5. Tahta Tertinggi

1.8K 93 1
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sesuai rencana tadi, Ardi sekeluarga mudik ke rumah orangtuanya. Jatah Eyangkung Eyangti bertemu dengan twins juga, setelah minggu lalu bersama Uti mereka. Baru saja memarkirkan mobil twins langsung lari ke dalam rumah, sembari teriak memanggil nama Eyang mereka. Gamma sendiri terlihat sehat, padahal baru tadi sore jatuh.

"Assalamualaikum." ucap Jena masuki rumah sembari menenteng martabak dan beberapa jajanan amunisi para kiddos. Sedangkan Ardi menyusul di belakang membawa tas pakaian mereka besok.

"Akhirnya dateng juga kalian." ucap Retno menyambut Jena dan Ardi. Pelukan hangat Jena dapatkan dari mertuanya.

"Tadi mampir dulu Ma, jadi agak lama." ucap Ardi

"Oalah begitu to, itu Gamma kok babak bunyak kaya gitu kenapa?" tanya Retno, (babak bunyak = penuh luka).

"Tadi sore sepedaan bertiga sama Papanya, eh balapan Ma si twins. Enggak sengaja senggolan dan Gamma yang jatuh. Tapi kayaknya udah sembuh, bisa lari-lari gitu." jelas Jena

"Masuk aja teriak-teriak cari Yangtinya padahal lagi di dapur."

Plak
Retno menggeplak lengan Ardi sampai berbunyi.

"Aduh!" ucap Ardi mengaduh sakit.

"Kowe ki lo Di, ngopo wae kok iso tibo putuku?" omel Retno (kamu itu loh Di, ngapain aja kok bisa jatuh cucuku)

"Ya sepedaan lah Ma, udah Ardi bilangin tadi. Baru aja diem eh jatuh." ucap Ardi membela diri.

Beginilah tahta anak pertama tergeser kalau sudah punya cucu. Sebisa mungkin tanpa lecet kalau mau ke rumah Eyangnya, kalau tidak ya kaya begini tadi. Ardi menjadi tersangka introgasi Mamanya sendiri perkara cucunya lecet.

"Mama katanya lagi masak? Masak apa Ma? Jena bantu yuk." ucap Jena sembari mengarahkan mertuanya ke dapur agar tidak mengomeli suaminya lagi.

"Aish! Jangan nyelametin suamimu Nduk." ucap Retno

Ternyata Dina sekeluarga sudah datang, pantas saja suara riuh anak di ruang keluarga sedari tadi terdengar. Jena juga temu kangen dengan keponakannya yang sekarang sudah besar. Nala sekarang sudah masuk SD dan Arsel sendiri masih TK, hampir sama dengan twins.

Jujur untuk sekarang kalau ingin bertemu dengan ponakannya itu agak susah. Selain sudah ada kesibukan yaitu sekolah, Jena sendiri sudah punya twins. Agak terbatas ya karena twins cemburuan. Tadi saat melihatnya pun langsung minta peluk cium.

"Mau masak apa Din? Udah lama sampai?" tanya Jena

"Udah dateng to, dari sore tadi Jen. Ini mau goreng ayam, capjay sama mungkin bikin sambel." ucap Dina

"Oke siap."

Jena langsung menimbruk ikut masak setelah menata martabak dan diantar ke ruang keluarga. Dia mengambil alih untuk mengupas, memotong sayur yang akan di masak. Bagi tugas mereka bertiga biar cepat selesai karena sudah mendekati waktu makan malam. Berbanding terbalik Ibu-ibu pada masak di dapur sedangkan para bapak-bapak momong anak.

"Anake Mama meh tambah siji, nanti masak berempat di dapur." ucap Retno (anaknya Mama mau nambah satu).

Raut wajah bahagia memang tergambar jelas dari muka mertuanya. Soalnya anak bungsu kesayangan keluarga akan berkeluarga. Sudah berani mengajak anak orang untuk ke jenjang lebih serius.

"Iya Ma, kalau ada acara tim masaknya sudah banyak." ucap Dina menimpali ucapan Mamanya.

"Iya betul itu, loh Dilan kok belum kelihatan." Jena menotice yang akan punya acara belum terlihat.

Life With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang