Bab 15

41 12 0
                                    

Rea saat ini sangat menikmati suasana di Taman, Erick mengajaknya ke Taman yang terdapat banyak pepohonan dan hewan-hewan seperti kelinci, Rea tidak menduga akan ada Taman secantik ini.

"Lo tau dari mana ada Taman secantik ini?" tanya Rea kepada Erick.

"Ini tempat pertama kali aku ketemu sama seseorang yang sudah menjadi cinta pertamaku," ujar Erick.

"Orang itu spesial banget ya?" tanya Rea.

"Sangat spesial, bahkan di dunia ini gak ada yang lebih spesial dari dia," ujar Erick.

"Beruntung banget ya dia, diistimewakan sama orang kayak lo," ujar Rea.

"Aku lebih beruntung bisa ketemu sama dia," ujar Erick.

"Jadi sekarang dia dimana?" tanya Rea.

"Di samping aku," ujar Erick yang membuat Rea kebingungan.

"Ha? Di samping Lo? Jangan-jangan makhluk halus lagi," ujar Rea bergidik ngeri.

"Dia itu kamu Rea," ujar Erick.

"Ha? Gua? Ngadi-ngadi Lo, gua aja baru kenal sama Lo," ujar Rea.

"Kamu gak percaya?" tanya Erick.

"Gak, gua gak percaya," ujarnya.

Erick merogoh saku celananya dan mengambil selembar foto, "Coba kamu lihat ini," ujar Erick, lalu Rea memperhatikan foto tersebut yang terdapat foto seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan, dan Rea pun menyadari bahwa di dalam foto itu adalah dirinya.

"Ini kan gua, loh kok ada gua di sini," ujar Rea bingung.

"Kamu gak ingat?" tanya Erick.

"Ingat apa? Gua sama sekali gak tau apa-apa," ujarnya.

"Ini gua dan ini Lo," ujar Erick sambil menunjuk foto tersebut.

Tiba-tiba Rea merasakan sakit di kepalanya, karena mencoba mengingat sesuatu, Erick yang melihat itu menjadi khawatir, "Kamu kenapa?" tanyanya.

"Kepala gua sakit," ujar Rea sambil memegang kepalanya yang sangat sakit.

"Ya udah kita ke rumah sakit sekarang," ujar Erick dengan segera membantu Rea untuk berdiri, tetapi tiba-tiba Rea pingsan dan membuat Erick semakin panik.

Erick menggendong Rea dan segera membawanya ke dalam mobil, dengan kecepatan penuh Erick membawa mobilnya ke Rumah Sakit terdekat.

Setelah sampai di Rumah Sakit, Erick berteriak memanggil Suster, "Suster! Suster!" Panggil Erick dan dengan segera mereka membawa brankar, Erick meletakkan Rea dan mendorong brankar tersebut.

"Apa yang terjadi Pak?" tanya seorang Suster.

"Tadi dia pingsan, kepalanya sangat sakit," ujar Erick.

"Baiklah Pak, bapak silahkan tunggu di luar, kami akan periksa pasien," ujar Suster karena mereka sudah sampai di ruang IGD.

Erick sangat cemas sekarang, dia sedari tadi mondar-mandir di depan pintu IGD, beberapa saat yang lalu dia menghubungi Aksara untuk memberitahukan kepada Alicya bahwa Rea sedang berada di IGD, Alicya sangat panik dan dengan segera menyusul ke Rumah Sakit dengan Aksara.

Tap tap tap
Suara langkah kaki yang tergesa-gesa, "Kak apa yang terjadi?" tanya Alicya panik.

"Kakak juga gak tau, tadi Rea kepalanya tiba-tiba sakit, terus di pingsan kakak takut Rea kenapa-kenapa," ujar Erick dengan raut wajah sedih, panik dan khawatir menjadi satu.

"Hiks.... hiks.... kak gimana nanti kalau Rea kenapa-kenapa," ujar Alicya memeluk Aksara sambil menangis.

"Sssttt Rea pasti baik-baik aja, kamu berdoa ya," ujar Aksara mencoba untuk menenangkan Alicya yang menangis.

"Erick, kamu juga berdoa supaya Rea baik-baik aja," ujar Aksara dan Erick mengangguk, dia duduk di salah satu kursi lalu mendudukkan kepalanya dan melipat tangannya, begitu juga dengan Alicya dan Aksara.

Tidak lama kemudian, Dokter keluar dari ruang IGD, dengan segera Erick menghampiri Dokter tersebut, "Bagaimana keadaannya Dok?" tanya Erick.

"Keluarga pasien?" tanya Dokter tersebut.

"Kami temannya Dok," ujar Aksara.

"Baiklah silahkan keruangan saya," ujar Dokter tersebut dan pergi keruangan nya dengan diikuti Erick, Alicya dan Aksara.

"Silahkan duduk," ujar Dokter mempersilahkan mereka bertiga untuk duduk.

"Jadi begini, pasien terlalu banyak berpikir dan mencoba mengingat masa lalunya, karena itu pasien merasakan sakit di kepalanya, lebih baik kalian jangan memaksa pasien untuk mengingat semuanya," ujar Dokter tersebut yang membuat mereka bertiga kebingungan.

"Maksudnya Dok? Kami tidak mengerti apa yang terjadi sebenarnya," ujar Erick.

"Pasien mengalami Amnesia, dan itu sepertinya sudah cukup lama, apakah kalian tidak mengetahuinya?" tanya Dokter dan mendapat gelengan dari Erick.

"Sebaiknya kalian menghubungi keluarga pasien dan ingat untuk jangan terlalu memaksanya untuk mengingat kembali," ujar Dokter tersebut.

"Baiklah Dok kami permisi," ujar Aksara.

Mereka pun keluar dari ruangan Dokter dan pergi menuju ruang rawat, karena Rea sudah dipindahkan.

Erick duduk di salah satu kursi dan Alicya duduk didekat brankar Rea, "Rea, kamu kok gak cerita kalau kamu itu Amnesia," lirih Alicya.

"Bangun dong, Cya punya banyak pertanyaan," ujarnya.

Erick mengusap wajahnya kasar, "Aku sama sekali gak tau kalau begini jadinya," ujar Erick.

"Kalian tadi pergi kemana?" tanya Aksara.

"Aku mengajaknya ke Taman, tempat di mana kami berdua dulu bertemu, dan aku mengatakan kepadanya bahwa aku dan dia sudah kenal lama," ujar Erick.

"Kau mengenalnya sudah lama?" tanya Aksara
Erick mengangguk, "Dia gadis kecil yang aku temui di Taman dulu, tapi ketika aku mengatakannya, Rea sama sekali tidak mengingat apa-apa, dan ternyata Dokter mengatakan dia amnesia," ujar Erick sendu.

"Kau yang sabar, belum waktunya mungkin, tapi cepat atau lambat dia akan mengingat mu," ujar Aksara.

Alicya sedari tadi hanya mendengarkan pembicaraan mereka, karena penasaran dia pun bertanya, "Sejak kapan kakak tau kalau Rea itu gadis kecil yang kakak temui dulu?" tanyanya.

"Sejak saat kita berkenalan waktu itu, aku sangat hapal namanya," ujar Erick.

"Cya bukan sahabat Rea dari kecil, tapi Cya sayang sama Rea karena Rea itu adalah teman kedua Cya setelah kak Aksara," ujarnya.

"Kakak janji ya, bakalan jaga Rea sampai kapanpun," ujar Alicya, dan Erick mengangguk sambil tersenyum.

"Eunghh."
Alicya menatap ke arah Rea yang mulai sadar, "Rea, ada yang sakit?" tanya Alicya khawatir.

"Cya, g-gua d-dimana?" tanya Rea.

"Sssttt kepala gua sakit," ujar Rea meringis sambil memegang kepalanya.

"Rea tadi pingsan, dan Kak Erick bawa Rea ke sini," ujar Alicya.

"Bantu gua duduk," ujar Rea, dan Alicya pun membantu Rea untuk duduk, Rea menatap ke arah Erick, "makasih ya K-kak," ujar Rea memanggil Erick dengan sebutan Kak.

Erick merasa senang karena Rea memanggilnya Kakak, dia pun menghampiri Rea, "Kamu gak papa kan?" tanya Erick dan mendapat anggukan dari Rea.

Erick dengan segera memeluk Rea, "Maaf, maaf ya udah buat kamu jadi begini," ujar Erick sambil mengusap lembut kepala Rea, dan Rea merasa tertegun karena mendapatkan pelukan secara tiba-tiba dari Erick.

Dengan perlahan tapi pasti, Rea membalas pelukan Erick, "Ini bukan salah kakak, " ujarnya
Alicya dan Aksara tersenyum melihat Erick dan Rea yang akhirnya akur, dan mereka pun memilih untuk keluar dari ruangan tersebut menyisakan Erick dan Rea.

Hai Guys,ini Cerita untuk Event PENSI VOL 2
Support aku ya😊
Jangan lupa Vote,Komen, dan Follow ❤️✨
Tunggu kelanjutannya besok ya
Pantengin terus akunnya Renn
Khamsahamnida ✨❤️❤️

Aksara |END| (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang