Epilog

20 3 0
                                    

╔═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╗
~ HAPPY READING ~
╚═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╝



━─━─━─━─=== • ✠ • ===─━─━─━─━≫

Perlahan, napas Galang semakin lambat. Akhirnya, ia pun menutup mata dan mengembuskan napas untuk yang terakhir kalinya. Napasnya berhenti, denyut jantungnya pun tak berdetak. Ia telah pergi untuk selama-lamanya.

“Galang! Galang bangun, Galang! Nggak! Ini nggak mungkin! Galang! Kamu jangan ninggalin aku, Galang! Galang, jangan ninggalin aku!” teriak Chelsea sambil menggoyang-goyangkan tubuh Galang.

Tangisan Chelsea pun pecah tak dapat terbendung.

Bryan pun ikut mendekati Chelsea sambil berjongkok dan mengelus pundak Chelsea.

“Udah sayang, ikhlasin aja. Galang udah tenang di sana,” tenang Bryan.

“Tapi Mas, Galang adalah cowok pertama yang mau jadi sahabat aku. Meskipun dia udah nyakitin aku, tapi dia juga udah baik sama aku dulunya.” Tiba-tiba, Chelsea melihat sebuah kertas di saku jaket milik Galang. Ia pun mengambilnya.

Merasa bahwa itu adalah sebuah surat, Chelsea membacanya.

Seketika Chelsea meneteskan air mata, lalu berucap, “Hujan telah jatuh dan kamu telah pergi. Dari ada, menjadi tiada.”

Kemudian, Chelsea membaca sebuah puisi di kertas yang ia pegang.

Ketika bibir sudah tak mampu lagi tuk berucap

Maka biarkanlah sebuah goresan tinta yang mewakilinya

Aku ingin mencintaimu dalam diam

Seperti kata yang tak sempat diucapkan senja

kepada malam yang menjadikannya hilang

Aku ingin mencintaimu tanpa kata

Seperti isyarat yang tak sempat disampaikan pasir pantai

kepada ombak yang menjadikannya tiada

Aku ingin mencintaimu tanpa bersuara

Seperti untaian kata yang tak sempat diucapkan asap

kepada angin yang menjadikannya lenyap

Suatu saat, ada kalanya aku harus pergi meninggalkan kamu

Layaknya hujan yang meninggalkan awan

Chelsea langsung menangis dengan kerasnya. Ia teringat bahwa ini adalah tulisannya dulu yang ia tuliskan untuk Galang saat ia mengetahui bahwa usianya tak lama lagi—yang di mana Galang akan menghabisinya.

Kini, Galang kembali menulis puisi dan ia berikan pada Chelsea. Nasib mereka sama, hanya bisa memendam perasaan dalam diam, dan perlu waktu untuk mengungkapkan. Sampai pada akhirnya, ajallah yang telah menjemputnya duluan.

Chelsea tak bisa berbuat apa-apa. Nasi sudah menjadi bubur. Semua telah terjadi dan tak bisa diputar kembali.

Chelsea hanya bisa mengucapkan maaf sambil menangis.

“Galang, tolong maafin aku. Ini salahku,” sesal Chelsea.

“Chelsea, di sini nggak ada yang salah. ini udah takdir. Mungkin ini balaskan untuk Galang karena dulu pernah berniat menghabisi kamu. Kamu yang sabar, ya,” tenang Bryan.

“Tapi Mas, Galang bagaimana?”

“Galang udah tenang di sana,” ucap Bryan sambil tersenyum.

Bryan meletakkan tubuh Galang di jalan dan berusaha mengajak Chelsea untuk berdiri. Chelsea menangis dalam pelukan Bryan.

Riska dan Revan yang melihat itu pun merasa sangat iba. Mereka berdua saling bergandengan tangan melihat sahabatnya begitu terluka.

“Udah, ya, sayang, kamu ikhlasin aja. Kalau kamu sedih, Galang juga sedih. Kamu harus ingat pesan Galang. Dia ingin kamu menjalani hidup dengan bahagia. Sekarang, kita buka lembaran baru. Masa depan telah menanti kita di depan sana,” pinta Bryan.

Chelsea pun mengangguk dengan pelan.

“Udah ya, jangan nangis lagi. Aku yakin kamu kuat. Aku akan selalu ada buat kamu saat kamu butuh apa-apa.”

“Iya, Mas. Makasih banyak, ya,” ucap Chelsea berusaha tersenyum.

“Iya, sama-sama.” Setelah itu, Bryan mengusap air mata Chelsea dan memeluknya dengan erat, lalu mencium keningnya.

Malam itu, telah terjadi pertempuran berdarah antara Galang dan Bryan yang memperebutkan Chelsea. Namun pada akhirnya, takdir telah berkehendak bahwa malam itu merupakan malam terakhir bagi Galang untuk bisa melihat Chelsea.

Malam itu juga telah menjadi akhir dari perjuangan Galang untuk mendapatkan Chelsea, dan juga telah menjadi perpisahan berdarah di antara mereka.

Bryan berharap, setelah ini Chelsea dapat melupakan semuanya agar tak kembali merasakan sakit dan terluka. Chelsea pun akan berusaha untuk bahagia bersama Bryan seperti yang Galang katakan.

Terlibat cinta segitiga memang sangat menyakitkan, terlebih jika terlibat bersama sahabat. Cinta memang bisa menghancurkan persahabatan, tetapi cinta juga bisa menyatukan persahabatan.

Siapa sangka, jika kisah antara Galang dan Chelsea akan berakhir tragis. Layaknya awan dan hujan, yang salah satunya harus tiada agar salah satunya tetap ada.

Kini, hujan telah jatuh—menyisakan air yang mengalir. Layaknya Galang yang telah pergi—menyisakan kenangan bagi Chelsea.

Semoga tenang di alam sana, Bro.

Semoga kamu tenang di alam sana, Galang.

Chelsea ... semoga kamu selalu bahagia di sana, ya.

***

═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╗
T A M A T • •
╚═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╝

Hai-hai, guys!
Gimana kabar kalian? Semoga baik-baik aja, yah.

Oh ya, gimana menurut kalian ceritanya? Bagus nggak? Seru nggak? Kalau bagus dan seru, jangan lupa vote, comment, and share yahh...🥰
Penasaran nggak sama kelanjutannya?
Kalau penasaran, wait next part yaaa
Seee you😍😍

Salam,
Eryun Nita

Telah Pergi (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang