CHAPTER 10 : CANDU RAGAMU

75 13 0
                                    

PLAYLIST:
JIKA KAU RASA GETARNYA -SLAM

****

Jum'at, 8 Oktober 1998.

Aku turun dari tangga dengan stelan kantor. Seperti biasa aku akan masuk bekerja, sedangkan Azam akan tinggal di rumah. Kali ini aku menyuruhnya beristirahat beberapa hari, karena ku lihat kondisi tubuhnya yang kurang fit. Sering ku dengar dia batuk-batuk kecil.

Seperti sekarang, baru saja aku menginjakkan kaki di bawah. Ku dengar suara batuk Azam dari arah ruang makan. Rupanya dia tengah duduk di sana sendirian, tapi dia belum menyentuh sarapannya sama sekali, karena menungguku turun untuk sarapan bersama.

Aku menghampiri nya, begitu sampai di belakang Azam. Ku usap pelan pundak hingga dada pria itu pelan, lalu aku sodorkan segelas air putih hangat untuk melegakan kerongkongannya.

"Tidak salah kan, aku menyuruhmu istirahat hari ini? Lihatlah, kamu kelelahan, Zam," ucapku sembari mendudukkan diri di kursi kosong yang ada di sampingnya.

Azam meneguk air putih hangat itu, hingga tersisa setengah, lalu tersenyum lembut menatap ku. "Aku tak apa, Mara. Tadi hanya tersedak saja," alibinya.

"Tersedak apanya? Kamu bahkan belum makan sedikitpun," debat ku.

Dia tertawa pelan sembari menyugar rambut mullet nya ke belakang. "Tersedak ludah, Mara...." katanya pula.

"Ayo makan, kamu harus ke kantor kan?" Diapun menyodorkan piring nasi goreng padaku, sementara dia memakan selembar roti tawar dengan selai mentega di atasnya.

Aku menerima piring nasi goreng itu, lalu mulai menyuapnya. Ku lihat dia makan dengan lahap, sambil sesekali terbatuk. Ku tatap diri nya penuh khawatir, dia pun mendapati tatapan mata ku yang risau.

Azam tersenyum masih sambil terbatuk, dia mengangkat telapak tangan kanan. Seolah memberi isyarat bahwa dirinya baik-baik saja, sementara tangan kirinya dia gunakan untuk menekan dada yang mungkin terasa sedikit sesak.

"Zam..." panggil ku cemas.

"Aku tak apa, Mara. Cuma tersedak saja," jawabnya sebelum sempat aku bertanya.

"Kamu sakit, Zam. Batuk seperti itu bukan tersedak," kataku pula.

"Uhukkk uhukkk!!!" Azam masih terbatuk-batuk, bahkan ku lihat urat leher nya menegang karena tekanan pita suara yang serak.

"Kita ke dokter hari ini, ya?" tawarku.

Azam menggeleng pelan sembari meraih gelas air putih hangat tadi, dan meneguknya hingga habis. "Aku sudah ke dokter kemarin di Mexolar. Katanya aku hanya butuh istirahat saja," jawab Azam.

Aku menghela nafas panjang, setelah memberikan kode pada maid untuk mengisi kembali gelas air putih Azam yang sudah kosong.

"Sudah ku bilang, kamu terlalu kelelahan. Berapa kali ku katakan. Pekerjaan mu jangan terlalu di forsir, Zam. Pelan-pelan saja, lagi pula penggemar mu itu tidak akan kemana-mana. Meskipun kamu Hiatus sementara, mereka tetap akan menunggu mu. Mereka itu sangat mencintaimu mu, Zam. Lihatlah, setelah kamu menikah pun mereka masih meminati mu," omel ku panjang lebar.

Kalian tau reaksi nya? Dia hanya tersenyum sembari mengunyah roti tawar, menatap ku dengan santai seperti aku tengah mengatakan kalimat yang kelakar. Entahlah, aku tidak habis pikir lagi dengan pria ini. Seperti nya dia tidak menganggap kalimat panjang lebar ku barusan sebagai omelan.

98's DIARY ASMARA {END} ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang