32

1.4K 267 31
                                    

Sepasang Uzumaki itu berdiri di samping crib putra mereka yang masih terlelap, tangan bersedekap di depan dada sambil mengamati anak itu.

"Kita tak bisa membiarkannya ada di rumah malam ini saat kekacuan terjadi." Hinata bergumam pelan, dia khawatir pada putranya sebab malam ini akan ada sabotase di acara makan malam.

"Aku tidak memiliki orang kepercayaan yang bisa merawat bayi, Hinata." Naruto tahu benar semua kaki tangan dan anak buahnya adalah mafia atau para prajurit perang, menitipkan bayi berusia enam bulan kepada mereka adalah hal yang mustahil.

Hinata hanya memiliki satu teman di Inggris, yakni Sakura dan malam ini Sakura akan turut serta pada acara makan malam tersebut.

Naruto menghela napas pelan sambil menatap anak itu yang tersenyum kecil di tengah tidurnya, entah tengah memimpikan apa.

Hinata berdehem pelan sebelum mengatakan ide yang sesungguhnya sudah terlintas sejak tadi namun sangat ragu ia katakan. "Naruto, ini mungkin satu-satunya jalan keluar, jadi dengarkan aku."

Naruto berfirasat buruk setelah mendengar pembuka dari ucapan wanita itu. "katakanlah."

Hinata menatap mata biru suaminya. "kita bisa titipkan Boruto kepada ayahmu, dia sangat menyayangi cucunya dan sudah sering bertemu, Boruto bahkan merasa nyaman saat bersama ayahmu sebab mereka sudah saling mengenal."

"Lupakan saja, akan kucari seorang pengasuh pagi ini juga." Tolak Naruto secara mutlak.

"Aku tidak percaya pada siapapun yang bukan anggota keluarga, pengasuh terlalu lemah dia tak akan bisa melindungi putraku." Hinata akan sama kerasnya sekarang karena ini demi keselamatan putranya.

"Tapi Namikaze keparat itu juga bukan anggota keluarga ini." Balas Naruto seraya menatap amethyst Hinata.

"Tapi dia ayahmu, Naruto." Ucap Hinata tanpa penekanan, dia hanya ingin mengatakannya pada Naruto dengan kesungguhan.

Naruto memalingkan pandangannya dari Hinata, sulit menerima kenyataan itu setelah semua yang terjadi.

"Dia kuat dan berkuasa, Boruto akan aman bersamanya." Hinata menyentuh punggung tangan suaminya yang bertumpu di tepian crib dengan lembut, dia mencoba mengerti perasaan Naruto, menabur garam di atas luka masa lalunya hanya akan membuat pria itu semakin marah, maka dia merayunya dengan akal sehat dan alasan paling masuk akal. "kita tak bisa membiarkan siapapun menyakitinya, Naruto."

...

Minato sedang memegang senjata laras panjangnya, sibuk menembaki burung yang melintas di halaman samping kediamannya.

Keningnya menyerenyit saat mendapati sebuah mobil hitam keluaran German yang tak nampak asing melintas di tanah kekuasaannya, itu mobil milik Naruto.

Minato menyerahkan senjata laras panjangnya kepada orang kepercayaan yang sejak tadi berdiri di belakangnya. "buka gerbang utama Kakashi, putraku datang berkunjung."

"Baik, Tuan." Kakashi melangkah keluar dan menyampaikannya pada para penjaga.

Pagar besi setinggi tiga meter itu dibuka oleh dua pria penjaga berbadan besar, begitu melihat pria di kursi kemudi bersurai pirang dan mata biru. Mereka memberikan hormat yang pantas. Tentu saja sebab sang pengemudi adalah putra dari Tuan Namikaze yang belasan tahun tak lagi pernah menginjakan kaki di tempat ini.

Naruto benci datang ke rumah ini, rumah penuh dengan duka dan kejadian mengerikan. Namun hari ini secara terpaksa dia datang.

Hinata menatap suaminya, sepanjang perjalanan pria itu banyak diam dan termenung, meski akhirnya menyetujui.

The GarrisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang