20

1.7K 275 19
                                    

Naruto menegakan punggungnya saat Hinata melilitkan perban kain di dadanya untuk membalut bekas luka tembak tempo hari.

"Tak apa kita datang ke pemakamannya?" Hinata bertanya kepada pria itu dengan tangannya yang sibuk melilitkan perban.

"Kita mendapatkan undangan terbuka." Naruto menatap coat hitam miliknya dan Hinata yang tergantung di sudut ruangan. Wanita itu selalu senang menyiapkan pakaian tiap kali mereka berpergian.

"Tuan Zhang tidak memiliki keluarga?" Hinata memotong perbannya begitu selesai melilitkannya di tubuh pria itu.

"Tidak, semua keluarganya telah tewas saat perang, dia hanya memiliki beberapa anak buah kepercayaan yang sekarang jadi bawahan Shikamaru." Naruto pikir Shikamaru memang sangat pintar, dia berhasil menduduki posisi teratas di rantai judi Birmingham dan London begitu Tuan Zhang meninggal dunia.

"Garrison akan memimpin bisnis gelap di Inggris sekarang hm?" Hinata meraih kemeja pria itu dan membantunya mengenakan.

"Bisa disebut begitu, kita mungkin harus pindah ke Derby dalam waktu dekat." Naruto membiarkan wanita itu mengurusnya hari ini. Ah, sejak kembali dari pertempuran itu Hinata memang banyak membantunya, tentu saja karena dirinya terluka cukup parah.

Hinata termenung sesaat sebelum bicara. "Lalu bagaimana dengan Otsutsuki?" dia sudah diberitahu soal segalanya di hari pertempuran itu terjadi.

Tuan Zhang mati dibunuh oleh Hamura, kemudian Hamura dibunuh oleh Naruto, semua anak buah Hamura mati mengenaskan di kastil, separuh anak buah Zhang menjadi anak buah Shikamaru sekarang namun Toneri berhasil melarikan diri dengan jeep.

"Otsutsuki sudah jatuh Hinata, satu-satunya bisnis yang ingin dia kembangkan saat ini adalah senjata itu, namun gagal. Sekarang dia harus kembali ke Jepang dan berusaha bangkit dari kebangkrutan." Ucap Naruto dengan serius.

"Toneri apakah akan kembali?" Hinata tidak bisa tenang, meski inilah awal balas dendam yang dirinya inginkan, kebangkrutan Otsutsuki.

"Tidak Hinata, tidak dalam waktu dekat." Naruto yakin pecundang itu butuh waktu bangkit untuk bisnisnya.  "pembalasan dendammu sudah dimulai dari hari ini, karena Garrison akan membuat Otsutsuki melarat seiring dengan berjalannya waktu."

Hinata memasang kancing kemeja pria itu, menyisakan tiga teratas untuk dibiarkan terbuka. "terima kasih sudah membantuku."

"Pembalasan dendamu apa sudah berakhir?" Naruto bertanya dengan lembut kepada wanita itu. "dan bisakah kita memulai hal lain hm?"

Hinata menatap pria itu "hal lain apa?" dirinya mungkin sudah selesai dengan balas dendamnya namun entah kenapa dirinya belum tenang sebab Toneri masih ada di luar sana, ditambah ayahnya baru saja mati terbunuh.

"Seperti sebuah pernikahan." Naruto ingin membawa Hinata ke Derby bukan lagi sebagai kekasihnya, namun istrinya yang sesungguhnya.

"Apa kau mencintaiku, Naruto?" Hinata menatap mata pria itu sekarang mereka duduk berhadapan di kursi meja makan yang diletakan bersisian.

"Ya, aku mencintaimu Hinata, selalu kutunjukan dengan caraku sendiri andai kau menyadarinya." Naruto serius sekarang, dia tidak ingin lagi bersikap santai di hadapan Hinata di kesempatan seperti ini.

Hinata tersenyum sendu, dia tentu saja menyadarinya. Pria itu selalu mendekapnya erat saat mimpi buruk itu menghantuinya, melibatkannya dalam tiap pekerjaan yang pria itu lakukan agar dirinya tak tenggelam dakam perasaan marah dalam dirinya sendiri. Tak seperti dirinya dua tahun lalu, pria itu telah membantunya sembuh perlahan dari luka hati.

Ya, pria itu melakukannya, menutup luka hatinya dengan hal baru yang tak dia pikir akan dia temukan dari orang lain.

"Kurasa aku sangat menyukai sisi serius dalam dirimu, Naruto." Hinata tersenyum tipis ke arah pria itu.

The GarrisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang