7

1.9K 308 18
                                    

Melangkah diantara jalanan kota yang ramai. Berjalan mengikuti rombongan wanita relawan menuju pusat unit medis yang didirikan dekat Istana. Jaraknya lumayan jauh dengan berjalan kaki. Tapi para wanita ini sudah terlatih dalam melakukan perjalanan panjang. Jelas saja mereka adalah orang orang desa yang tinggal di kaki gunung.

Untuk pertama kalinya Philia melangkahkan kakinya di trotoar yang dihias sedemikian rupa. Tentu saja ini adalah Ibu kota Grasia. Matanya melihat kanan kiri terpesona akan bangunan yang menurutnya mempunyai nilai Estetik. Jalanan ibu kota di penuhi orang orang yang berjalan untuk mengungsi sembari membawa tas besar mereka. 

Philia berjalan tidak fokus dan menabrak seorang kakek tua yang sedang berjualan koran. Dengan segera dia meminta maaf dan membereskan koran yang berserakan. Disana terlihat jelas berita tentang kematian pahlawan Grasia oleh seorang penyihir kekaisaran yang masih misterius. 

Bukankah itu dia.

Hanya bisa terkekeh melihat sekitarnya, jika mereka semua tau bahwa dia yang membunuhnya habislah riwayatnya. Berlari mengejar rombongan setelah membantu kakek penjual koran itu. Kini mereka sudah tiba di lokasi, memperlihatkan puluhan bangunan yang dijadikan rumah sakit darurat. Disamping bangunan itu Philia bisa melihat jelas Istana kerajaan yang menjulang tinggi dengan megah. 

Memasuki kawasan unit medis dia bisa melihat para tentara yang sudah di obati dari Front Norway. Beberapa orang terlihat olehnya sedang berjalan menggunakan tongkat, itu bukan karena mereka tidak bisa berjalan. Tetapi karena mata mereka mengalami kebutaan. Ya itu karenanya, melihat secara langsung cahaya dari ledakan dahsyat. Dia sedikit merasa bersalah, tetapi hari itu status mereka sedang berperang. Tidak ada alasan menyalahkan suatu individu, itu adalah resiko mereka.

Philia dan para wanita relawan yang lain mulai di beri tugas dan ditebarkan di segala penjuru unit medis untuk membantu keberlangsungan disana.

Philia yang setatusnya belum jelas dan hanya memakai seragam malah dianggap bagian dari rombongan tim pendukung. Dia diperintahkan untuk membantu para perawat membagikan makanan untuk para pasien. yah itu adalah tugas yang ringan menurutnya, tidak ada salahnya membantu musuh sedikit.

Mengambil nampan besar dan menyimpan puluhan mangkuk berisi makanan. Dia berjalan mengelilingi setiap ruangan. Membagikan makanan itu kepada setiap orang disana.

"Silahkan dinikmati makananya" Ujarnya kepada setiap orang disana yang kebanyakan tertidur di ranjang mereka. Philia menghela nafas, ini seperti menjadi seorang pelayan di acara kondangan.

Sekarang Nampanya sudah habis dan hanya menyisakan mangkuk kosong. Melihat ke sekitarnya sepertinya semuanya sudah kenyang. Menghela nafasnya lega dan mulai kembali ke dapur untuk mencuci semua mangkuk ini.

"yah ini tidak seberat yang aku bayangk.."

Bruuuuuk 

Nampan yang di penuhi mangkuk itu terjatuh berserakan beserta tubuh Philia yang tersungkur mencium tanah. Seorang lelaki menabraknya dari samping,  walaupun itu tidak keras namun cukup untuk mendorongnya ke bawah. 

"ya ampun, ada ada saja nasibku ini" ucap Philia segera bangkit membersihkan pakaianya yang sedikit kotor.

"oh maaf aku tidak melihat ada orang, apa kau tidak apa apa" ucap seorang lelaki yang memiliki wajah yang dapat melelehkan setiap wanita, Memakai pakaian mahal di ikuti aura wibawa di sekitarnya. 

"aku baik baik saja" ucap Philia ringan tanpa meliriknya dan segera mengumpulkan mangkuk yang berserakan. Dia seakan tidak peduli dengan pria di sampingnya yang menatapnya heran.

Philia segera berjalan menuju dapur  meninggakan pria itu tanpa mempedulikanya. Ghea yang menyaksikan itu segera berlari ke arah Philia dengan panik. Mengoyang goyangkan tubuh Philia sampai membuat mangkuk di nampanya hampir berjatuhan

NEMESIS Fire On The Western FrontTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang