Salahkah Aku

16 2 0
                                    

Salahkah Aku?
𝓚𝓪𝓻𝔂𝓪: 𝓝𝓸𝓿𝓲 𝓢𝓾𝓼𝓪𝓷𝓽𝓸

Salahkah Aku mencintaimu...
jikalau cinta yang tulus ada di hatiku?

Salahkah Aku terus memikirkanmu...
jikalau kenangan indah hanyalah kerinduan di hatiku?

Salahkah Aku memendam cintaku...
jikalau tempat terdalam tersimpan di hatiku?

Salahkah Aku tetap mengharapkanmu...
jikalau alasan semua ini adalah kau di hatiku?

Sidang Emas, 28 September 2024

Penjelasan:

1. "Salahkah Aku mencintaimu—jikalau cinta yang tulus ada di hatiku?"
Kata "jikalau" di sini menyiratkan bahwa cinta itu ada dan nyata karena perasaan tulus yang tumbuh di hati. Ini menggambarkan bahwa cinta ini tidak tergantung pada respons atau balasan dari orang lain, melainkan semata-mata lahir dari ketulusan. "Jikalau" menjadi landasan pembenaran, bahwa cintanya tidak bisa disalahkan jika ia memang benar-benar tulus.

2. "Salahkah Aku terus memikirkanmu—jikalau kenangan indah hanyalah kerinduan di hatiku?"
Pada bait ini, "jikalau" mengaitkan kenangan indah dengan kerinduan yang tetap ada. Ini menunjukkan bahwa kenangan tersebut menjadi sumber kerinduan yang sah, sehingga memikirkan orang yang dicintai bukanlah sebuah kesalahan. Kata "jikalau" berfungsi sebagai pembelaan diri: selama kerinduan itu wajar berdasarkan kenangan indah yang ada, maka memikirkan orang tersebut tidaklah salah.

3. "Salahkah Aku memendam cintaku—jikalau tempat terdalam tersimpan di hatiku?"
Di sini, "jikalau" mengisyaratkan bahwa perasaan yang dipendam ini tetap memiliki tempat khusus di hati yang paling dalam. Cinta yang disembunyikan bukanlah cinta yang tidak ada, melainkan cinta yang begitu dalam sehingga ia menjadi bagian dari hati yang tak terlihat oleh orang lain. "Jikalau" menyembunyikan pembenaran bahwa selama cinta itu bersemayam di tempat yang dalam, tidak salah untuk tetap memendamnya.

4. "Salahkah Aku tetap mengharapkanmu—jikalau alasan semua ini adalah kau di hatiku?"
Pada bait ini, "jikalau" menggambarkan bahwa sosok yang dicintai menjadi alasan utama dari harapan yang masih ada. Seakan-akan, selama orang tersebut masih menjadi pusat dari perasaan cinta, maka harapan yang tetap dipelihara tidak bisa disalahkan. "Jikalau" di sini menjadi penghubung yang menyiratkan bahwa segala perasaan tersebut tetap sah karena alasannya adalah kehadiran orang itu di hati.

Makna kata "jikalau":
Setiap penggunaan kata "jikalau" berfungsi sebagai pembenaran yang lembut, seolah memberikan alasan di balik setiap pertanyaan yang muncul. Puisi ini menampilkan sisi perasaan yang sangat logis dan introspektif, dengan mempertanyakan apa yang tampaknya jelas salah (cinta yang tak terbalas, kenangan yang menyakitkan, harapan yang mungkin tak realistis), namun dibela dengan syarat—bahwa semuanya wajar dan sah selama dasar perasaannya tulus, kenangannya indah, cintanya dalam, dan alasannya jelas (sosok yang dicintai).

Dengan kata lain, "jikalau" adalah penegasan bahwa meski cinta ini penuh keraguan, semua yang dirasakan masih bisa dianggap benar dan layak karena berlandaskan pada sesuatu yang murni dari dalam hati.

Puisi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang