Senja Dan Laut

38 6 0
                                    

Persis seperti yang kamu dengar tentangku, dari teman teman dan orang orang terdekatmu. Aku jelas baik baik saja, tidak lagi menangis sepanjang waktu,hariku sedikit lebih pantas disyukuri sekarang. Entah kamu masih menanyakan kabarku atau tidak, aku tetap memutuskan menunjukkan sisi terkuatku didepan mukamu. Kudengar intrik dan kepercayaan diri kau antar kepada tiap tiap pendengaran, mengenai duniaku yang menjadi abu abu semenjak kau pergi. Bagaimana bisa kamu mengabaikan kenyataan bahwasanya aku tak pantas Seterpuruk itu, siapa yang harus kuratapi semenyedihkan itu, kamu?.
Kamu berhak menerima banyak tepukan tangan setidaknya agar jiwamu yang terbang jauh ke alam khayal tersadar dan kembali kedataran manusia. Kamu memang kujadikan duniaku dulu tapi hanya sebatas selama kau layak, setelah nya aku hanya menjalankan kehidupan normal seperti biasanya sebelum kamu ada. Hidupku harus tetap berjalan kan? Ada atau tidaknya kamu, telah ku persiapkan ribuan lembaran baru tanpa kamu didalamnya.






~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Jadi tadi ada keluarga salsa juga disana? Udah dibilangin juga adek duduk manis aja dirumah ngapain datang jadi sedih lagi kan" Hera meletakkan majalahnya asal pada meja kecil disamping nya, kesal sekali rasanya mendengar penuturan Gavi tentang kejadian hari ini. Membayangkan anaknya menjadi bahan gunjingan dan dipandangi penuh penekanan disana.

Pagi sebelum kiana berangkat Hera pun sama halnya dengan Gavi, melarang keras kiana untuk pergi karna semua kejadian ini telah terlintas dikepala nya sejak kiana meminta ijin untuk pergi.

"Maaf buk, kiana gak sedih kok buk. Kiana mandi dulu ya"kiana berlalu dengan senyuman yang mengembang. Hal itu mampu membuat ketiga orang yang sedari tadi menatapnya iba tercengang

" lah nana kenapa buk, kok kayak abis giveaway gitu " Nia bertanya sembari mengunyah kripik ditangan nya.

Sejenak Hera menggeleng kemudian melotot kearah Nia melihat apa yang dilakukan putri sulungnya itu

"Mbak duduknya, anak gadis jangan gitu gak sopan"

Nia yang sadar segera menurunkan kakinya sembari tersenyum sungkan

"Marahin aja buk, dia emang cewek jadi jadian pantes aja gaada yang mau"
Gavi menyambar toples dari pelukan Nia kemudian duduk disamping Hera dan mulai menikmati kripik juga

"Eh woy itu punya aku, ibuk.." Nia menghentakkan kakinya berkali-kali dengan wajah yang cemberut

"Jangan gitu, coba duduk tenang. Ibuk heran punya anak gadis dua kok gak ada anggun anggun nya"

"Oh jadi ibuk mau nana sama mbak nia jadi bintang iklan duta shampo lain? " kiana yang baru selsai mandi mendekat kearah mereka sembari menggosok handuk dikepala nya

Gavi yang mendengar pertanyaan kiana lantas mempraktikkan adegan iklan shampoo di televisi. Aksinya mampu memecah tawa ketiga perempuan dihadapan nya,sesekali Hera menyeka air mata di pipinya karna tawanya yang berlebihan. Melihat Gavi yang rela melakukan apa saja untuk menghibur dia dan anak anaknya Hera bersyukur sekali memiliki anak seperti Gavi.

"Buk, tadi Nia dikasi hadiah sama mas gibran. Dia nitip buat Gavi, ibuk, sama buat adek. Bentar ya Nia ambilin" Nia bangkit dari duduknya sembari berlari kecil kearah kamarnya dengan senyum yang mengembang

"Dikasih hadiah doang, dinikahin engga" Gavi berkata pelan dan terkikik bersama kiana dan Hera

"Hati hati loh, nanti mbak denger terus punya gavi gajadi dikasih" kiana membalas ucapan Gavi dengan suara yang tak kalah pelan nyaris berbisik

"Apaan tuh bisik bisik" Nia yang membawa paperback ditangan nya memicingkan mata kearah kiana dan Gavi kemudian memandang Hera dengan senyum penuh tannya
"Mereka gibahin mbak ya buk? "

Senja Dan warnamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang