19

1.6K 264 22
                                    

Suara letusan tembakan terus terdengar dari kastil mewah itu. Naruto menatap tajam ke arah beberapa anak buah Otsutsuki yang masuk melalui pintu utama dan menembak satu persatu keparat itu tanpa ampun.

Posisi di atas balkon memang selalu menguntungkan bagi seorang penembak jarak jauh.

"Sasuke!" Naruto memberi arahan untuk melebarkan posisi. Di bawah sana Shikamaru menyeret Zhang ke belakang dapur sebagai sebuah sandiwara melindunginya.

Begitupula Hamura dan Toneri yang dilindungi oleh anak buah mereka telah bersembunyi di balik dinding.

Seketika kastil itu jadi arena tembak menembak yang menyenangkan.

Naruto mengamati seorang pria yang kini dia ketahui bernama Toneri, ternyata dia sosok mantan tunangan Hinata. Pria itu nampak biasa, terkesan berlindung di balik kekuasaan ayahnya dan tak berdaya. Mungkin dia seorang pecundang.

...

Hinata memejamkan matanya lagi saat mendengar suara letusan tembakan berkali-kali dari arah kastil mewah milik Tuan Zhang.

Wanita itu berdiri di atas dek, mengamati sekeliling sungai dengan aliran air yang tak deras itu. Dia sudah menggeser lempengan besi yang digunakan untuk menutup terowongan.

Belum ada tanda anak buah Garrison akan keluar dari terowongan itu maka Hinata naik kembali ke atas dek kapal untuk menunggu.

Tepian sungai itu dikelilingi pohon pinus yang tinggi, keadaan gelap bukan main dan penerangan hanya berasal dari lampu minyak di atas kapal.

Hinata menundukan tubuhnya dan mengarahkan senjatanya dengan benar saat mendengar suara seseorang berlari di tengah hutan, gesekan daun kering terdengar berisik.

Suara napas memburu terdengar bersahutan, ternyata bukan seseorang namun dua orang pria.

Hinata melihat mereka berlari ke arahnya, seolah menghampiri cahaya kapal.

"Kita harus pergi ke London, para pria gila Birmingham ternyata berniat membunuh kita di sini, habislah Otsutsuki!"

"Apa Tuan Hamura dan Toneri akan mati?"

"Entahlah, para keparat Birmingham itu nampak kuat."

"Benar itu sebuah kapal, ayo bergegas!"

Hinata menarik kokang senjatanya dan menembak beberapa kali ke arah dua orang yang mendekat itu, namun tidak dapat mengenainya karena keadaan hutan yang gelap gulita.

Tiba-tiba saja suasana menjadi hening dan Hinata tahu sesuatu yang tidak beres terjadi.

"Ternyata seorang wanita!"

"Apa yang kau lakukan di sini, Nona?"

Hinata tersentak saat mendapati dua pria itu melompat ke kapal dan merebut senjata yang dia pegang dengan mudah.

"Kurasa dia tersesat." Seorang pria tadi melemparkan senjata laras panjang Hinata ke sungai dan pria lain mendorong Hinata ke dinding kapal.

"Kami harus meminjam kapalmu untuk pergi ke kota dan menemukan stasiun, Nona. Kau boleh ikut jika mau." Seorang pria meraih dagu Hinata dengan cara yang menjijikan.

"Kau cantik, pelayaran akan menyenangkan bersamamu." Ucap pria lain dengan bisikan mengerikan.

Hinata menepis tangan pria itu dengan kasar dan menampar wajahnya keras-keras. Ia yakin mereka adalah anak buah Otsutsuki karena memanggil Hamura dengan sebutan Tuan.

"Wanita keparat!" Pria tadi balas memukul Hinata dengan ujung pistolnya.

Hinata tersungkur, kepalanya terasa pening saat dipukul keras-keras kepalanya dengan pistol.

The GarrisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang