Hinata akhirnya menjelaskan pada Naruto apa yang terjadi tanpa menambah atau mengurangi, dirinya diintrogasi selama dua jam di ruang kerja pagi itu sehingga tak bisa ada yang keluar dari bibirnya kecuali kejujuran.
Naruto mewanti kepada Hinata untuk tak lagi menutupi hal apapun kepadanya, tak berbohong, dan melibatkan Boruto, serta yang paling penting adalah, tak membiarkan ayahnya menemui Boruto lagi.
Meski Naruto sudah mewanti istrinya dengan sangat keras, pria itu tetap marah. Sikapnya sedikit berubah dingin sejak pagi itu.
Hinata baru menyadarinya sebetulnya sejak malam mereka bercinta waktu itu, Naruto nampak murung namun dia kira pria itu hanya kelelahan ternyata bukan karena kelelahan melainkan karena dia tahu sudah dikelabui.
Wanita itu memejamkan mata dan menghela napas pelan seraya menatap punggung Naruto yang sedang mendekap Boruto di halaman belakang, menunjukan kuda hitamnya yang dibawa ke rumah untuk diperlihatkan kepada anak itu.
"Kau menyukainya, Boruto?" Naruto meraih tangan mungil putranya dan menyentuhkannya ke kuda hitam itu.
Boruto menepuk-nepuk punggung kuda itu seraya berceloteh.
Naruto tersenyum simpul, dia mengecup pipi gembil anak itu. Putranya sangat berharga, lebih dari apapun di dunia ini. Dia tidak ingin anak ini memiliki perjalanan hidup sesulit dirinya di masa lalu. Dia tidak ingin anak ini mengenal kakeknya yang pembunuh itu.
Maka Naruto tak akan melepaskan pengawasannya lagi. Sejujurnya dia sudah curiga saat mengetahui ayahnya datang ke Derby dua minggu sekali, dia dengar ini dari rekan bisnisnya. Dalam waktu bersamaan Hinata selalu membawa Boruto keluar rumah dua minggu sekali, ternyata benar mereka berada dalam sebuah janji temu yang sama.
Keparat itu bahkan mengancam Hinata bahwa akan memutuskan hubungan bisnis dengan Garrison andai tidak diijinkan bertemu.
"Naruto." Hinata menghampiri suaminya.
Naruto menoleh dan mendapati istrinya menatap dengan raut sedih, mungkin wanita itu merasa sangat bersalah kepadanya. "sudah waktu menyusui? baiklah." dia mengecup pipi putranya sekali lagi lalu memberikan tubuh anak itu kepada Hinata.
Hinata bahkan belum mengatakan apapun namun pria itu menghindari perbincangan dengannya.
"Ayah akan membawa kudanya kembali ke kandang." Naruto mengusap surai anak itu dengan lembut kemudian naik ke atas kuda dan beranjak pergi.
Boruto melambaikan tangan dan berceloteh saat melihat ayahnya pergi dengan kudanya.
Hinata menatap wajah gembil putranya dan bergumam. "Ayah pasti sangat marah kan?"
...
Hinata meletakan sepiring chicken cordon bleu di hadapan suaminya, salah satu makanan favorit pria itu, ia yang memasaknya sendiri untuk makan malam.
Naruto tak mengucapkan terima kasih atau memuji wanita itu seperti biasanya, dia hanya menyantap makan malamnya tanpa mengatakan apapun.
Hinata menuangkan segelas air untuk suaminya. Pria itu pulang agak larut malam ini jadi hidangan makan malam ia buat khusus untuk suaminya lagipula Boruto sudah tertidur sejak jam delapan. "kau pulang terlambat lagi."
Naruto masih tak mengatakan apa-apa, dia hanya menatap istrinya sekilas dan melanjutkan makan malam dalam keheningan.
Hinata duduk di samping pria itu dan mengupas apel untuk pencuci mulut, ia tahu dirinya sedang diabaikan namun ia ingin tetap bicara kepada suaminya. "maafkan aku, Naruto. Aku hanya berusaha memperbaiki situasi."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Garrison
FanfictionDalam perjalanan balas dendamnya Hinata menemukan Naruto, pria dengan sejuta ambisi di dalam kepalanya. Namun jika punya satu tujuan yang sama, bukankah harus melakukannya bersama?