chapter thirteen-meet again

35 4 0
                                    

Ke esokan paginya Yuna bangun. Ia mengucak matanya sebentar lalu menatap Abi yang masih saja terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Lagi lagi mata itu enggan untuk di buka.

Cklekk

Bunyi knop pintu yang di putar itu terdengar.

Yuna membalikan badannya lalu melihat Alvin dan Shaka yang masuk dengan map di tangan nya.

"Kenapa?" Tanya Yuna dengan raut muka lelah nya.

"Anu ini nona data yang anda minta." Ujar Alvin ragu melihat raut Yuna yang lelah. Ia menyodorkan map coklat itu ke arah Yuna.

Yuna mengambil lalu membuka mapnya.

"Saya juga ingin menjelaskan kejadian kecelakaan Abi kemarin dan Ezardian Anggara." Ujar Shaka.

Yuna mengangkat pandangan "jelaskan kan." Ujar Yuna lalu berjalan ke arah sofa.

Ia menaikan kaki kanan nya ke paha kirinya lalu melihat data Ezardian Anggara.

"Ezardian Anggara. Lelaki yang pernah menjadi sahabat nona. Namun harus berpisah di karenakan ia pergi ke London mengikuti orang tua nya. Ia datang untuk membalas kan dendam orang tuanya yang mati." Ujar Alvin menjelaskan.

"Tunggu? Apa hubungannya dengan keluarga ku?" Tanya Yuna namun matanya masih fokus membaca data Ezar.

"Orang tua anda difitnah tentang kasus pembunuhan orang tua nya. Intinya adalah Ezardian Anggara bukanlah dalang dari semua ini. Ia hanya boneka bagi dalang yang sebenarnya. Dan mengenai kecelakaan kemarin dalang nya adalah Ezardian Anggara nona" Jawab Shaka.

"Cari dalang yang sebenarnya." Yuna bangkit berdiri.

"Nona ingin kemana?" Tanya Alvin melihat Yuna yang ingin berjalan ke arah keluar ruangan.

"Menghampiri teman lamaku, perketat penjagaan Abi." Ujar Yuna lalu pergi keluar kamar.

---

Saat ini Yuna tengah bersiap untuk menjumpai teman lamanya. Ia menggunakan kemeja berwarna hitam dan celana panjang hitam nya. Tak lupa kacamata hitam yang bertengger di hidung mancung nya.

Ia keluar dari kamar lalu berjalan menuju garasi. Tertampang jelas mobil dan motor mewah yang tersusun rapi di garasi nya.

"Apa yang akan ku gunakan." Ujar Yuna pada dirinya sendiri.

Beberapa menit kemudian ia memutuskan untuk memakai Lamborghini Aventador nya saja.

---

Yuna melajukan mobil nya dengan kecepatan sedang hingga ia sampai di depan bangunan tinggi yang menjulang. Ia turun dari mobil nya, bagaikan slomo angin berhembus hingga membuat rambut Yuna berterbangan.

Ia melangkah kan kaki nya untuk masuk kedalam bangunan tinggi itu lalu bertanya pada represionis.

"Permisi, ruangan Ezardian Anggara lantai berapa?" Tanya nya langsung.

"Maaf, ada keperluan apa ya?" Tanya balik sang represionis.

Yuna menyerahkan beberapa kertas lembaran, yang membuktikan ia sudah membuat janji. Wanita itu mengangguk.

"Lantai 100." Ujar nya.

Yuna mengangguk lalu berterimakasih dan berjalan menuju lift khusus tamu. Setelah ia sampai di lantai 100 ia keluar dari lift lalu langsung membuka pintu ruang yang satu satunya ada di situ.

SETTT

Sebuah pisau tajam baru saja melukai pipi nya.

"Long time no see Arbecca alfiyuana." Ujar pria yang masih duduk di bangku kebesarannya. Ia mengangkat wajahnya dan melihat ke arah Yuna.

TS: Lama tak jumpa

Yuna mengusap darah yang mengalir di pipi nya.

"Sapaan yang bagus." Ujar nya lalu berjalan mendekat dan duduk di sofa yang tersedia di sana.

"Woww berani sekali anda duduk di sofa saya nona arbecca." Ujar Eza menatap tajam Yuna.

"Siapa yang peduli?" Ujar Yuna santai.

"Ada kedatangan apa hingga anda masuk kedalam kandang musuh mu?" Tanya Eza sembari meneguk wine nya.

"Tidak ada hanya menyadarkan sahabat bodoh ku ini." Ujar Yuna lalu menaikan kedua kaki nya di atas meja.

"Apa kata mu?" Tanya Eza dengan nada mengintimidasi.

"Bodoh." Umpat Yuna lalu melemparkan flashdisk ke arah Eza yang ia dapatkan dari Alvin. Untung saja pria itu sekalian mencari bukti.

"Lihat lah isi nya bodoh." Ujar Yuna.

Eza menangkap flashdisk itu lalu melihat nya dari layar laptop nya. Ia melihat, adek sepupu nya membunuh kedua orangtuanya dengan keji. Adek sepupu nya juga yang memfitnah keluarga Yuna bahwa keluarga Yuna lah yang membunuh orang tuanya.

"I-ini?" Eza tampak tak percaya dengan apa yang ia lihat. Ia melihat Yuna seakan minta penjelasan.

"Seperti yang lo liat. Gue di fitnah." Ujar Yuna santai.

"Hahh udah sih itu aja yang pingin gue kasih tau sama lo yang goblok nya gak ketulung." Ujar yuna dengan sedikit bercanda lalu berdiri dari duduk nya.

"Tunggu Yuna! Gue, gue minta maaf karena udah neror lo dan buat pipi lo terluka." Ujar Eza. Ia mengelus lembut pipi Yuna. Gadis yang ia cintai. Ia diam diam menyimpan rasa pada Yuna.

Yuna menabok pipi pemuda itu. "Heheh kita impass." Ujar Yuna cengengesan.

Eza terkekeh geli. "Mau gue bantu? Buat musnahin dalang di balik semua ini?" Tanya nya dengan nada serius.

"Boleh. Gue juga butuh bantuan lo. Lo emang goblok, tapi kalo buat strategi penyerangan lo paling bagus." Ujar Yuna.

Eza tersenyum bangga sedetik kemudian senyum nya memudar kala ia menyadari sesuatu. "Wait? What?? Penyerangan???" Tanya nya bingung.

Sedangkan Yuna ia tersenyum miring.

𝗧𝗕𝗖~

i'm not a good person (𝗘𝗻𝗱) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang