.
.
.
.
.
.
.
.Kegiatan semua orang sekarang menjadi bertambah setelah acara lamaran Dilan, karena sudah ada tanggal pastinya. Waktu itu memang sekalian memilih tanggal yang pas, dihitung cocokologi wetonnya. Pasangan Jenardi ini juga kebagian jatah untuk mengurus baju seragaman keluarga dan beberapa printilan. Bajunya clear sih karena sudah masuk ke antrian jahitan butik Tante Eni, semua pokoknya sesuai request dari calon pengantin.
"Assalamualaikum Nyonya! Pesenannya datang."
"Waalaikumsalam, kagak usah triak-triak lu Nit. Anak gue lagi pada tidur siang." ucap Jena menegur sahabatnya.
"Ooh ponakan onty lagi tidur siang, maaf deh enggak tau. Antri banget loh Jen, buat pesen aja 15 menitan." ucap Nita sambil mengeluarkan beberapa makanan yang dibeli.
"Ya antri lah Nit, jam makan siang siapa suruh ngide ke gacoan." omel Jena
"Hehe ya gimana pengen. Sesuai pesanan ya Bun, gacoan level 4, teh tarik dan para dimsumnya."
"Oh iya tadi Mama bilang kamu besok mau liburan? Kok enggak ngajak, kan bisa double date. Aku sama Dilan kamu sama Pak Ardi." ucap Nita
Nita tadi memang habis menginap di rumah calon mertuanya alias mertuanya Jena juga. Menemani karena ditinggal kerja diluar kota, maklum masih harus bekerja menimbun uang itu Papa mertua dan iparnya. Jena izin dulu kali ini, twins harus sekolah dan Ardi mengajar. Sekalian supaya menambah kedekatan Nita dan Retno juga sih.
Pulangnya mampir deh ke rumah Jena, mau main katanya. Mumpung Nita sendiri sedang meliburkan diri alias cuti. Fyi Nita itu menjadi seorang guru di salah satu SMP Swasta, sesuai dengan jalurnya. Kadang Jena juga bertanya beberapa hal ke Nita dari pada ke Ardi tentang mengajar.
"Double date apaan? Ngapain juga ngajakin kamu sama Dilan, judulnya aja mau family time. Mumpung besok pada libur dan belum sibuk sama rangkaian acara pernikahanmu. Calon pengantin di rumah aja, besok jalan-jalannya setelah sah sekalian bulan madu." ucap Jena
"Kita kan mau jadi family, nunggu honeymoon masih lama kakak ipar." ucap Nita
"Geli Nit." ucap Jena sembari menutup telinganya. Panggilan kakak ipar memang terdengar geli ditelinga Jena, apalagi status mereka sahabat.
"Bercanda, ya kali seorang Nita bisa seformal itu. Bisa sih kalau sama camer kan jaga image, biar rapot dicamer bagus-bagus." Nita bercerita sambil tertawa kecil.
"Gue bilangin Mama lu, biar Mama tau kalau calon mantunya bermuka dua." ucap Jena
"Jangan ngancem gitu dong, enggak rugi loh punya ipar kaya gue. Udah cantik, pinter dan rajin menabung lagi." ucap Nita membanggakan diri sendiri.
"Ada gila-gilanya, wes karepmu lah Nit. Selak adem mieku nek nanggepi koe wae." (Wes karepmu, selak adem mieku nek nanggepi koe wae = sudah terserah kamu, keburu dingin mieku kalau menanggapi kamu terus).
"Salah sendiri kagak dimakan."
"Eh Jen, mau cerita masalah lain." ucap Nita
Nada bicara Nita berubah menjadi agak pelan. Sontak membuat Jena langsung menoleh ke arah sahabatnya. Mukanya sedikit memelas seperti ada beban masalah yang sedang dihadapi. Ujian sebelum pernikahan memang ada, mungkin ini yang terjadi dengan Nita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life With You
Fiksi UmumSequel dari Dosen Duda Itu Suamiku. ini kisah Jena dan Ardi bersama anak kembarnya.