chapter fourteen-warr

32 4 3
                                    


Yuna duduk di sebuah ruangan ah tidak tapi sebuah aula yang besar. Ia menatap banyak nya orang orang yang tersusun rapih.

"Mau kapan nyerang nya?" Tanya Eza yang berada di samping Yuna.

"Malam ini." Ujar yuna, ia meneguk segelas wine yang ada di tangan nya.

Eza mengangguk, lalu mereka mulai menyusun rencana.

"Lo butuh apa lagi?" Tanya Eza pada Yuna.

Yuna meletakkan gelas nya di atas meja lalu menatap ke arah Eza. "Gue butuh pistol desert Eagle. Gue juga butuh lo, dan beberapa bom." Ujar Yuna menerangkan.

"Apa rencana lo?" Tanya Eza.

Yuna menyeringai, sahabatnya ini memang paling peka. 100 orang lebih dalam ruangan itu menatap Yuna. Eza bukan seorang mafia.

Yuna bangkit lalu mulai menjelaskan rencananya.

--

Beberapa jam kemudian akhirnya Yuna selesai menjelaskan rencananya.

"Ada yang ingin di tanyakan??" Tanya Yuna.

Semua orang di sana terdiam.

"Aku anggap itu jawaban tidak." Ujar Yuna.

"Ya udah kalo semua udah paham, tunggu apa lagi? Kita jalani sekarang." Ujar Eza pada anak buahnya lalu berjalan pergi dari aula itu.

---

Yuna turun dari mobilnya lalu menghampiri Eza. Ia melihat bangunan tua itu. Ini adalah markas dari orang yang meneror nya. Dari mana ia tau? Apa gunanya Alvin dan Shaka?

Bangun ini adalah markas dari dalang peneroran yang terjadi padanya. Ia kesini untuk mengambil beberapa informasi yang ada di sana.

"BERPENCAR!!" Perintah Yuna yang langsung dilaksanakan mereka semua.

Yuna berlari  ke belakang bangunan tua itu.

"Hati hati dan jangan mati, janji sama gue." Ujar Eza memperingati.

"Pasti!" Balas Yuna yakin.

Yuna mengangguk lalu menembaki 𝘨𝘳𝘢𝘱𝘱𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘩𝘰𝘰𝘬 𝘨𝘶𝘯 itu. Dan mulai naik ke atas bangunan itu. Bangunan yang berkisaran empat lantai itu lumayan tinggi.

"𝘑𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘵𝘪 𝘺𝘶𝘯𝘢. " Monolog nya ketika melihat Yuna yang sudah menerobos kaca jendela

Setelah masuk ia mulai berjalan cepat menuju suatu ruangan. Setelah tau ruangan itu berada ia langsung mendobrak pintu itu. Sedikit terkesima karena dalam ruangan itu yang sangat bersih.

Yuna menggelengkan kepalanya mengenyahkan pikiran nya, Yuna langsung saja membongkar semua ruangan itu hingga akhirnya apa yang ia cari ketemu. Ia membuka nya lalu tertampang lah foto seorang pemuda dengan mata elangnya.

"Ahh aku ketahuan ya??" Tanya seorang pemuda di ambang pintu.

Yuna menatap lelaki itu tak percaya.

"Kaget?" Ujar pemuda itu tersenyum miring.

Yuna meremas kertas yang ia pegang di tangan nya.

"Lo..." Ia kehabisan kata kata, menerima fakta tentang semua ini.

"Yeahh, ini aku. Andrian Pradipta. Sekaligus sepupu dari ezar dan dalang di balik pembunuhan orang tua lo." Ujar Andrian dengan seringai nya.

Yeah dalang dari semua ini adalah Andrian. Pemuda yang di kenal heboh itu adalah dalang nya.

"Tapi kenapa?" Tanya Yuna pada Andrian.

Andrian berpikir sebentar "hmm. Buat ngambil perusahaan mendiang mommy lo." Ujar nya santai.

"Yuna?? Udah belum?, satu menit lagi meledak nih tempat." Ujar Eza melalui earphone.

"Mau pergi?? Gak bisa. Kalo gue mati lo juga harus ikut sama gue." Ujar nya menyeringai lalu mulai menyerang Yuna.

Aksi perkelahian terus terjadi. Yuna mengambil pistol desert Eagle nya dan menembak kaki Andrian. Sebelum Andrian terjatuh ia lebih dulu memeluk kaki Yuna.

"30 detik lagi!" Ujar Eza di erphone.

"Bangsat!!" Umpat Yuna. Ia menendang wajah Andrian namun pria itu masih saja kukuh untuk memeluk kakinya.

"10"

Yuna terus menendang wajah Andrian hingga wajah pria itu berlumuran darah.

"5"
"4"
"3"

Akhirnya. Akhirnya dekapan pada kaki nya terlepas Yuna langsung saja berlari menuju jendela dan menerobos nya.

"1"

DUAR
DUAR

"YUNAAA!!!" Teriak Eza histeris melihat bagaimana ledakan itu terjadi dan api yang melahap bangunan itu.

Eza ingin berlari ke sana namun badan nya di tahan oleh beberapa pengawal nya.

"LEPASS BANGSAT!! BIARIN GUE KESANAA!! YUNAA!! LO UDAH JANJI SAMA GUE BUAT GAK MATI KANN?? BALIK YUNAA!!!" Eza berteriak bak orang kesetanan. ia khawatir benar benar khawatir tentang keadaan Yuna.

"𝘛𝘰𝘭𝘰𝘯𝘨 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘵𝘪 𝘺𝘶𝘯𝘢." Monolog Eza.

Tamat. Hwhwhhw

i'm not a good person (𝗘𝗻𝗱) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang