Suara riuh dan gelak tawa dari dalam dan luar kelas terdengar saat aku menyusuri koridor. Dari lantai paling atas sampai lantai dasar, suasananya sama, sama-sama bising saat memasuki tahun ajaran baru seperti ini, semua siswa-siswi sibuk sendiri dengan urusannya masing-masing.
Mencari kelas sesuai jurusan, berusaha mencari teman baru yang sefrekuensi, hingga berusaha menciptakan atmosfer yang kondusif satu sama lain agar nyaman selama setahun ke depan dalam kelas yang sama.
"NDUL!!" suara teriakan dari belakang membuat aku berhenti dan menoleh. Lalu menghela nafas saat melihat cewek rambut sebahu mempercepat laju larinya menghampiri.
Hei, aku dipanggil Ndul bukan karena aku gundul ataupun gendut gimbul-gimbul, ya! Itu panggilan sayang. Panggilan sayang dari sahabat yang sudah menemani dari aku SMP.
"Asem, ik!! Diajak ke Kantin malah kabur," omelan beruntun dia keluarkan begitu sampai dihadapanku. Ini anak memang agak-agak lain, mentang-mentang masih masa peralihan kelas dia seenaknya sendiri keluar masuk Kantin.
"Aku udah WA gak ikut."
Dia memutar mata sambil berkacak pinggang, seakan-akan mengatakan dia marah, tapi jatuhnya di mataku sikapnya terkesan cringe.
"Sengaja gak aku baca wa-mu," jawabnya enteng.
Aku mengedik singkat, cukup mengenal tabiat Mita.
Mita sontak ikut berjalan menyejajari saat aku melanjutkan langkah. "Wa-mu gak tak baca biar kamu berubah pikiran, ikut ke Kantin, panik nyari aku gitu loh, Ndul. Gak tahunya malah beneran ninggal. Kamu gak laper? Aku aja pagi sarapan nasi sepiring udah laper ini," serunya sambil mengusap perut dengan gerakan melingkar dan bibir mengerucut.
Aku menatap malas. Sekarang baru pukul setengah sembilan pagi. Gimana ceritanya dia sudah lapar lagi di saat pukul enam pagi tadi katanya sudah makan nasi?
Hasmita Gumelar, panggilannya Mita. Saat utas (kelas sepuluh) kami berada dalam kelas yang sama, tapi sekarang aud (kelas sebelas) kami pisah kelas, dia masuk kelas TKJ-3, dan aku menempati kelas TKJ-1.
Jika di sekolah lain ada yang namanya moving class, tiap berganti jam pelajaran murid berpindah kelas mencari guru pemateri, berbeda dengan kami siswa-siswi SMK INSAN ADIKARA (read ; Semekia), disini moving class atau rolling class dilakukan tiap tahun ajaran baru. Guru kesiswaan akan mengacak nama siswa-siswi satu jurusan untuk menempati kelas berbeda tiap tahunnya, tujuannya ya pasti supaya para murid saling mengenal. Tapi kenyataannya satu tahun di Semekia, banyak teman yang gak aku kenal.
"Jangan bilang ...," Mita memicing curiga. Matanya beralih menyorot benda yang ada di tanganku. "... mau ke Aula lagi?" serunya dengan nada meninggi.
"Hmm."
Aku berhenti akibat cekalan tangan Mita.
"Semoga hari ini dapat angle yang bagus," tambahku dengan cengiran.
Dia mendengus seraya melepas cekalan tangannya. "Heran, deh! Gak capek?"
"Lah, kok capek?" Aku melirik sekilas, lalu melanjutkan jalan.
"Capek maksudku bukan makna denotasi ya! Gak usah sok gak tau, deh, Ndul!" sungutnya menyuarakan rasa keberatan.
Aku tersenyum tipis tanpa membalas ocehannya. Walaupun merasa kesal nyatanya Mita tetap mengikuti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Replika Hati (On Going)
Teen FictionDIBACA BUKAN DIPLAGIAT‼️ A Teenlit Story! ------ "Jangan ngejudge orang lain seenaknya, jangan sok tahu kalau isinya nonsense, paling gak jangan katakan apapun kalau kamu gak mengenalku dengan baik. Save your breath!"-Kaivan Dhanurendra- . "Aku suka...