Pandangan Pertama
Karya: Novi SusantoSeandainya tak kauizinkan aku untuk berangan-angan,
maka izinkanlah aku menjadi ranting patah yang lepas dari dahannya.
Seandainya tak kauizinkan aku untuk mengisyaratkan,
maka izinkanlah aku menjadi batu karang yang tenggelam di dasar lautan.
Tetapi seandainya kauizinkan aku untuk mengatakan,
seperti itulah kepadamu dalam pandangan pertama semua yang kurasakan.Bayung Lencir,
28-09-2023Penjelasan:
Berangkat dari kisah nyata. (Wah seruh ni?)
Pada puisi ini di baris pertamanya saya menggambarkan lewat kata "izin dan angan-angan" untuk menunjukan tentang angin (panjang ini kalo mau saya jelaskan secara rinci 😇). Kemudian "ranting patah" Untuk menggambarkan keterkaitan antara angin dengan ranting yang lepas dari dahannya. Ibaratnya sesuatu yang rapuh dan diterpah sesuatu yang kencang maka akan hancur dan jatuh. (Saya harap bisa dipahami karena saya gak mau menjelaskan dengan panjang lebar 😄).
Selanjutnya saya menggunakan kata "izin dan isyarat" untuk menggambarkan sosok yang dimaksudkan atau ditujuhkan (saya harap bisa dipahami 😄). Kemudian dengan frasa "karang tenggelam" untuk menggambarkan keterkaitan antara isyarat dengan batu karang. Ibaratnya sebuah batu karang yang besar akan sulit dihancurkan ombak meski butuh berkali-kali dihantam dan menciptakan suara yang keras sebagai pemberitahuan kepada yang melihatnya atau mendengar bahwa karang itu sangat kuat dan cara satu-satunya untuk melarangnya seperti itu adalah dengan menenggelamkannya hingga tak lagi terlihat. (Bahasa isyarat bisa berupa gerak, suara, bahkan diampun juga bahasa isyarat).
Jadi intinya adalah "angin dan maksud" di sini adalah orang yang kita bahas saat melihatnya pada pandangan pertama, diperkuat lagi dengan "patah dari dahannya dan tenggelam dalam lautan" kemudian di sambut dengan pernyataan "kau izinkan untuk mengatakan" untuk menjelaskan kalau semua itu adalah percuma karena kita telah jatuh dan tenggelam dalam perasaan. 😁
("Pandangan Pertama sekaligus Cinta Pertama").
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi Cinta
ПоэзияCuplikan: Dalam sebuah bait puisi, kuisyaratkan namamu yang mengisi hati; kubaca berbisik tak akan siapapun tahu, begitu juga Sang sepi. Berisi Puisi yang dalam maknanya dan disertai dengan sedikit penjelesan di setiap akhir masing-masing puisi.