Bab 25

74 29 65
                                    

"Wahhh main keroyokan kayaknya," ujar Naufal.

"Kita keluar, bawa pistol masing-masing," ujar Erick.

Mereka pun keluar dari mobil, lalu menembaki semua anak buah dari Alexander.

Dor
Dor
Dor
Dor

Hanya suara tembakan yang terdengar, dan darah dimana-mana.

Aksara yang sempat dipukuli terduduk lemah di tanah.

"Bang, lo gak papa?" tanya Mahen.

"Aku gak papa, kamu bantu mereka aja, biar aku yang urus dia," ujar Aksara.

"Masih mau melawan?" tanya Alexander dengan senyum mengejeknya.

Seringai muncul di bibir Aksara, "Jangan senang dulu, penderitaan masih di depanmu."

"Apa maksudmu?" tanya Alexander bingung.

"Tidak ada, lebih baik kau menyerah, sudah banyak penderitaan yang kau berikan kepada banyak orang, bahkan anak dan istrimu menjadi korbannya," ujar Aksara.

"Ini semua terjadi karena papamu yang bodoh itu," ujar Alexander.

"Jujur saja, sebenernya kalian berdua sama-sama bodoh, rela menyakiti orang yang kalian sayang, hanya demi kesenangan semata."

"Jangan berlagak sok tau semuanya!" ujar Alexander dengan tatapan tajamnya.

"Jangan menatapku seperti itu, aku sama sekali tidak takut," ujar Aksara remeh.

"Sepertinya yang tadi kurang." Alexander kembali mengarahkan pistolnya kepada Aksara, sementara Aksara hanya tersenyum menatap ke arah pistol tersebut.

"Kau tersenyum? Apa kau baru saja memikirkan hal yang menyenangkan sebelum mati?" tanya Alexander.

"Tidak, aku hanya memikirkan penderitaan apa yang akan kau dapatkan sebentar lagi," ujar Aksara dengan santainya.

"Benarkah? Kau sudah ingin mati, kenapa masih banyak bicara!" ujar Alexander kesal.

"Lima."

"Empat."

"Kau menghitung waktu kematianmu? Baiklah akan aku kabulkan," ujar Alexander dengan senang hati dan bersiap untuk menarik pelatuknya.

"Tiga."

"Dua."

"Satu."

DOR

"Angkat tangan." Bertepatan dengan tembakan tersebut, beberapa polisi langsung datang mengepung mereka.

Erick yang melihat Aksara tetap berdiri, segera menghampirinya dengan diikuti oleh Mahen dan Naufal.

Mereka bertiga hanya mendapatkan luka lebam, sementara Aksara mendapatkan dua luka tembakan.

"Kau tidak memberitahuku jika begini rencana mu," ujar Erick.

"Sudah selesai, tepat satu jam," ujar Aksara tersenyum bahagia.

"Kau baik-baik saja?" tanya Erick khawatir karena melihat darah yang terus keluar dari bagian dada milik Aksara.

Sementara Aksara hanya diam saja dan memandang sekeliling, "Aku tidak menyangka seperti ini akhirnya, aku berharap Alicya akan terus bahagia," ujarnya.

Keseimbangan Aksara perlahan hilang, dia pun terjatuh, dan dengan sigap Erick menahannya.

"Mahen, buka pintu mobil, kita harus bawa Aksara ke rumah sakit," ujar Erick panik.

Mahen dengan segera membuka pintu mobil, sementara Naufal dan Erick mengangkat Aksara kedalam mobil.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aksara |END| (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang