11

2K 277 41
                                    

Jenderal Agung Flousi mendapatkan berbagai teguran keras dari berbagai divisi di Front Barat. Rasa kekecewaan dan kekesalan mulai meluap karena perintah yang diberikan oleh Flousi dan sang Kaisar, yang menyuruh mereka menunda serangan ke ibu kota Grasia. Mereka merasa bahwa satu langkah lagi kekaisaran akan mencapai kemenangan yang gemilang. Sebuah prestasi yang bahkan belum pernah dicapai oleh para pendahulu mereka.

Saat ini para tentara di Front Barat hanya bisa mengecam keputusan ini dengan rasa frustrasi yang mendalam. Mereka menatap jauh ke arah ibu kota Grasia sambil menyimpan perasaan kekecewaan atas perintah yang telah diberikan oleh sang Kaisar. Mereka telah bersiap untuk melancarkan serangan besar-besaran terhadap kota itu sebagai pembalasan atas kekalahan yang pernah dialami oleh Kekaisaran di masa lalu.

Di tengah ketegangan ini para prajurit terus menjaga kewaspadaan dan melatih diri mereka untuk memastikan bahwa saat serangan akhirnya dilakukan, mereka akan siap sepenuhnya untuk menghadapi segala tantangan yang mungkin muncul. Meskipun perintah-perintah di atas datang dengan tantangan yang berat, tekad mereka untuk membuktikan kekuatan dan keunggulan Kekaisaran tetap kuat dan tak tergoyahkan.

Dengan langkah tenang namun penuh kekhawatiran Jenderal Flousi memasuki ruangan Kaisar , mengetuk pintu kayu yang megah dengan sopan. Setelah pintu itu terbuka, tanpa ragu ia melangkah masuk ke dalam ruangan yang penuh dengan aura kekuasaan dan ketidakpastian.

Di sana Kaisar Heinrich  pemimpin tertinggi dari Kekaisaran, terbaring lemah di tempat tidurnya yang di kelilingi oleh berbagai peralatan medis yang rumit dan orang-orang yang berusaha keras untuk merawatnya. Matanya, yang dulu begitu tajam dan penuh otoritas, kini melirik Flousi yang tiba dengan kurang bertenaga.

 Flousi memahami pentingnya keperluan saat ini, bahwa ia harus menyampaikan laporan mengenai situasi Front Barat kepada sang Kaisar. Namun, dia juga sadar akan kondisi Kaisar yang sedang menderita penyakit. Dengan sikap hormat yang mendalam, ia mendekati tempat tidur Kaisar yang menjadi tempatnya membaringkan tubuhnya yang lemah.

Heinrich meskipun begitu lemah, berusaha bangkit dari tempat tidurnya. Setiap gerakan tubuhnya terasa seperti sengatan api di seluruh badanya, dan dia merasakan setiap detik yang berlalu sebagai siksaan yang tak tertahankan. Namun di dalam hatinya, dia merasa bahwa menghormati Jenderalnya yang telah setia melayani kekaisaran selama bertahun-tahun adalah hal yang lebih penting daripada rasa sakit yang mendera dirinya.

"Yang Mulia, Anda tidak perlu bergerak," ucap Flousi dengan nada khawatir, melihat tuannya yang berusaha keras bangkit. Kaisar Heinrich memberikan isyarat kepada Flousi untuk duduk di meja yang ditempatkan di sebelah tempat tidurnya, meja dengan papan catur tua yang telah menjadi saksi bisu dari berbagai strategi dan pertarungan selama masa pemerintahannya yang singkat.

"Yang Mulia, saya telah berusaha untuk menahan pasukan di Norden dan Norway. Mereka menuntut serangan segera, terutama melihat Grasia dalam keadaan lemah," kata Flousi.

Heinrich mendengar berita tersebut tanpa menunjukkan kegelisahannya. Sambil terus menyusun tata letak permainan caturnya untuk menggambarkan situasi perang saat ini. Membuat Flousi terheran dengan apa yang kaisar sedang buat. Menatap pion raja yang terjepit dan tersenyum pelan. Ia berpikir tentang semua rencana yang telah ia susun, terutama setelah kematian God Knight. Keberadaannya telah membawa perubahan signifikan dalam pertempuran, menciptakan ketidakseimbangan di medan perang. Pikir Heinrich Tuhan telah mengabulkan doanya dengan mengirimkan seorang Dewi Keadilan.

"Keadaan ini mungkin menguntungkan dari sudut pandang militer, Jenderal" ucap Heinrich menggerakkan pion-pion caturnya memberi jalan untuk pion raja musuh untuk melarikan diri.

 "Tetapi, menekan musuh terlalu keras saat mereka sudah lemah bukanlah pilihan yang bijak." lanjutnya sambil bersandar ke kursinya dan mengambil napas dalam-dalam. 

"Anda dan saya memiliki pandangan yang berlainan mengenai cara menyelesaikan perang. Kita berada di lingkungan yang berbeda dan memiliki pengalaman yang berbeda pula. Mengakhiri perang dengan cara seperti itu mungkin terkesan mengesankan, tetapi menurut saya itu adalah cara terburuk."

Flousi merasa heran oleh pernyataan Kaisar. "Apa yang membuat Anda berbicara begitu, Yang Mulia?, dari pengalamanku ini adalah cara terbaik mengakhiri perang di Front barat dan memenangkanya"

"Kita tidak perlu menyebabkan penderitaan yang tidak perlu, kita hanya harus membuatnya dengan lebih efisien," jawab Heinrich sambil mengambil dokumen laporan intelijen yang memantau Semua pergerakan musuh dan memberikanya kepada Flousi.

Flousi membaca laporan tersebut dengan seksama dan tidak bisa mempercayai apa yang tertulis disana. 

"Ini... ,Sepertinya sekutu tidak akan menerima kekalahan dan akan terus berperang" kata Flousi, mencengkeram kuat dokumen itu sambil menahan kekesalannya.

Dokumen tersebut mencatat bahwa Federasi Libya dan beberapa negara kecil di Benua Genoa Tengah sedang bersiap untuk mengambil alih Grasia dan menjadikannya markas besar untuk menyerang Kekaisaran. Grasia tidak lagi dapat dimanfaatkan setelah melemahnya kekuatan mereka. Selain itu, ratusan pembunuh bayaran telah dikirim ke ibu kota Grasia dari seluruh penjuru dunia, siap merusak kerajaan tersebut dengan diam-diam. Mereka telah membentuk Armada laut secara besar besaran dan akan segera berlayar mendaratkan pasukan mereka di Grasia

"Aku tidak pernah membayangkan bahwa sekutu akan membuang Grasia begitu mudah," kata Flousi sambil meletakkan dokumen itu di atas meja.

"Seharusnya tidak mengejutkan. Pada dasarnya, tidak ada alasan bagi Grasia untuk bersekutu dengan mereka. Mereka hanya disatukan oleh kebencian terhadap Kekaisaran, budaya, masyarakat, dan cara hidup mereka sangat berbeda," kata Heinrich, menatap Flousi seolah-olah ia telah mengetahui jalannya perang sejak awal.

"Aku mengerti sekarang, kenapa anda menahan pasukan untuk tidak menggempur Grasia, tapi jika kita membiarkan Grasia jatuh kepada mereka itu akan menjadi kesulitan bagi kekaisaran kedepanya" ucap Flousi dengan wajah khawatir 

"kau tidak perlu khawatir" ucap Heinrich enteng dan mengambil selembar kertas dan pena.Dia menulis sesuatu disana dan menutupnya dengan rapat sambil memberi cap khas keluarga kekaisaran.

 "Berikan ini kepada Raja dari Grasia" ucap Heinrich memberikan suratnya kepada Flousi untuk nantinya di berikan kepada utusan yang akan berangkat ke ibu kota. Flousi menjadi terheran heran, bagaimana bisa mereka mengantisipasi ini hanya dengan selembar kertas yang berisi surat yang di tulis dengan pena. Flousi mengakhiri obrolan mereka dan segera meninggalkan ruangan dengan sopan. 

Saat Flousi meninggalkan ruangan, ia berbalik kembali menyampaikan sesuatu yang belum sempat ia sampaikan. 

"Orang yang Anda minta untuk bertemu dengan Anda, Philia namanya , dia sekarang menghilang" ucap Flousi dengan penyesalan karena tidak bisa memenuhi permintaan Kaisar.

Heinrich sudah mengetahui identitasnya, tetapi mendengar bahwa dia telah menghilang membuatnya merasa tidak senang.

"Saya curiga dia berada di Grasia," ucap Heinrich mengungkapkan pikiran liarnya yang tidak berdasar.

Flousi kemudian meninggalkan ruangan dan berpapasan dengan seorang pria yang hendak masuk ke ruang Kaisar. Dia tidak memberikan perhatian pada pria itu dan melanjutkan perjalanannya.

Pria berambut hitam dan badan yang kokoh itu masuk ke ruang Kaisar. Dia memberikan hormat kepada Heinrich yang sedang berdiri di atas peta dunia raksasa.

"Salam Tuan, Saya senang Anda memanggil saya," ucapnya.

"Anhard, sudah lama kita tidak bertemu," kata Heinrich sambil menyapa sahabat lamanya.

"Apakah ada yang bisa saya lakukan untuk memenuhi keinginan Anda?"

Heinrich berjalan mendekati Anhard dan menyentuh bahunya dengan lembut.

"Pergi ke ibu kota Grasia sekarang. Jangan biarkan orang-orang Libya itu menyentuh keluarga kerajaan di sana," bisik Heinrich dengan penuh kehati-hatian.

Anhard mengerti tanpa banyak kata. Dia segera meninggalkan ruangan untuk menjalankan misinya.

Heinrich melihat kepergian Flousi dan Anhard lalu berdiri dan memandang peta dunia yang besar. Itu adalah gambaran dari rencananya yang telah lama dirancang olehnya. Dengan hati-hati dia mengambil tongkat kayu dan mulai menggerakkan pion di atas peta, mengarahkannya ke atas peta wilayah ibu kota Grasia.

"Skakmat" gumamnya.

NEMESIS Fire On The Western FrontTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang