6. Calon Ipar

1.7K 88 1
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Hari yang ditunggu keluarga Wijaya pun akhirnya datang, semua bersiap sedari pagi. Begitu pun Jena dan Ardi, mereka berbagi tugas untuk mengurus twins lebih dulu. Twins mandi bersama Papanya dan Jena yang menggantikan baju. Setelah Suami dan anaknya selesai baru Jena yang gantian bersiap, sangat kilat karena harus menyambut tamu juga.

Banyak keluarga yang datang, walau hanya para orangtua kebanyakan. Tante Sri pun datang walau jauh-jauh dari Jakarta, kalau Tante Wati sih tidak terlihat. Entah setelah kejadian bersiteru dengan Jena dulu, Tante Wati jadi jarang kelihatan berkumpul kalau ada acara keluarga. Bisa dihitung jari pertemuan mereka, setahun sekali saja tidak tentu. Alhamdulilah sekali kalau kata Jena, masih suka bikin darah tinggi soalnya Tante Wati itu.

Btw sebelum berangkat para keluarga yang ikut tentu dipersilahkan untuk sarapan dulu. Sebagai syarat katanya, Jena sebenarnya tidak tau pasti untuk apa. Tujuan lainnya mungkin untuk meminta doa pada Sang Pencipta, supaya diberi kelancaran.

"Semua udah masuk seserahannya?" tanya Adi

"Sudah Pa, ada di mobil Genta sama di bus." ucap Genta

"Oke, Bismillah kita berangkat. Kalian bawa mobil hati-hati ya." ucap Adi pada anak-anaknya.

Kebetulan Dilan dan orangtua naik bus bersama keluarga besar, cuma Ardi dan Genta yang membawa mobil. Perjalanan ditempuh sekitar 30 menitan, lumayan cepat karena ini hari libur. Calon istri Dilan memang masih daerah Jogja, kalau mudik pun dekat. Bisa tek tok dari rumah orangtua ke mertuanya tanpa capek.

Sesampainya mereka disambut oleh keluarga calonnya Dilan, tentu dipersilakan masuk untuk langsung memulai acaranya. Tentu dibuka dengan doa oleh pemuka agama setempat, lalu dilanjutkan dengan penyampaian maksud dan tujuan kedatangan rombongan. Mertuanya yang berbicara meminta langsung kepada orangtua perempuan.

"Bismillahirrahmanirrahim maksud, niat dan tujuan saya datang ke sini tak lagi hanya ingin bertamu. Tapi saya Dilan, ingin meminta izin untuk melamar dan menjadikan putri Bapak/ibu sebagai istri sah saya." ucap Dilan, menyampaikan kesungguhannya.

"Kami selaku orangtua menerima baik niat Nak Dilan sekeluarga, tapi semua jawaban ada di anak saya. Apapun jawabannya kami merestui sebagai orangtua. Saya yakin itu yang terbaik untuk kalian. Nduk ayo dijawab lamaran Nak Dilan." ucap Agung, selaku Ayah.

"Bismillahirrahmanirrahim atas izin Allah serta restu dari Bapak dan Ibu, saya Nitania menerima lamaran dari Mas Dilan." ucap Nita

Mendengar jawaban itu semua orang berucap alhamdulilah secara serentak, banyak juga yang meneteskan air mata harunya. Tidak kecuali Jena, dia sangat terharu akhirnya sahabatnya dipinang oleh pria yang dicintai. Ya Nitania atau sering dia panggil Nita adalah calon dari Dilan.

Berawal dari ucapan menjadi kenyataan, masih sangat ingat sekali ucapan Nita dulu. Sahabatnya itu pernah berucap kalau ingin menjadi istri Dilan dan menantu keluarga Wijaya. Jena hanya mengiyakan dan mengamini dikira hanya bercanda. Tapi ternyata hari ini ucapan itu menjadi kenyataan, dream come true untuk Nita.

Jarak umur bukanlah suatu masalah, walau 3 tahun lebih muda Dilan sangat dewasa. Nyatanya dua tahun mereka menjalin hubungan, Jena sendiri menjadi saksi jalinan asmara Dilan dan Nita. Kalau bertengkar ya dicurhatin Dilan dan Nita, kadang sampai pening sendiri. Sebelas dua belas dengan masalah rumah tangga soalnya.

Restu mereka juga sangat lancar, mertuanya sama sekali tidak mempermasalahkan soal umur Nita yang lebih tua ketimbang Dilan. Retno malah sangat exited ketika tau anak bungsunya pacaran dengan sahabat mantunya. Bisa dibilang Jena menjadi sumber informasi tentang Nita ke Retno.

Life With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang