.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Pagi ini Jena bangun lebih pagi dari biasanya, walau lebih pagi dia enggan beranjak. Kekuatan magnet ranjang dan pelukan hangat Ardi menjadi alasannya untuk berlama-lama. Jena hanya diam, menatap suami yang masih terlelap dan sesekali mengusap lengan Ardi tanpa ada niat mengganggu.
"Pagi sayangku." ucap Ardi, ternyata kegiatan mengusap Jena membuat sang suami terbangun dari tidur lelapnya.
"Pagi Mas sayang, maaf ya buat kamu terganggu." ucap Jena
Cup cup
Kecupan Jena pada pipi suaminya, membuat Ardi langsung membuka mata lebar-lebar. Tidak lupa pelukan mereka semakin mengerat."Tumben-tumbennya nyium duluan nih Mama." ucap Ardi, skinship duluan adalah hal yang jarang Jena lakukan.
"Mau ditinggal seminggu, takut kangen. Maka dari itu dipuas-puaskan dulu. Oh ya, semua udah aku packing Mas." ucap Jena
Sebenarnya sudah biasa Ardi pergi untuk dinas. Cuma kondisinya berbeda, sekarang anak dua sudah besar-besar. Walau bisa meminta bantuan ibu atau mertuanya, kali ini Jena ingin mencoba melakukannya sendiri. Maka dari itu membuatnya sedikit lebih overthingking.
Ardi memang ditugaskan untuk ikut dalam kegiatan kunjungan ke Universitas di luar pulau. Semacam studi banding dan tentu untuk menjalin kerja sama. Bukan hanya satu, ada empat Universitas yang akan dikunjungi dalam seminggu itu.
"Kalau kangen kan bisa vc, setiap hari kamu bisa vc Mas sayang. Kalau kamu rasa enggak kuat urus twins sendiri jangan dipaksain, telfon Mama atau Bunda minta bantuan. Mau ajak Nita nginep sini juga boleh, biar belajar tipis-tipis dia. Toh udah jadi pengangguran dia sekarang." ucap Ardi
"Aku coba dulu Mas beberapa hari. Nanti paling Nita aku suruh nginep sini kalau kepepet. Sekarang bangun dan siap-siap, pesawatnya jam setengah delapan kan." Jena lalu beranjak dari ranjang.
"Oh iya, uangnya udah kamu transfer ke Bu Orisa Mas?" tanya Jena, baru mau mencepol rambut tapi dia teringat sesuatu.
"Belum sayang, ini kamu yang transfer aja. Mas bener-bener lupa, nomor rekeningnya diroom chat." ucap Ardi, lalu menyerahkan handphonenya ke Jena.
"Kok aku? Mas kan bisa." ucap Jena, mencoba menolak.
"Pokoknya kamu aja, semua terserah kamu sayang. Aku sependapat sama kamu sesuai diskusi kita beberapa hari lalu."
Cup
"Aku mandi dulu, sarapannya request telur orak arik boleh? Mas ingin makan itu." ucap Ardi
"Iya, nanti Jena bikinin. Sudah sana mandi Mas." ucap Jena sambil tersenyum.
Flashback On
Selama perjalanan pulang Jena dan Ardi tidak membahas Orisa, mereka membicarakannya sesudah sampai rumah. Tentu dengan keadaan twins sudah tidur dan hanya mereka berdua. Obrolan ini Jena prekdiksi agak berat, sampai Jena sendiri menyediakan air es untuk mendinginkannya nanti.
"Jadi kenapa Bu Orisa chat Mas Ardi?" tembak langsung Jena, ketika sang suami sudah menyelesaikan bebersihnya.
"Huh!" Ardi menghembuskan nafas kasar."Sudah beberapa hari Orisa chat, cuma enggak Mas tanggapi. Chatnya enggak aneh-aneh sekedar say hai dan selalu tanya Mas lagi sibuk enggak."
"Puncaknya tadi, dia chat lagi tapi to the point. Dia mau minjem uang sekitar 5 juta." ucap Ardi
"Minjem uang 5 juta? Buat apa? Kenapa enggak minjem ke Bu Resti?" tanya Jena, Bu Resti itu kaprodi Jena dulu dan statusnya Tante dari Bu Orisa. Ini alasannya dulu Bu Orisa bisa ikut makrab acara Pendidikan Matematika.

KAMU SEDANG MEMBACA
Life With You
General FictionSequel dari Dosen Duda Itu Suamiku. ini kisah Jena dan Ardi bersama anak kembarnya.