CHAPTER 7 : GERIMIS MENGUNDANG

72 11 0
                                    


PLAYLIST:
GERIMIS MENGUNDANG -SLAM

****

Selasa, 01 September 1998.

Aku kembali membuka buku harian ku untuk membubuhkan tinta dan bercerita tanpa suara. Mengumandangkan kebahagiaan ku lagi bersama dengan suami ku tercinta. Sebulan lebih pernikahan kami. Aku dan Azam kembali pada kesibukan masing-masing.

Aku dengan pekerjaan ku di kantor dan dia dengan Karir musiknya di Mexolar. Sudah dua Minggu ini Azam rela pulang pergi dari negeri nya dan Tevaga, demi kesibukan karir dan menjaga hubungan kemesraan pernikahan kami.

Bukan masalah besar baginya. Toh, kami tetap bisa berkomunikasi melalui telepon. Begitu aku mengatakan bahwa aku merindukan nya. Dia pun segera terbang dari negerinya sana untuk kembali memeluk ku dengan mesra. Manis sekali bukan Azam-ku?

Hari ini aku duduk sendirian di taman belakang rumah, sembari memangku sebuah gitar dan memetik senarnya. Memainkan chord dari salah satu lagu suami ku yang kemarin baru dua rilis. Baru seminggu lagu itu keluar dan langsung meledak. Begitu banyak yang meminatinya. Meminati lagu dan pelantun lagu itu pastinya.

Selain mengagumi vokal suara Azam yang merdu bak buluh perindu. Sebagain besar dari para peminat itu tentunya juga tergila-gila dengan paras mempesona suamiku. Aku tau itu. Semenjak dua menjak ini, aku sering membaca banyak sekali majalah tentang suamiku.

Tentang perjalanan karier nya, ternyata hal-hal yang dia suka, berbagai macam peristiwa yang dia lalui dan kesan-kesan para penggemar pada sang penyanyi tampan. Faktanya memang banyak yang menaruh hati pada Suami ku sejak dulu, bahkan dikalangan artis papan atas luar negeri.

Tak hanya karena paras yang menawan, tapi juga kelembutan hati dan kebaikan Budi pekerti serta halus lembut suaranya dalam bertutur katam. Wanita mana yang tidak jatuh hati? Kala mendengar suara seorang Azam Zafari? Berbicara saja dia sudah merdu, apalagi menyanyi, pikirku.

Menurut berita yang ku baca. Azam tak pernah merespon ketertarikan para kaum hawa diluar sana. Pria itu seolah tak peduli. Hatinya seperti sudah bertambat pada satu titik yang tak bisa diganggu lagi. Aku sendiri bingung mendefinisikannya, tapi tak mengapa. Bagiku, asalkan Azam tetap setia dan menjaga hati nya. Aku akan selalu mendukung dan bangga pada karir nya. Dia begitu luar biasa. Aku di buat jatuh cinta berkali-kali oleh sosoknya.

Prok Prok prok.

Ku dengar suara tepukan tangan dari arah belakang, begitu menoleh aku mendapati Azam tengah berdiri di belakang ku dengan setelan outer army dan kaos hitam, serta celana senada. Aku membulatkan mata terkejut, sebab dia tidak mengatakan akan pulang hari ini. Apa dia sengaja memberi ku kejutan? Dasar Azam!

"Kenapa berhenti?" tanyanya sembari berjalan menghampiri ku dan duduk di kursi yang ada di seberang ku. "Lanjutkan lah, Aku mau dengar kamu menyanyi."

Aku membulatkan mata sempurna. Apa katanya tadi? Menyanyi? Apa dia berpikir aku ini sama seperti nya? Seorang superstar. Oh Azam-ku, Tidakkah kamu sadar? Aku ini hanya wanita biasa, bukan penyayi atau pelantun syair sempurna.

"Aku tidak bisa menyanyi, Zam," tutur ku dengan jujur.

Azam tertawa kemudian menggoda ku dengan telunjuknya. "Bukankah sewaktu kecil hobby mu menyanyi? Bagaimana kamu bisa lupa?"

"Kamu tau darimana?" tanyaku sambil menyipitkan mata ku yang memang sudah segaris.

Dia mengendikan bahu nya acuh. Azam mengambil alih gitar di pangkuan ku dan memainkan jemarinya, membuat melodi yang sama seperti yang aku buat tadi.

98's DIARY ASMARA {END} ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang