Kevin

426 56 0
                                    

Sudah hampir 1 jam aku dan kevin duduk disebuah kafe, kami minum kopi bersama dan banyak hal yang saling kami ceritakan, aku tidak menyangka diusia kevin yang sudah menginjak 36 tahun ia tak kunjung menikah, ia menyelesaikan study nya di Australia, setelah lulus kevin langsung bekerja dan menetap disana bahkan kevin baru pulang ke Indonesia minggu-minggu ini, kevin bilang di Australia pekerjaannya sangat banyak, sehingga menyita banyak waktu, jangankan untuk mencari pasangan untuk menikah, duduk dan bersantai saat weekend pun sangat sulit melakukannya, karena kevin benar-benar sibuk, kali ini mengapa kevin bisa ada di Indonesia karena dia mengambil cuti untuk menemui ibu nya untuk yang terakhir kalinya, saat di Australia ayah kevin memberitahukan bahwa ibunya telah meninggal dunia.

" Aku turut berduka cita ya vin.." ucapku padanya, kevin menganggukan kepalanya, ia Nampak sudah tegar melaluinya, kevin menganggukan kepalanya.

"Oh iya sar, gimana dengan kamu sekarang?." Tanya nya, aku tersenyum kecil dan meraih cangkir kopiku.

"Aku sudah bercerai dengan suamiku vin, kami sudah tak sejalan.. tapi allhamdulillah itu semua sudah berlalu sekarang aku sedang fokus untuk merawat dan membahagiakan ke empat anakku.." jawabku, kali ini aku tegar saat menceritakan persoalan ini, karena aku memang benar-benar sudah move on sekarang.

"wah, jadi sekarang kamu sudah punya 4 anak ya? Pasti mereka lucu-lucu..." jawab kevin, aku suka sekali dengan kevin yang tak mempersoalkan masalah rumah tangga sehingga dia langsung berbicara tentang anak-anak.

"Iya vin, mereka lucu dan pintar-pintar." Jawabku lagi.

"Sekarang kamu tingga dimana sar?."

"Aku tinggal sama orang tuaku vin, kamu pasti masih ingatkan rumahnya?." Tanyaku, aku yakin kevin masih hafal betul rumah orang tuaku dulu, karena saat dulu kami masih berpacaran kevin sering sekali bermalam minggu dirumahku dan membawa oleh oleh martabak untuk kedua orang tuaku.

"Iya ingat sar.." jawabnya tersenyum, ternyata sekarang kevin sangat jauh berbeda, dia yang dulu agak kekanak-kanakan kini terlihat jauh lebih dewasa, pasti Australia telah merubah segalanya.

"Oh iya vin, kayanya aku ga bisa lama-lama ya, pasti anak-anakku sudah menungguku dirumah." Aku bergegas membereskan tasku, beberapa barangku berserakan dimeja.

"Oh iya sar, oke..." jawabnya, kevin pun tampak sibuk memakai kembali jaket motornya, aku pun segera pamit dan bergegas meninggalkannya.

"Sar tunggu.." panggilnya, saat itu aku tengah melangkahkan kakiku meninggalkan kafe.

"Iya vin ada apa?."

"Aku boleh minta nomor whatsapp kamu kan?." Tanya nya, aku menatap mata kevin sejenak, entah apa yang akan di chat kevin saat ia sudah memiliki nomor handphoneku, aku jadi melamun sebentar.

"Sar..kamu denger aku kan?." Tanya nya, aku terkejut karena aku melamun.

"Oh e...a.. apa tadi vin? Telepon? Buat apa?." Tanyaku.

"Tadi kan kamu sempat bilang kalau kamu menerima orderan kue, jadi mungkin nanti aku bisa pesan untuk kue acara 40 harian ibuku.." jawabnya, duh Ya Allah.. aku lupa sudah menceritakan semuanya pada kevin termasuk soal usaha kue ku, aku jadi malu..aku kira kevin akan mendekatiku lagi, tapi ternyata soal jual beli kue.

"Oh iya vin.. ini..." ucapku dan memberikan kartu namaku yang selalu kubawa kemana-mana

"Makasih ya sar.."

"Sama-sama vin.." akhirnya kami pun berpisah.

***

Aku pun pulang kerumah orang tua dengan membawa mobil ayah, namun aku terkejut melihat mobil arfa sudah terparkir di depan rumah, ada apa lagi ini?

Aku melangkahkan kakiku ragu memasuki rumah, apa yang akan arfa lakukan kali ini, sudah 2 tahun berlalu setelah kami bercerai, mengapa ia masih nekad menemuiku atau apakah dia akan mengambil anak-anakku sekarang seperti yang sudah regina peringatkan kepadaku.

Saat didepan pintu yang tak ditutup aku melihat arfa begitu hangat dengan anak-anak, bahkan bella dan Nichol duduk dipangkuan ayahnya itu.

"Assalamualaikum.." ucapku menyampaikan salam.

"Waalaikumsalam.."jawab anak-anakku serentak begitu juga dengan arfa yang tersenyum membalas salamku, aku pun tersenyum kearah anak-anak, aku tak menyapa arfa dan lansung bergegas menemui kedua orang tuaku yang sedang berada di dapur.

***

"Ibu, ayah...apa maksud semua ini?kenapa kalian bukakan pintu untuk pria itu, dia bukan pria baik tidak seharusnya dia ada disini bersama anak-anak bu.." keluhku, aku sempat kesal dengan kedua orang tuaku..

"Dia memang bukan pria baik sar, tapi anak-anak tidaklah berdosa, mereka berhak bertemu dengan orang tuanya, bukankah lebih aman jika arfa menemui anak-anak dirumah ini? Daripada ibu dan ayah mengijinkan arfa mengajak anak-anak bermain diluar, bukankah lebih baik jika bertemu disini saja? Supaya ibu dan ayah bisa memantau mereka..iya kan sar?." Tanya ibu, mendengar penjelasan ibu sebenarnya aku setuju dengan pendapat ibu, bertemu disini akan lebih aman bagi anak-anak..

Sudahlah, aku mengalah saja anak-anak memang berhak bertemu dengan ayah kandungnya, aku memutuskan untuk beristirahat dikamar dan tak ingin menemui arfa sama sekali.

Esok harinya pun tiba, aku terkejut sekali saat keluar kamar dan melihat arfa sudah ada diruang tamu bersama anak-anak lagi.

Apa yang arfa lakukan mengapa dia mengunjungi anak-anak setiap hari, lupakah dia saat dia mengacuhkan anak-anakku dulu, sekarang dia seperti budak cinta yang memperjuangkan anak-anak, apa karena dia mulai merasa kesepian karena tak kunjung dikaruniai anak dari hasil pernikahannya dengan riska, pasti rumah tangga itu terasa hampa..

Tapi aku harus waspada, jangan sampai arfa merebut anak-anakku, takan kubiarkan ia bersama anak-anak meninggalkan rumah ini walau sehari..

"Angga, arsita, bella.. kalian mandi dulu ya, habis itu makan..." ucapku pada mereka, sementara Nichol segera kuambil dari pelukan arfa, anak-anak langsung nurut kepadaku, mereka bergegas untuk pergi mandi.

"Kamu ngapain kesini setiap hari ar?." Tanyaku saat anak-anak sudah pergi semua.

"Maaf sar, aku rindu anak-anak.." jawabnya, kulihat arfa membawa banyak mainan untuk anak-anak, bahkan angga sudah dibelikan handphone baru, beberapa hari ini angga memang bilang butuh handphone dan aku memang belum bisa membelikannya, padahal saat ini aku sedang menabung untuk membelikan angga handphone baru.

"Kamu boleh ar menemui anak-anak, tapi aku mohon ga perlu setiap hari." Ucapku kesal.

"Aku kesini pagi-pagi karena aku udah janji sar sama anak-anak untuk membelikan keinginan mereka hari ini, aku hanya ingin menepati janjiku pada mereka." Jawab arfa, setiap kata yang terdengar dari mulutnya membuat ku muak dibuatnya.

"Ok ar, karena kamu sudah menepati janji sama anak-anak sekarang kamu boleh pulang." Ucapku, aku membuang muka, saat berbicara dengannya aku sama sekali tak ingin melihat wajahnya itu, rasanya sangat mengesalkan.

"Oke sar, aku akan pulang, tapi tolong sampaikan salamku pada anak-anak ya."

"Iya." Jawabku singkat

Ijinkan aku bersamamu di "5 Kota" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang