Rinduku

324 3 0
                                    


𝗥𝗶𝗻𝗱𝘂𝗸𝘂
Karya: Novi Susanto

Semenjak kau menjadi hujanku,
di bumi batu; di langit api.
Mata berselimut alam membarah.
Inikah siksa setelah mati?

Di atas tempatku membasuh,
kuhempas segala keluh kesahku.
Kutadah air dengan tanganku,
hanya pasir hitam yang kusentuh.

Tak ada lagi lari-lari kecil bocah bercanda,
tak ada lagi suara riang kotakota,
tak ada lagi gemerlap cahaya,
tinggalah aku dan fatamorgana.

Dengan kerikil-kerikil ini,
kuramaikan suasana dengan tapak langkah.
Di antara rumput dan ranting kering, kumelangkah bersama debu dan angin.

Di manatah arah akan kutujuh jika hati ibarat batu?
Tidak diriku dan siapapun 'kan tahu.
Cukup di sini tempatku kini berpadu,
bertarung; bersama alam kemarauku.

Dalam selah-selah cerita masa lalu, kusematkan wajah mendungmu.
Di antara sisa-sisa waktuku,
kuharap hujan 'kan turun gemuruh.

𝗣𝗲𝗻𝗷𝗲𝗹𝗮𝘀𝗮𝗻:

Pada bait pertama saya mengibaratkan bahwa sosok yang diangkat adalah ibarat hujan yang mana mestinya hujan merupakan berkah. Tetapi yang terasa dunia ini seperti di neraka, api dan batu sebagai bahan bakarnya.
Pada baik ke-2 saya menggambarkan bahwa harapan yang selama ini ia minta seolah air untuk menahan derita, tetapi yang didapat hanyalah semakin menyakitkan.
Pada bait ke-3 dan 4 saya menggambarkan suasana hati pelaku utamanya.
Pada baik ke-5 saya mempertegas inti dari maksud puisi ini dengan kata kunci
'Masa lalu' yang menggabarkan rindu, 'wajah mendung' untuk menggambarkana alasan semenjak menjadi hujan dan kemarau serta menggambarkan lebih kuat tokoh yang dibicarakan yang sebetulnya tidak menghargai tokoh utamanya. 'Hujan turun gemuruh' untuk menggambarkan harapan terakhir.

(Selesai! Oke temen bagi yang mau baca cerpen-cerpen aku silahkan kunjungi akun aku ya ditempat lain dengan nama "Kumpulan Cerpen", di sini aku khusus membagikan Puisi-Puisi yang menurutku layak untuk dibagikan dan jika masih banyak kekurangan tolong ajari aku).

Puisi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang