Apakah kenangan itu masih ada di ingatanmu?

11.8K 703 25
                                    

Waktu sudah menunjukan pukul 2 siang.. aku harus menjemput anak-anakku disekolah, aktifitas rutin ini sudah kulakukan semenjak suamiku sudah tak pernah mau pulang kerumah kami, apa boleh buat aku harus menceritakan semua kisah pilu ini ke pak dylan bos ku, agar dia mengerti setiap jam 2 aku harus ijin sekitar 30 menit lebih untuk menjemput anak-anakku lalu kembali ke kantor.
pak dylan memang miris melihat keadaanku, sehingga ia memperbolehkan aku ijin keluar untuk menjemput anak-anak sejak 4 bulan terakhir, pak dylan juga memaklumiku yang biasa datang kesiangan..
aku benar-benar kewalahan mengurus anak anakku sendirian, suamiku memberhentikan ART dirumah kami, alasannya Hemat, tanpa mau mengkaji ulang repotnya mengurus semua nya sendirian.
tapi sudahlah, jangankan menggaji pembantu, anak-anakku saja sudah mulai ia telantarkan.

aku pun berangkat menuju sekolah bella dulu, lalu arsita dan terakhir menjemput ka angga, anak sulungku. namun diperjalanan aku melihat suamiku sedang makan siang di teras sebuah kafe bersama Riska, kekasihnya.
aku sebenarnya sangat geram, dia masih suamiku namun bersikap seolah kami sudah bercerai puluhan tahun.
aku.menghentikan laju mobilku dan menelepon suamiku, tanpa menunggu lama dia mengangkatnya.
"Sar..ada apa?." tanya nya.
" Bisa ga sih Ar.. kamu tahan nafsu kamu itu, seengganya sampe aku lahiran sampe kita resmi bercerai.. sedikitpun kamu ga bisa menghargai aku dan anak-anak..kamu bisa traktir wanita itu, sementara jajan anak sekolah kamu abaikan, semua aku yg handle..kamu itu seorang ayah ar.. fikir sedikit!."
kali ini aku sedikit membentak, aku kesal melihatnya, tak terasa air mata sudah mengalir membasahi pipiku.

"Udahlah sar..masih untungkan semua fasilitas masih bisa kamu pake..kamu nikmatin aja semua fasilitas itu sebelum aku cabut
" jawab Arfa
"Maksud kamu?." tanyaku bingung mendengar kata katanya.

"Nanti setelah kita resmi bercerai, aku dan riska mau pindah rumah ke rumah itu, tentu saja mobil dan isi rumah adalah hak aku." jawabnya lagi dan disusul suara cekikikan ketawa dari seorang wanita, aku yakin itu suara riska, selingkuhannya..

"Asstagfirullah..." aku langsung menutup telepon suamiku, rasanya tak mampu berkata apa-apa.

entah apa yang difikirkan suamiku sampai tega berbuat seperti itu, fasilitas mana yang dia maksud?
mau dia ambil semua kah rumah, mobil dan isinya.
mengapa sama sekali dia tidak membahas nasib anak-anak kami.
darah dagingnya sendiri.

aku menangis..
Ya Allah.. apa aku kuat melewati semua ini.

Ijinkan aku bersamamu di "5 Kota" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang