CHAPTER 3 : HOW SWEET MY HUBBY

92 12 0
                                    


Senin, 30 Agustus 1998.

Pagi ini aku sudah siap dengan pakaian rapi. Kemeja maroon di balut blazer hitam karena hari ini adalah hari pertama ku masuk kerja sebagai Komisaris PT. Wibisana Corporate. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang transportasi milih ayah ku.

Aku di tugas kan sebagai Komisaris disana juga tanpa persetujuan dari ku. Ayah memang selalu seenaknya mengatur kehidupan ku, sebab katanya aku tidak pernah berpikir tentang jalan hidup ku sendiri, karena itu dia selalu ikut andil. Sengaja sekali ayah memberikan ku mandat mengemban jabatan ini, katanya agar aku bisa belajar bertanggungjawab.

Ya sudahlah, mau bagaimana lagi? Setelah selesai bersiap, aku turun ke bawah sekalian mencari keberadaan suamiku yang tak terlihat batang hidungnya. Untuk memberitahu bahwa hari ini aku harus ke kantor. Semalam aku lupa menyampaikan hal tersebut karena asik bermain monopoli bersama dia sampai larut malam.

Sayup ku dengar suara percakapan dua orang dari arah ruang tamu. Aku pun melangkahkan kaki kesana sebab mendengar suara Azam dan seseorang yang ku kenal.

Benar saja, disana Azam tengah berbincang dengan Syifa. Sepupu ku dari pihak ayah. Dia sengaja kemari untuk menemani ku ke kantor. Kebetulan dia adalah salah satu direktur juga disana. Syifa juga yang membimbing ku perkenalkan di kantor ayah ku hari ini.

"Selamat pagi ibu komisaris," sapa Syifa saat melihat aku memasuki ruang tamu.

"Mara, kata Syifa kamu di tempatkan menjadi komisaris oleh ayah mu, benar begitu?" tanya Azam.

"Iya, benar. Maaf aku lupa bilang semalam," ucap ku dengan raut bersalah pada Azam.

Azam tersenyum cerah lalu berdiri menghampiri ku. "It's okay. Aku turut bahagia. Congrats, sayang..." ucapnya sembari merangkul mesra diriku dan mengecup pelipis ku lembut.

Aku terkejut menerima perlakuan manis Azam, bukan apa-apa. Hanya tak menyangka pria ini begitu santai melakukan hal itu di hadapan Syifa. Apa dia tidak malu?

"Ekhem! Manisnya pengantin baru," sindir Syifa sembari mengulum senyuman sipu.

Aku mencoba mengabaikan itu dan menatap Azam. "Kamu ada kegiatan apa hari ini?" tanya ku.

"Aku ada undangan show di Hotel Swara nanti sore. Kalau kamu sempat kamu boleh datang, tapi kalau tidak juga tidak apa-apa. Hari pertama mu bekerja pasti cukup menyibukkan," jawab Azam masih merangkul pinggang ku mesra.

Aku mengangguk, melirik sekilas pada Syifa lalu beralih pada suamiku. "Aku harus berangkat sekarang," pamit ku pada Azam.

Dia mengangguk memberi persetujuan, kemudian aku meraih tangan kanannya dan mengecup punggung tangan suamiku singkat. Ku lihat dia tersenyum hangat sembari menyentuh puncak kepala ku dan membisikkan doa-doa penuh harap, lalu dia mengecup kening ku hangat.

"Hati-hati, ya?" pesannya pada ku.

Aku mengangguk sebagai jawaban, lalu menghampiri Syifa yang sejak tadi tersenyum menggoda kami berdua.

"Pamit ya, Abang Zam?" katanya dengan mendayu manja.

Membuat ku mendelik tajam pada gadis itu.

"Ck, buruan ayo!" ajak ku sembari menarik tangannya, sementara dia masih melambaikan tangan pada Azam.

Seolah lupa bahwa pria itu sudah beristri, dan akulah istri nya. Azam hanya tertawa sambil geleng-geleng kepala melihat itu semua. Tanpa dia sadar bahwa tawa nya itu membuat wanita semakin menggila menginginkan dirinya.

98's DIARY ASMARA {END} ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang