Aku memelukmu erat sekali,namun yang aku dapati hanyalah dekap tanpa hangat.
Harum tubuhmu petang itu tercampur dengan aroma gadis lain, mungkin harus membelah isi kepalaku untuk menghapus ingatannya.
lihat, semuanya sudah kukemasi hanya tinggal ik...
Entah dimana letak salahnya do'aku sehingga Tuhan menghadiahi diriku dengan kehilanganmu
......
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
_________ Sebelum hiruk piruk kota menjadi sunyi bagiku, aku sudah memupuknya dengan penuh tabah. Setiap malam sebelum tidur,atau ketika melihat bentuk wajahku yang memantul pada cermin bisu di ujung lebur. Kebahagiaan seperti apa yang menanti kita disana?
Kupeluk erat tubuhku sendiri setiap malam, sejak hari itu. Sejak pundak yang selalu menopang letihku itu memilih meninggalkan aku dalam ruang hampa kehidupan.
Aku menangis? Iya. Hari itu aku percaya bahwa proses pendewasaan diriku berbeda dengan anak lain dari keluarga cemara.
Setelahnya, hadirlah dirimu. Semuanya ku tumpah pada pelukmu, bahkan sampai hal hal tak perlu yang kuulang berkali kali.
Namun......
Tuhan tidak merenggutmu. Tapi kamu yang memilih membuang aku.
________________
Ruangan ini, tiba tiba kiana disini. Meja makan beberapa tahun yang lalu.
Keluarga kecil dengan sejuta tawa riang, duduk sembari sarapan pagi. Sebelum memulai aktivitas panjang.
Pemandangannya indah sekali.Ibuk,bolak balik kedapur mengambil sesuatu yang kurang di meja. Mba,mengunyah makanannya dengan mata yang terus menerus menatap ponselnya. Di ujung meja laki laki dengan mata teduh tersenyum sembari menyesap teh pada cangkir cantik di depannya.
"Nana, kamu jangan engga sarapan ya. Ibuk udah bikin nasi goreng kesukaan kamu"
Ibuk membawa sepiring nasi goreng dengan telur mata sapi, pada anak dengan seragam merah putih yang sedari tadi meletakkan wajahnya pada meja. Hari ini melelahkan
Tangan hangat papa nyata menyentuh pipinya, hangat sekali.
"Adek sakit ya, kok gak semangat gini"
"Paa, PR matematika belum selesai. Adek takut dihukum lagi sama buk guru"
"Kok bisa gak selesai sih, semalam kan adek udah ngerjain tugas diruangan papa"
"Adek gak ngerjain tugas itu, adek cuma menggambar. Soalnya adek gatau cara ngerjain soalnya"
Semuanya terlihat nyata, ingat sekali ini pagi terakhir bersama papa.