih cocok gak sih, Doy?" Alesa berbalik dan tidak mendapati Doyoung lagi dibelakangnya. Ia celingak-celinguk mencari keberadaan pria itu, sampai matanya menangkap Doyoung yang tengah memilih-milih Bracelet lucu.
Alesa tersenyum dan berpikir Doyoung sangat manis berinisiatif memilihkan untuknya begitu.
Namun saat Doyoung menepuk pundak Amora, kening Alesa mengerut. Apalagi saat Doyoung menyodorkan gelang yang tadi ia pilih pada gadis itu. Dan berkata, "Cocok buat lo."
Senyum manis Alesa langsung pudar. Ia mendecih melihatnya dan memutuskan melihat-lihat barang sendiri.
"Kenapa cocok buat gue?" Tanya Amora. Yang Doyoung heran, kenapa nadanya sangat terdengar ketus.
"Ya gak tau. Sekali liat itu langsung mikir itu cocok buat lo."
"Cih." Dari depan saja Mora ketus, pas sudah membelakangi Doyoung si gadis itu malah senyam-senyum.
"Lo lagi apasih?" Tanya Doyoung.
"Nyari yang cocok aja."
Lelaki yang daritadi hanya menunggu didepan tokonya itu kini memutuskan untuk masuk, namun pemandangan yang terjadi didepannya malah ingin membuatnya keluar lagi.
"Kenapa gak suka pink? Kan itu cocok buat cewek klemar-klemer kaya lo."
"Kurang ajar! Gue dikatain klemar-klemer!!" Amora mendumel dan ditertawai Doyoung.
Jeongwoo dengan wajah datar memperhatikan Amora yang menabok bahu Doyoung karena ucapan pria itu barusan.
"Mor, udah?" Amora menoleh dengan senyuman merekah pada Jeongwoo yang bertanya barusan.
Gadis itu mengangguk antusias. Ia mengangkat kotak hitam kecil ditunjukan pada Jeongwoo yang tidak luput dari tatapan Doyoung. "Jam tangannya cocok deh kayanya buat lo."
Jeongwoo yang gemas mengusak kepala Amora dengan kekehan. Ia menjawab, "Mana coba gue liat?"
"Orang lain boleh pergi dari hidup gue, tapi Jeongwoo jangan."
"Bahkan gue juga?"
"Lo kenapa nanya gitu? Emang lo ngerasa gue siapanya elo?"
Jawaban dengan kekehan dari Amora waktu di UKS entah kenapa tiba-tiba muncul dalam benaknya. Kenapa juga dirinya harus memikirkan itu?
Doyoung pun pergi dari sana dan kembali menghampiri Alesa.
________
Sebenarnya Doyoung pun merasa aneh dengan apa yang terjadi pada dirinya. Sekarang, mengapa ia harus cemburu melihat Amora yang menggandeng Jeongwoo keluar toko?
Yedam yang jalan disebelahnya menotice mata Doyoung yang berkedip dengan cepat. Ia tertawa. "Kenapa mata lo, Doy? Cacingan?"
Mendengar itu Doyoung langsung menendang Yedam sampai hampir oleng. Namun namanya Yedam, ia masih asik menertawakan.
"Cemburu mah bilang aje pak haji." Sindir Yedam.
"Tutup mulut lo sebelum gue sleding lagi ya, anjir!!" Doyoung mengipas-kipaskan wajahnya dengan tangan. "Wahhh- panas banget gila ini toko. Apa perlu ya gue nyumbang AC."
KAMU SEDANG MEMBACA
please, don't forget me | kim doyoung treasure
Teen Fiction"Gak papa. Kamu harus terbiasa. Aku bakal ngejar kamu terus sampe kamu inget aku." (Amora Hussein) Kisah Amora yang merjuangin pacar Amnesianya.