𝗠𝗮𝘄𝗮𝗿 𝗧𝗶𝗻𝘁𝗮 𝗠𝗲𝗿𝗮𝗵
𝙺𝚊𝚛𝚢𝚊: 𝙽𝚘𝚟𝚒 𝚂𝚞𝚜𝚊𝚗𝚝𝚘Ini menjadi kosong?
Hujan pun tahun lalu pernah mampir sebentar.
Coba kausapulah dulu hari ini!
Tapi jangan sekali-kali buang pasir itu!
Jangan larang gurun panas ini menjadi dirinya!
Intip saja ekor waktu yang masih tertinggal di hari berawal!
Dahulu sekeliling taman yang rerumputnya terurai hijau,
kutanam satu benih Mawar,
yang kaukesangsikan bara api di savana nan luas.
Sampai memaksa Sang Diam menjadi bahagianya kata.Kepada Diam aku bercerita:
Akulukiskan tamannya berelok hijau melandai-membukit,
hijau terlambai oleh ujung lembaran daun rumput rumah tak bersua yang punya.
Sengaja sekedar memanjakan Mawar,
untuk setiap hari kuhapus,
supaya menjadi Mawar tumbuh sesubur usia,
lebat nan mekar berduri,
lewat tinta merah yang pernah kaupakai sekali menulis namaku.Pejelasan:
Nyusul ya! 🙂
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi Cinta
PuisiCuplikan: Dalam sebuah bait puisi, kuisyaratkan namamu yang mengisi hati; kubaca berbisik tak akan siapapun tahu, begitu juga Sang sepi. Berisi Puisi yang dalam maknanya dan disertai dengan sedikit penjelesan di setiap akhir masing-masing puisi.