Titik Darah Penghabisan

13 3 0
                                    

╔═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╗
~ HAPPY READING ~
╚═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╝



━─━─━─━─=== • ✠ • ===─━─━─━─━≫

Sesampainya di tempat Galang dan Bryan duel, Revan langsung menarik Galang supaya mundur, sedangkan Chelsea sama Riska menarik Bryan supaya mundur juga.

Tiba-tiba saat Revan lalai, Galang maju dengan kuat mendorong Bryan, saat Bryan tidak fokus karena dia berbicara dengan Chelsea. Sehingga, tubuh Bryan terdorong dan secara tidak sengaja ikut mendorong Chelsea. Chelsea pun terjatuh.

Mengetahui itu, Revan pun langsung menarik Galang lagi supaya mundur. Lalu Bryan menanyakan keadaan Chelsea sambil membantunya berdiri dengan Riska.

Karena menyaksikan kejadian itu, Revan kembali lalai lagi, dan Galang melepaskan pegangan Revan dan langsung menghajar Bryan dari belakang.

Saat Bryan sudah tidak ditarik oleh Chelsea dan Riska, Bryan mulai meladeni pukulan dari Galang. Melihat itu, Chelsea, Riska, dan Revan sudah tidak bisa mengendalikan dan melerai.

Meskipun hatinya berat, tetapi Chelsea berusaha menuruti perkataan Riska. Ia pun melihat Bryan dan juga Galang duel.

“Oke, karena gua gak mau disebut pembunuh juga, gua gak akan habisin lu sampai lu mati. Gua cuma mau bersenang-senang aja sama lu, sampai lu nyerah dengan sendirinya,” ledek Bryan.

“Gak ada kata menyerah di kamus gua!”

Tanpa menunggu, Galang langsung memukul Bryan dengan serangan bertubi-tubi.

Bryan tampak tenang dan menangkis setiap serangan dari Galang yang begitu bertubi-tubi.

Mereka duel dengan sangat sengit.

Galang berusaha memukul tangan Bryan, tetapi dapat ditangkis oleh Bryan. Bryan balas menendang kaki Galang hingga ia kesakitan dan hampir terjatuh.

Galang pun menjadi marah dan langsung seperti orang kesetanan. Ia menyerang Bryan tanpa ampun hingga berhasil melukai hidung dan bibir Bryan hingga mengalir darah.

“Mas Bryan! Udah, stop!” teriak Chelsea yang mulai menangis.

Chelsea berusaha menghampiri Bryan, tetapi Riska menahannya.

“Jangan, Chel, lo jangan ke sana sekarang! Bahaya! Gue gak mau lo ikut terluka. Mereka lagi menjadi-jadi itu,” tahan Riska yang terlihat ngeri melihat keadaan Galang dan Bryan saat itu.

“Gue gak peduli! Gue rela kehilangan nyawa gue daripada kehilangan Mas Bryan,” tukas Chelsea sambil meneteskan air matanya.

“Jangan, Chel. Udah, percaya sama gue. Mas Bryan pasti menang. Mungkin dia masih pemanasan aja, belum nunjukkin kemampuannya,” tenang Riska.

Bryan menyeka bibir dan hidungnya yang mengalir darah.

“Kemampuan lu bagus juga, bocah,” puji Bryan.

Bryan langsung membalas dengan serangan bertubi-tubi. Ia memukul perut Galang saat Galang lengah dengan menendang kakinya hingga terjatuh dan memukuli Galang hingga Galang lemah tak berdaya dan terbaring di jalan. Bryan berjalan mendekati Galang.

“Gimana? Lanjut?” ledek Bryan.

Galang diam tak menggubris. Ia merasakan sakit di sekujur tubuhnya.

Bryan mendekat dan menginjak dada Galang.

Akkhhh!”

“Gitu aja sakit. Dasar lemah!” Bryan tampak meremehkan.

“Mas Bryan! Udah cukup! Stop, hentikan semua ini!” Chelsea langsung melepaskan tangannya saat Riska lengah dan menghampiri Bryan.

Riska dan Revan yang terkejut pun langsung mengejar Chelsea.

Chelsea langsung duduk dan memangku kepala Galang.

“Galang, Galang. Kamu nggak pa-pa?” tanya Chelsea dengan panik

“Aku nggak papa kok, cantik. Kamu tenang aja, ya,” ucap Galang sambil memaksakan senyum dengan suara yang agak terbata-bata.

“Tapi 'kan, keadaan kamu kayak gini,” ucap Chelsea khawatir.

“Udah, kamu tenang aja. Aku nggak pa-pa kok. Kamu nggak usah khawatirin aku, ya. Aku 'kan udah jahat banget sama kamu, nggak pantas dimaafin.”

“Jangan gitu, aku udah maafin kamu, kok.”

“Aku cuma mau ngomong. Chelsea, makasih ya, buat semuanya, buat kebersamaan kita selama ini. Makasih hari itu kamu udah mau berteman sama aku sampai sekarang, kamu mau membantu aku buat bangkit lagi dan menemani aku setiap hari. Makasih kamu udah maafin aku. Makasih juga kamu udah pernah suka sama aku. Meskipun sekarang udah enggak. Tapi seenggaknya, aku senang karena pernah merasa dicintai dan disayangi. Sayangnya, aku yang nggak bisa menghargai. Maaf kalau aku punya banyak salah sama kamu. Kamu yang semangat ya, menjalani hidup. Kamu harus meraih cita-cita kamu, kamu harus terus semangat, tersenyum, dan bahagia. Kamu harus bahagia sama Bryan, ya,” ucap Galang panjang lebar.

“Enggak, Galang. Kamu ngomong apa? Jangan begitu, sama-sama. Udah tugas aku sebagai teman. Aku udah maafin kamu, kok.” Chelsea mulai sedih.

“Bryan, gua titip Chelsea. Jaga dia baik-baik, jangan buat dia nangis, buat dia, bahagia,” ucapnya.

“Pasti. Udah jadi tugas gua,” jawab Bryan sambil mengangguk.

“Ris, titip Chelsea juga, ya. Kalau dia butuh apa-apa pas Bryan gak ada, tolong bantuin dia sebagai sahabat dia. Gua titip Chelsea ke kalian berdua. Maaf atas semua kesalahan gua. Terima kasih udah nyadarin gua karena gua salah.”

“Gua bakal jaga Chelsea sebaik mungkin.” Riska turut mengangguk.

Suara Galang yang awalnya masih cukup jelas, kini kian melemah.

“Gua pamit. Ikhlasin gua, jangan tangisin kepergian gua. Sampai jumpa lagi ....”

Perlahan, napas Galang semakin lambat. Akhirnya, ia pun menutup mata dan mengembuskan napas untuk yang terakhir kalinya. Napasnya berhenti, denyut jantungnya pun tak berdetak. Ia telah pergi untuk selama-lamanya.

***

═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╗
• B E R S A M B U N G • •
╚═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╝

Hai-hai, guys!
Gimana kabar kalian? Semoga baik-baik aja, yah.

Oh ya, gimana menurut kalian ceritanya? Bagus nggak? Seru nggak? Kalau bagus dan seru, jangan lupa vote, comment, and share yahh...🥰
Penasaran nggak sama kelanjutannya?
Kalau penasaran, wait next part yaaa
Seee you😍😍

Salam,
Eryun Nita

Telah Pergi (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang