sebelum usai

430 25 1
                                    

Kamu pernah bilang
Selama ada kamu aku cuma boleh bahagia
Ternyata buat bahagia aku harus lepasin kamu

__________________


_____________

Sebelum senja benar-benar tenggelam pada kaki langit. Disusuri nya lorong lorong disetiap jalan yang biasanya didatangi bersama Dimas.

Sesekali melirik sekitarnya, disini cukup sepi. Tak apa jika menangis tidak akan ada yang melihat pikirnya.

Meraih tas kecil yang menyampir di bahunya, sejenak tangannya meraba sembari tersenyum hambar. Ini pemberian nya beberapa waktu lalu.

Untuk kesekian kalinya matanya menerawang ke sekitar, disini cukup aman.

Setidaknya disini lebih baik dari pada dirumah, bagaimana kalau ibuk tidak sengaja mendengar percakapannya. Kiana belum siap, membiarkan ibuk tau sakitnya.

Benda pipih itu sudah ditangannya, dengan teratur jemarinya mengotak atik sesuatu. Selang beberapa detik terdengarlah suara yang paling kiana tunggu. Suara yang selalu penuh kelembutan, penuh kasih sayang. Namun anehnya kali ini tidak ada hangat yang menyentuh hatinya ketika mendengar suara seseorang dari seberang. Justru sakitlah yang menjalar dan seolah olah memaksanya berteriak sekarang, bagaimana mungkin manusia yang paling dicintai justru mengkhianatinya.

"Halloo... "
Mendengar nya diulang berkali-kali masih saja Kiana  enggan menjawab, bukannya tidak mau hanya saja tidak siap dengan segala kenyataannya. Namun secepatnya harus diselesaikan, setelah mencoba menghubungi nya sejak pagi. Sekarang lah saat yang tepat saat dimana akhirnya telponnya terhubung.

"Dim... "

"Iya, aku liat kamu telpon aku dari siang. Aku sibuk maaf ya"

Menarik nafas sejenak sebelum melanjutkan. Bibir Kiana mulai bergetar, lututnya mulai lemas dan berakhir duduk pada tanah sembari memeluk lututnya.














"Dim, aku udah tau semuanya"










________________

Nyatanya, senja yang indah pun tidaklah abadi. Dengan langkah tak terburu kiana berjalan dijalan yang tadi juga ia lewati ketika datang.

Entah apa yang ada dipikirannya. Sesekali kiana mengusap sungai yang mengalir dari matanya.
Kiana sadar sudah setengah jam dia habiskan hanya berputar putar saja di lorong itu, seolah olah tidak ada jalan keluarnya.

Bagaimana mungkin bisa tersesat, ini adalah jalan yang biasa dilewati. Tapi malam ini semuanya menjadi asing sekali. Dilangkahkannya kakinya pada sebuah lorong, mungkin ini jalannya, pikirnya.

Namun bukannya menemukan jalan keluar kiana justru hanya menemukan bahwa didepan sana banyak rumah warga dan jalannya hanya berakhir disitu. Bagaimana mungkin dia benar benar tersesat ditempat yang biasa ia kunjungi.

Tiba tiba hatinya tergerak menghubungi seseorang, setidaknya dia bisa tau jalan mana yang harus kiana lewati agar bisa sampai dirumah.

Mengotak atik dan meletakkan ponselnya pada telinga, dilakukan beberapa kali. Sebab, daritadi yang dia dapati adalah telpon tidak terhubung. Hingga akhirnya kiana menyerah dan mencoba mencari seseorang untuk ditanyai

Dilihatnya sekumpulan manusia pada pos ronda tak jauh dari tempatnya berdiri.
Dengan langkah cepat kiana berjalan kesana.


Baru beberapa meter menjejakkan kakinya, langkahnya terhenti.

Berpikir apakah mungkin orang orang yang ada disana akan iba dan mau mengantarnya pulang atau justru akan mendapat masalah baru.

"Kata ibuk mencegah lebih baik daripada mengobati"   

Senja Dan warnamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang